Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.
Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.
Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Seperti Istri?
Dara sibuk merapikan barang-barangnya di kamar baru sambil sesekali mengunyah potongan keripik. Setelah semuanya tertata rapi, ia beranjak keluar kamar karena merasa haus. Saat melintas di ruang tengah, matanya menangkap Ziel yang sedang duduk di sofa dengan laptopnya.
Dara memerhatikan Ziel yang fokus pada laptopnya. Mata pria itu tertuju tajam pada layar, wajahnya begitu serius. "Ini orang ganteng banget sih? Kayak patung pahatan dewa Yunani. Untung aja dia selalu datar. Kalau dia tiba-tiba bersikap manis, aku bisa diabetes kalau satu kali dua puluh empat jam bersamanya. Alisnya, hidungnya, rahangnya, bibirnya... aih, ini definisi sempurna. PERFECT! Eh, tapi, Dara, sadar dong, dia bos kamu, bukan idola K-Pop."
Ziel yang menyadari tatapan Dara pun mendongak perlahan. Alisnya sedikit terangkat, matanya menatap langsung ke arahnya. "Ada yang kamu butuhkan?" tanyanya, suaranya tetap datar seperti biasa.
Dara tersentak dari lamunannya, wajahnya memerah seketika. "Ah, itu... itu..." ia tergagap, buru-buru menggaruk kepala yang jelas-jelas tidak gatal. "Haus. Haus, Pak Bos!" tambahnya sambil tertawa garing, berusaha menutupi rasa malunya. "Duh, malunya ketahuan ngelihatin dia. Dara, kamu ini apaan sih?!"
Ziel menatapnya sejenak, lalu bibirnya terangkat sedikit, membentuk senyum tipis yang hampir tak terlihat. "Dia ini lucu sekali. Kayak anak kecil yang ketahuan nyolong kue di dapur," pikir Ziel, meskipun ekspresinya tetap tenang. Ia mengangguk pelan. "Ambil saja. Dispenser ada di ruang makan. Kalau mau, di kulkas juga ada minuman instan," jawabnya singkat, lalu kembali menunduk pada laptopnya.
Dara yang masih mencoba mengendalikan detak jantungnya hanya mengangguk canggung. "I-iya, Bos. Makasih," gumamnya sambil bergegas keluar ruangan, berharap wajahnya yang seperti kepiting rebus tidak terlalu terlihat. "Tolong, bumi, telan aku sekarang juga. Malunya...."
Di balik layar laptopnya, Ziel kembali tersenyum samar. Entah kenapa, tingkah laku Dara yang spontan itu selalu berhasil membuat harinya lebih ringan.
Tak lama kemudian, Dara kembali melintasi ruangan tempat Ziel berada. Ia tak bisa menahan diri untuk melirik pria itu, yang masih tampak serius menatap laptopnya. "Ganteng banget, sih. Fokus banget. Kok bisa sih, ada orang seganteng ini tapi selalu pasang wajah datar?" pikirnya, tanpa sadar berhenti berjalan.
Namun lamunannya buyar seketika saat suara Ziel tiba-tiba terdengar, memecah keheningan. "Kenapa berhenti di situ? Ada yang mau kau sampaikan?"
Dara tersentak, jantungnya seperti melompat. "Eh, tidak, Bos! Cuma lewat aja!" jawabnya terburu-buru, mencoba terdengar santai meskipun wajahnya merah padam. "Aduh, Dara! Kenapa juga harus ngelihatin dia lagi?! Mana pakek berhenti lagi!"
Ziel hanya mengangguk kecil tanpa melepaskan pandangannya dari laptop. Namun, sudut bibirnya terlihat sedikit terangkat, menunjukkan senyum tipis yang nyaris tak terlihat. "Ketahuan lagi, ya? Dia ini benar-benar menarik tanpa sadar."
Dara tersenyum canggung dan berkata, "Kalau gitu, saya balik ke kamar dulu, Bos." Namun, saat baru berbalik, suara Ziel menghentikan langkahnya.
"Kalau butuh makanan, cek kulkas. Masak apa pun yang kamu mau. Kalau nggak ada, pakai kartu ini," ujar Ziel dengan nada datar sambil merogoh dompetnya. Ia menyodorkan sebuah kartu ATM ke tepi meja tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop.
Dara melongo, menatap kartu itu dengan ekspresi tak percaya. "Serius, Bos? Kartu ATM?"
Ziel mendongak sejenak, menatapnya dengan tatapan tenang. "Iya. Anggap saja bonus karena harus tinggal di apartemenku," katanya santai, sebelum kembali fokus pada laptopnya.
Dara menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa bingung. "Ini Bos apa sponsor pribadi, sih?" pikirnya, namun ia hanya mengangguk pelan sambil mengambil kartu itu. "Makasih, Pak Bos." Matanya tertuju pada kartu ATM di tangannya. "Ini cuma mimpi atau saya masuk reality show?"
Ziel tetap tenang sambil menutup laptopnya. "Ini bukan reality show, dan saya serius. Gunakan untuk kebutuhan apartemen, termasuk belanja makanan. Kamu tinggal masak buat kita berdua. Cemilan juga terserah kamu. Jadi kita impas. Kamu bisa tinggal tanpa memikirkan biaya makan atau kontrakan, dan saya dapat makanan tanpa repot."
Dara menatap Ziel, lalu memiringkan kepalanya sambil mengerutkan kening. "Tapi, Pak Bos, ini kok lebih mirip kayak hubungan suami istri, ya?! Suami memberi uang belanja pada istri."
Ziel langsung terdiam.
Dara buru-buru menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya melebar. "Eh, maaf, maaf, Pak Bos! Saya cuma bercanda! Jangan pecat saya, ya! Saya nggak serius kok!"
Ziel mendesah panjang, wajahnya tetap datar. "Pakai saja kartu itu. Jangan banyak bicara."
Dara terkekeh pelan. "Baik, Pak Bos. Tapi ngomong-ngomong, nomor PIN-nya berapa? Kalau nggak tahu nomor PIN, kartu ini cuma jadi aksesoris dompet, lho."
Ziel menghela napas lagi. "070700."
Dara mengangguk semangat. "Wah, gampang banget. Pasti ini tanggal lahir seseorang yang penting, ya?"
Ziel menatapnya datar tanpa menjawab, membuat Dara merasa sedikit canggung.
"Eh, nggak apa-apa sih. Oke, Pak Bos. Soal makanan, saya pastikan aman! Bisa makan dan ngemil tanpa mikirin pengeluaran? Aduh, ini surga dunia," gumam Dara dengan senyum lebar sebelum melenggang pergi ke kamarnya.
Ziel memandang punggung Dara yang menjauh, berusaha melanjutkan pekerjaannya. Namun pikirannya terusik. Perkataan Dara tadi terus terngiang di telinganya : "Kok mirip hubungan suami istri, ya?"
Ziel menutup laptopnya lagi, lalu menghela napas kasar. "Kenapa aku malah seperti memperlakukannya seperti istri?" gumamnya pelan.
Ia bersandar di sofa, menatap langit-langit. "Tapi ini 'kan cuma untuk menyembuhkan penyakit aneh ini," katanya, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Namun sesaat kemudian, pikirannya berontak. "Sampai kapan?" tanyanya pada dirinya sendiri, sebelum menggeleng pelan dan kembali menatap laptopnya dengan tatapan kosong.
***
Malam itu, Ziel duduk di sofa ruang tengah dengan laptop di pangkuannya. Jemarinya mengetik cepat, berusaha fokus pada pekerjaan yang menumpuk. Di seberang, Dara duduk bersila di sofa, memelototi dokumen seperti hendak melahapnya. Sesekali keningnya berkerut, lalu bibirnya komat-kamit tanpa suara. Ziel hanya melirik sekilas, lalu kembali mengetik. Tapi dalam pikirannya, ada keributan kecil yang sulit diabaikan.
"Kenapa dia lucu banget sih, pas serius?" Ziel menghela napas pendek, mencoba mengusir pikiran yang mulai melantur. "Oke, Ziel, konsentrasi. Kamu harus selesaiin laporan ini. Jangan mikirin dia. Jangan!" Tapi kemudian matanya kembali melirik Dara. "Shitt, kenapa bibirnya harus kelihatan kayak gitu? Kok kayaknya ngundang banget buat... " Ziel buru-buru menggelengkan kepala, mengutuk pikirannya sendiri.
"Argh! Aku sudah gila! Kenapa aku menginginkannya?" batin Ziel frustrasi. Ia mengusap rambutnya dengan kasar, napasnya memburu. "Fokus, Ziel. Fokus!" desahnya berat, seolah mencoba mengusir pikiran yang terus mengganggu kepalanya. Namun bayangan Dara dengan segala tingkah polos dan senyumnya terus berputar di benaknya, membuat usahanya sia-sia.
Di sisi lain, Dara yang awalnya serius membaca dokumen mulai merasa bosan. Matanya melirik Ziel yang sedang mengetik. "Astaga, kok dia kelihatan makin ganteng kalau lagi serius? Itu rambutnya, meski sedikit acak, tapi... Aduh, Dara, fokus! Fokus! Dia bos kamu, bukan calon suami kamu!" Dara menggigit bibirnya, berusaha menepis pikiran aneh. Tapi detik berikutnya, ia mendadak mendesah keras.
"Kenapa sih kerjaan ini banyak banget? Udah kayak tugas skripsi aja," gumam Dara tanpa sadar, memelototi kertas di tangannya.
Ziel berhenti mengetik, menatapnya datar. "Kalau banyak mengeluh, kapan selesai?" ucapnya, seperti biasa dengan nada datar.
Dara mendengus pelan, merasa diremehkan. "Ih, sombong banget, sih. Padahal ganteng, tapi jutek. Tapi ya, kalau dia tiba-tiba berubah ramah, aku malah takut, sih. Mungkin ada petir mau nyambar."
Ia mencoba kembali fokus pada dokumen, tapi pikirannya tak bisa diam. "Kenapa sih, dia harus setampan dan se-perfect itu? Rahang tegas hidung mancung kayak perosotan, alis tebal tersusun rapi, tubuh proporsional, benar-benar kayak manusia iklan. Suami orang kaya tuh, kayak gitu, ya? Eh, Dara, berhenti ngayal! Kamu ini siapa? Daster warrior aja pede mau nikah sama bos ganteng?" Dara akhirnya menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.
Sementara Ziel kembali mengetik, tapi pikirannya melayang lagi. "Dia kenapa sih, garuk-garuk mulu? Punya kutu? Tapi kok lucu, ya? Kalau dia ngomong terus, mungkin aku bakal lebih senang daripada lihat dia serius begini. Eh, tapi dia cantik juga kalau serius... Argh, Ziel, hentikan!"
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Semangat2 dara jgn punya pikiran mau menggugurkan kandunganmu itu
bayi itu tidak berdosa....
Seandainya suatu terbongkar dara hamidun sebaiknya jujur aja sm pak boss korban memperkosaan dara....
kasian jg jd dara hamil tidak tahu siapa pelakunya dan mau minta tanggungjawan sm siapa jg....
blm nanti omongan tmn2 Kantornya pd juling pasti dara hamil diluar nikah...
lanjut thor.....
Sabar dara anak itu titipan jaga dan rawat dia dan sayangi hrs menerima dgn ikhlas....
Pak bos seandainya tahu daralah perempuan yg dinodainya so pasti akan bertanggungjawab menikahinya...
Debay pgn dekat2 sm papanya dan papanya mengalami sindrom coudave....
Dara testpack dulu membuktikan lg hamil gak....
Sabar ya dara hasil garis dua hrs terima dgn ikhlas dan pasti dara bingung mau minta tanggungjawab sm siapa pria yg menghamilinya wajahnya samar2 dan tidak jelas....
sama dengan cover novel sebelah??
sama2 update juga,kirain novelnya error gak tau nya liat judul beda...
maaf ya kk Thor🙏🏻