🔥🔥🔥
Harap bijak dalam membaca!
Its real my karya, jika ada unsur kesamaan nama, tokoh atau kejadian yang sama itu diluar dugaan saya. dengan ini saya menyatakan, bahwa saya telah berfikir keras dalam memberikan cerita khayalan ini. terimakasih!
***
*
Bulan Aleena Zahrani, gadis muslimah bercadar yang sangat cantik, dia terlahir dari keluarga Sederhana. tapi nasibnya tidak secantik parasnya. Bulan dinikahi oleh pria berdarah dingin tentunya dari keturunan mafia kejam sama seperti nasib yang ia alami saat ini.
Stevan Jafer Dirgantara, anak dari Moundy Dirgantara. Dia adalah mafia yang terkenal paling kejam di kotanya. Stevan menikahi Bulan karena ingin membalas dendam pada Ayah gadis bercadar tersebut.
Lalu bagaimana dengan nasib Bulan?
Apa dia akan tetap bertahan menerima kekejaman dari suaminya atau justru dia akan pergi?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Kekejaman Suamiku
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
Beberapa hari berlalu, lima hari sejak makan malam bertemu dengan Stevani.
Bulan baru saja selesai dengan mandinya. Bulan keluar dari kamar mandi dan saat dia membuka pintu, dia dikejutkan kehadiran seorang pria yang berwajah mematikan itu di depan pintu.
"Astagfirullah, Stevan!" Bulan terkejut mengusap dadanya pelan.
"Sedang apa kamu di dalam kamar mandi?" tanya Stevan, karena dia tidak melihat Bulan saat dia masuk tiga puluh menit yang lalu.
"Aku habis BAB, perutku sakit sekali." sahut Bulan dengan langkah berlalu dari hadapan pria itu.
"Hey! Aku belum selesai bicara, Bulan!" Stevan menarik tangan wanita itu dan membuat tubuhnya berbalik menatapnya.
"Mau bicara apa lagi? Perutku sedang sakit!" sahutnya dengan wajah kesal.
Stevan menatap wajah Bulan dengan intens, Stevan merasa ada yang disembunyikan dari tatapan mata istrinya.
"Apa kau sedang sakit?" tanya Stevan meneliti wajahnya.
"Tidak! Perutku hanya sakit saja, sepertinya mau datang bulan."
Bulan yang masih kesal sedikit memajukan bibir nya membuat Stevan menatap ke arah itu. Dan tanpa aba-aba, Stevan menarik tengkuk Bulan untuk mencium bibirnya.
Wanita itupun hanya menurut saja, karena kalau menolak bisa habis dia di atas ranjang karena kemarahannya. Stevan menghentikan nya sesaat dan memandangi wajah istrinya semakin intens.
"Aku masih lelah, aku ingin tidur." ucap Bulan lalu melangkah menaiki kasurnya segera menutup mata.
*
Siang harinya.
Stevan sengaja tidak berangkat ke kantor hari ini. Entah kenapa perasaannya selalu gelisah terus mengingat seorang Bulan. Dia menyandarkan tubuh nya di sandaran kursi ruang kerjanya karena baru saja menyelesaikan pekerjaan yang cukup menguras pikiran.
Tok..Tok..Tok..
"Masuk!" ucap Stevan.
Pintu ruang kerjanya terbuka lebar dan seorang wanita bercadar muncul membuat Stevan menatapnya dingin karena dia sedang ingin sendiri sebenarnya.
"Ada apa?" tanya Stevan lagi setelah Bulan kembali menutup pintu dan duduk dihadapannya.
"Makan siang sudah siap, kau ingin aku ambilkan makanan atau makan di meja makan?"
Stevan tidak menjawab, dia memandangi Bulan sesaat lalu berdiri dari kursinya dan menghampiri Bulan dengan wajah datar seperti biasanya. Stevan membuka cadar Bulan membuat wajah cantik itu terlihat jelas di depan matanya.
Stevan membelai pipi wanita itu dengan lembut. Bulan yang melihat suaminya sedikit aneh akhir-akhir ini mendapatkan banyak pertanyaan di dalam benaknya.
"Apa boleh aku meminta sesuatu padamu?" tanya Stevan dengan suara lembutnya.
"Boleh, katakan saja." sahut Bulan masih mendongak menatap kedua netra hitam itu.
"Aku menginginkan mu malam ini, setelah itu kau tidak akan berada dirumah ini lagi!"
"Maksudnya?" tanya Bulan tak mengerti apa yang disampaikan suaminya.
"Aku sudah bosan dengan mu, Bulan! Dan setelah malam nanti, kau bisa bebas seperti dulu saat kau belum bertemu denganku!"
Degh...
Jantung Bulan semakin berdetak lebih cepat, mendengar suaminya mengatakan itu dadanya seperti di himpit batu besar hingga nafasnya terasa sesak seakan tak sanggup untuk bernafas.
Bulan mulai berkaca-kaca, dia berusaha untuk tidak menangis di hadapan pria yang sebentar lagi akan melepaskan dirinya. Bulan menarik nafas dengan begitu dalam kemudian baru mengeluarkan suaranya.
"Baiklah, aku akan mempersiapkan diriku untuk nanti malam."
Bulan mengambil alih cadar miliknya dari tangan Stevan lalu memakainya dan berlalu pergi meninggalkan pria itu di ruang kerja nya sendirian.
"Kenapa kau tiba-tiba membebaskan aku, Stevan ? Apa kau akan menikahi Stevani yang sudah merayum**u waktu itu ? Atau betapa buruknya aku hingga kau mampu mengatakan bosan padaku ?" batin Bulan melangkah cepat menuju kamarnya.
"Maaf Bulan, aku memang mencintaimu. Tapi sesuai janjiku padamu, jika aku merasa bosan dan sudah lelah dengan semuanya, aku akan melepaskan mu !" batin Stevan berlutut dan mengacak rambut nya frustasi.
*
Malam harinya.
Stevan mengajak makan malam istrinya lebih dulu sebelum adegan ranjang di mulai. Satu hari Stevan sengaja ingin tinggal dirumah karena akan benar-benar melepaskan wanita yang selama ini menemani tidurnya.
"Silahkan Tuan, Nona!" pelayan menyuguhkan makanan yang masih berasap diatas meja makan. Dan semua makanan itu kesukaan Bulan.
"Bahkan dia menyiapkan makan malam kesukaan ku malam ini." ucap Bulan dalam hati.
"Terimakasih..." sahut Bulan dengan ramah pada pelayan.
Sedangkan Stevan hanya diam, dia mencengkram sendok dan garpunya karena merasa sangat tidak suka dengan situasi hatinya saat ini.
Karena malam ini juga Bulan akan di antar oleh supir kerumah orang tuanya setelah berdegan diranjang nanti.
Makan malam tampak hening, tidak ada yang mengeluarkan suaranya. Hanya suara sendok dan garpu di atas piring yang berisi makanan. Stevan telah menyelesaikan makan malam nya lebih dulu. Dia mengusap bibirnya dengan tisu lalu berdiri menggeser kursinya dengan pelan.
"Aku tunggu kau di kamar!" ujar dingin tanpa menatap Bulan.
Stevan terus menghela nafas dalam saat kakinya melangkah menaiki tangga satu persatu. Malam ini akan menjadi saksi malam terakhir dirinya akan berpisah dan melepaskan wanita yang selama ini selalu mengisi hari-harinya.
Bulan mengeluarkan air matanya setelah pria itu pergi dari meja makan. Dia meminum air putih disamping piringnya hingga tak tersisa. Dia berdiri dan melangkah menaiki tangga dengan perlahan.
Bulan sengaja memperlambat karena ingin lebih lama berada dirumah yang selalu mengisi harinya disana. Bulan mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan seakan mengingat kejadian demi kejadian dua tahun lalu.
"Kau membawaku kemari tanpa ada rasa cinta dihatiku, tapi kenapa kau melepaskan aku setelah berhasil menduduki tempat terindah di dalam sini, Stevan ?" gumam Bulan dalam hati sembari menyentuh dadanya yang terasa nyeri.
Kini pintu kamar terbuka lebar dan Bulan menutupnya kembali, Bulan melihat Stevan sedang berdiri di balkon kamarnya dengan bersedekap dada. Rasanya pria itu sudah berubah menjadi dingin dan tak punya hati, sama seperti dulu pria itu menyiksanya saat awal menikah.
Bulan melepaskan pakaian nya satu persatu dan hanya menyisakan pakaian dalam ditubuhnya saat ini. Dia akan melakukan itu jika Stevan menginginkan dirinya.
Bulan duduk bersandar dan menutup tubuhnya dengan selimut tebal hingga dada. Tatapan nya terus menunduk tak ingin lagi menatap mata juga wajah suaminya malam ini.
"Ehm..." Bulan berdehem memberikan kode bahwa dirinya sudah siap.
Stevan menoleh ke arah kamar dan melangkah mendekati wanita yang saat ini sudah berada diatas kasur king size nya. Stevan melucuti pakaiannya sendiri menatap Bulan dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Tak membutuhkan waktu lama, Stevan mengangkat dagu Bulan dengan lembut dan melumat bibirnya hingga ciuman itu semakin dalam. Dia menaiki kasur dan menarik tubuh Bulan agar terlentang.
Stevan memainkan nya dengan sangat lembut saat ini, suara indah Bulan membuatnya candu. Sepuluh hari Stevan tak menyentuhnya, hingga membuat pria itu sangat merindukan suaranya.
"Ahm..."
Stevan semakin memanas, dia menghentakkan gerakannya semakin liar hingga membuat suara indah itu semakin terngiang di telinganya. Tanpa sadar, Stevan juga mengeluarkan suara dari bibirnya.
"Argh... Kau candu ku sayang."
Mendengar itu Bulan membuka matanya perlahan menatap pria yang sekarang ada diatasnya. Bulan menangkup kedua pipi Stevan dan melumat bibir pria itu sebelum dirinya benar-benar pergi.
Beberapa jam berlalu, Stevan benar-benar merasa puas malam ini. Perasaannya sedikit terobati karena sudah menyentuh wanita yang dirindukannya beberapa hari terakhir.
Stevan keluar dari kamar mandi, dan melihat Bulan sudah mengemasi bajunya ke dalam koper. Tatapannya tajam menatap punggung wanita itu.
"Apa aku harus membiarkannya pergi ? Atau aku harus menuruti keinginan nya untuk menjadi pasangan suami istri pada umumnya seperti orang lain ?"
...****************...
Mana nih suaranya pendukung Stevan dan Bulan...? Diem-diem bae...
Pantengin terus kisahnya yaa.. Jangan kasih kendor, biar Author bisa gajian.. Hihihihih.. Buat biaya sekolah anakku tercinta, maklum single mom selalu melakukan apa saja demi putri tercinta biar semangat sekolahnya..
Jangan lupa dukungan dan supportnya yaa.. Kasih author bintang 5 nya jika suka.. Kalo gak suka cukup kasih jempol sudah cukup buatku.. Yang terpenting jangan menumpuk bab yaawww.. Biar retensi gak turun.
Oke semuanya selamat membaca, semoga syuka dengan ceritaku.. Iloveu sekebon buat kalian semua.
See You...
istrinya yang habil stevan yang ngidam😁
semangat berkarya..
aku yakin saat ini Stevan jafier dirgantara sedang menikmati indahnya penyesalan
semoga Bulan terus kuat menjalani kehidupannya
Steven dan Bulan benar2 berpisah nih