Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 32
Hari sabtu. Rere harus menepati janjinya kepada Gilang. Menemaninya jalan jalan adalah hutang yang harus ia bayar. Entah akan di ajak ke mananya, Rere belum tau.
Pagi ini begitu cerah sekali. Secerah wajah seorang wanita yang masih tertidur dengan pulasnya dengan piyama bermotif bunga. Dengan tubuh yang masih bersembunyi di balik selimut dan hanya nampak wajahnya saja. Terlihat ia menggerakan badanya. Karena suara alarm yang telah mengusik tidurnya. Dengan mata yang masih terpejam, ia meraba meja di sampingnya, dan meraih jam beker yang ada sudah menempati kamarnya sejak beberapa bulan lalu. Dengan sekali pencet tombol saja, alarm itu sudah berhenti berbunyi. Kembali jam itu ia letakan di tempatnya.
Rere membuka matanya. Rasa kantuk masih menggelayuti. Namun kewajiban telah menunggunya. Perlahan ia bangun, menggeliatkan badan sejenak dan sudah kebiasaan, ia diam sebentar mengumpulkan nyawa. Perlahan ia turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Tak lama Rere keluar membuka lemari dan memilih baju yang akan ia pakai hari ini. Tangan dan kedua matanya sibuk mencari baju mana yang pas untuk di pakai hari ini.
"Pakai ini saja...." gumamnya yang mengambil baju batik bergaya modern. Setelah di pakai, batik itu sangat cantik melekat di tubuh Rere. Memutar di depan cermin sambil tersenyum, nampak anggun sekali penampilanya hari ini.
Rere bergegas keluar dan menuruni anak tangga. Diruang makan, mama dan papanya sudah duduk menantinya untuk sarapan bersama seperti biasa.
"Pagi ma, pa....?" sapa Rere yang selalu ia ucapkan setiap kali akan memulai aktifitas sarapan. Selembar roti tawar dan satu gelas susu telah memenuhi perut Rere. Tidak ingin telat, gadis itu segera pamit untuk segera ke kantornya.
"Hati hati sayang..." kata bu Naina setelah anak semata wayangnya mencium tanganya serta suaminya.
"Iya ma, pa....."
Rere dengan tergesa segera menuju garasi. Hari ini ia begitu semangat sekali. Mungkin karena hari sabtu, hari yang di tunggu di mana kerja hanya separuh waktu. Tanganya membuka handel mobil setelah ia menyalakan alarmnya. Dengan lincah ia mengeluarkan mobilnya, dan memanaskannya sebentar untuk kemudian segera melajukan dengan pelan dan hati hati.
Arus lalu lintas yang sangat ramai dan hiruk pikuk orang yang berlalu lalang menjadi santapan setiap hari di kala pagi. Di mana orang orang di sibukan dengan aktifitas masing masing. Rere sangat menikmatinya selama dalam perjalanan menuju kantornya. Rambut hitam sebahu bergerak lembut seiring desiran angin yang masuk melalui kaca mobil yang ia buka. Sangat cantik sekali di tambah kacamata yang menghiasi penglihatannya.
Sampailah Rere di depan bangunan yang terpampang papan nama kantornya. Salah satu perusahaan anak cabang tempat ia bekerja saat ini. Kantornya memiliki induk yang sangat besar dan termasuk nomor dua se Indonesia yaitu ATHENA GRUP. Walaupun ia sudah bekerja beberapa tahun di situ, ia belum pernah bertemu dengan pemilik dari grup tersebut.
Rere berjalan agak tergesa memasuki kantor. Sapaan pak Parna ia jawab dengan seperlunya. Biasanya ia basa basi sedikit namun tidak untuk pagi ini. Ia langsung menuju ke ruanganya.
"Pagi semua....?" sapa Rere seperti biasanya dengan senyum dan keramahan. Seperti sudah mendarah daging dan sudah seperti keluarga sendiri. Baginya, kantor ini adalah rumah kedua setelah rumah orang tuanya.
"Pagi juga nona manis....?" balas Mika yang sudah duduk manis di kursinya.
"Cantik sekali hari ini Re....?" sahut Cindy yang baru saja selesai menebalkan lipstiknya.
"Ah masak sih, biasa saja....." jawab Rere tersenyum dan tidak mau sombong karena pujian.
"Bukan cantik, tapi cantik banget...." timpal Kevin sekenanya dan membuat Rere melirikan mata ke arahnya sambil tersenyum ringan. Pagi itu tumben Gilang belum datang.
Jarum jam sudah berada di nomer 8 dan jarum panjang di angka 9.Itu menunjukan bahwa 15 menit lagi sudah masuk jam kerja. Namun meja Gilang masih kosong. Ia belum juga datang.
Tumben anak ini belum datang
Rere bergumam dalam hati. Biasanya ia datang 20 menit sebelum di mulainya aktifitas bekerja. Kini ada rasa peduli di hati Rere. Mungkin sejak kemarin pas berdua pulang belakangan.
Belum ada 5 menit setelah Rere bergumam dalam hati, dari arah pintu, Gilang datang. Pagi ini ia terlihat sangat dan sangat tampan sekali. Rambutnya yang di sisir miring, seperti ABG yang baru menginjak dewasa. Tak di pungkiri saat Gilang masuk dan memberi salam, semua mata cewek tak lepas darinya.
"Pagi semua, saya belum terlambat kan....?" sapa Gilang dengan senyum manisnya dengan lesung pipi yang melengkapi wajah tampanya. Dengan outfit kaus lengan panjang hampir mirip dengan sweater dengan bentukan agak pas di badan, dengan kerah tinggi warna coklat susu dan celana hitam, semakin menambah sempurna ketampanannya.
"Be....lum...." ucap Cindy yang terbengong bengong. Gilang berjalan ke mejanya dan memberikan senyuman kepada Rere.
"Pagi mbak Rere...." sapaan khusus untuk wanita yang duduk di hadapanya yang sedang merapikan meja kerjanya.
"Pagi juga Lang..." jawabnya dengan hati yang kembali di buat deg degan, karena meliat penampilan Gilang hari ini.
Aduh aduh, abg satu ini kenapa perfect sekali hari ini, membuat jantungku berdebar kencang saja
Untuk menghilangkan rasa groginya, Rere segera membuka laptopnya pura pura menyibukan dirinya.
Suara jari jempol dan telunjuk Juna menyadarkan Cindy dari kagumnya memandang Gilang.
"Sadar woy...."
Cindy tersentak kaget dan menoleh Juna.
"Ih apaan sih, bikin kaget saja." tukas Cindy dengan agak sewot.
"Kagum sih kagum, sampe melongo gitu..." ujar Juna sambil membuka buka map yang berisi bahan referensi kerjaanya.
"Hayooooo, cemburu ya, kalau ada yang sedap di pandang kenapa tidak, sayang kalau di lewatkan, mubazir tau nggak...." celetuk Cindy sambil memasukan lipstiknya ke dalam tas lagi.
"Enggaklah, dasar cewek...." umpat Juna yang memonyongkan bibirnya.
"Mika, kamu cantik hari ini...." pesan yang di kirim Ata lewat chat.
"Makasi Ata...." jawab Mika membalas sambil senyum senyum sendiri. Begitu juga dengan Ata. Terlihat tersenyum sendiri sambil memegang ponselnya.
"Pulang kerja kita jalan yuk..." ajak Ata.
"Ke mana....?"
"Ke mana aja, yang penting sama kamu..." gombalan lelaki sejuta umat
"Boleh...."
"Jadi setuju nih....?"
"He em....."
Sania dan Kevin terlihat sudah fokus dengan laptopnya. Tak memperhatikan teman temanya yang sedang bertingkah aneh. Gilang meraih ponselnya. Terlihat ia sedang mengetik pesan.
Dreeetttttt
Ponsel Rere bergetar. Ditengoknya lalu menahan senyum di bibirnya.
"Jangan lupa janjinya ya....?"
Setelah membaca Rere tersenyum. Lalu membalasnya.
"Enggak kok tenang saja...." balasnya tanpa melirik ke arah Gilang.
"Aku maunya abis pulang saja mbak, kita langsung....." pinta Gilang.
"Langsung.....?" balas Rere kaget.
"Iya mbak Rere..., temenin aku jalan jalan di mall..."
Rere berfikir sebentar. Gilang melirik Rere yang sedang berfikir. Namun taka lama ia melihat Rere membalasnya.
"Baiklah, mbak mau...."
Gilang terlihat tersenyum bahagia. Rona wajahnya tidak bisa membohongi. Rere menatap Gilang dan tersenyum tipis. Melihat bocil di depanya dengan tingkah seperti sedang jatuh cinta kepada cewek saja.
"Tar pulang jalan yuk Re....?" ajak Mika tiba tiba. Rere yang tiba tiba di ajak Mika kaget. Melihat ke arah Gilang. Di lihat seperti itu, ia tahu bahwa Rere sedang gelagapan. Gilang mengode agar Rere tenang, dan Rere langsung menjawabnya.
"Maaf Mika, aku gak bisa ada janji sama temen soalnya...." jawabnya dengan wajah menyesal.
"Oh begitu ya, ya sudah, ga papa Re, tar aku ajak Cindy atau Sania saja...." jawab Mika yang tidak kecewa sama sekali.
Bersambung