Sila, Susilawati 25 tahun ibu dari seorang putri kecil dan istri dari seorang pengusaha mapan bernama Hadi Tama 28 tahun. Keluarga kecilnya yang bahagia hancur ketika dirinya di jebak hingga tanpa sadar dia ditemukan oleh sang suami dalam keadaan tidak pantas di sebuah kamar hotel hingga sang suami menceraikan nya dan mengambil hak asuh atas anaknya. Siapa yang menjebaknya? dan siapa yang pria yang bersamanya malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KYKB 15
Bayangan masa lalu yang begitu indah tiba-tiba muncul begitu saja, berbanding dengan rasa sakit yang saat ini sedang menyayat hati dan jiwaku. Kenangan saat pertama kali aku bertemu dengan mas Hadi.
Awal pertemuan kami di sebuah halte bis, ketika aku akan berangkat kuliah dan ayah tidak bisa mengantarkan aku seperti biasanya. Waktu itu hujan tak kunjung reda, seorang pria yang memakai kemeja putih dan celana hitam terlihat sedang cemas menunggu di halte bis, di sebelahku.
Ponsel ku berdering dan seorang teman kuliah menghubungiku kalau pelajaran sudah akan di mulai, tapi tak kunjung ada satu bis pun yang lewat. Pria itu lalu menghampiriku dan menawarkan bantuannya untuk mengantarkan aku dengan motor bebek hitam berlist merah nya.
"Aku sudah kehilangan kesempatan, aku tidak mau kamu juga kehilangan kesempatan!" katanya padaku.
"Ma.. maksudnya?" tanya ku ragu.
"Aku kehilangan kekasihku hari ini, aku tidak mau kamu kehilangan kesempatan belajar. Belajar yang benar, aku dulu tidak pernah menganggap serius belajar, hingga pekerjaan yang aku dapatkan juga tidak terlalu baik, karena itu orang tua kekasihku... ah sudahlah. Ayo aku antar! pakai jas hujan ini!" ucapnya lagi sambil memberikan satu setel jas hujan padaku.
Aku masih bengong saat itu tidak tahu harus apa, ayah selalu bilang jangan pernah bicara dan menerima bantuan orang asing apalagi seorang pria.
"Kenapa bengong, aku bukan orang jahat. Kalau aku jahat aku akan bawa lari kekasih ku itu sebelum orang tuanya menjodohkan nya dengan pria lain!" Ucapnya lagi.
Aku perlahan meraih jas hujan itu dan memakainya. Untuk pertama kalinya saat itu aku membonceng pria lain selain ayah dan kak Bima. Kakek lelakiku satu satunya.
Itulah awal pertemuan ku dengan mas Hadi, rasanya itu baru terjadi kemarin. Dan setelah itu kami menjadi teman, dia sering datang diam-diam ke kampus untuk bertemu dengan ku, setahun kemudian dia berani mendatangi rumah ayah sebelum menyatakan perasaannya padaku, dia meminta ijin dahulu pada ayah, sebelum dia menyatakan perasaannya padaku.
Aku tidak mengira pria sebaik itu akan berubah menjadi pria yang bisa berpikiran licik dan menjebak ku hanya untuk mendapatkan semua harta yang kami telah kumpulkan bersama selama lima tahun.
Aku tidak perduli pada semua itu, tapi aku tidak rela kehilangan hak asuh Mika karena kelicikan mas Hadi dan selingkuhan nya.
Aku tertegun sejenak, aku merasa aku pernah melihat wanita itu, tapi dimana ya?
Selain di pengadilan saat putusan perceraian waktu itu, aku benar-benar yakin pernah melihatnya namun tidak seperti tadi. Saat itu dia terlihat lebih lugu dan riasannya sederhana.
"Ya Tuhan, dia itu mantan kekasih mas Hadi yang dulu mas Hadi bicarakan saat bertemu dengan ku!" gumam ku sambil memukul tanah.
Aku pernah melihat fotonya di dompet mas Hadi, bahkan sebulan sebelum kami menikah saat mas Hadi menitipkan dompetnya padaku ketika dia akan membantu memadamkan kebakaran di sebuah kedai kecil ketika kami tidak sengaja berada di sana. Aku sampai bertengkar dengan mas Hadi saat itu, dan dia bilang itu foto bawaan dompet. Aku tidak percaya, karena biasanya foto bawaan dompet itu artis, dan wanita itu bukan artis. Saat dia hari aku tidak mau bicara dengannya, dia baru membuang foto wanita itu di depanku bahkan menyobeknya terlebih dahulu.
Air mataku kembali mengalir, ternyata wanita itu adalah wanita dari masa lalu mas Hadi. Tapi kenapa mas Hadi tidak jujur saja padaku, kenapa harus menusukku dari belakang seperti ini. Apakah rumah tangga kamu yang di bangun dengan tangis dan keringat selama lima tahun ini benar-benar tidak ada artinya di banding wanita itu. Apa dia tidak pikirkan sedikit saja kebahagiaan kami yang kami lewati selama lima tahun, sedikit saja...
"Ya Tuhan...!" lirihku masih terus menangis membuat tanah di bawah ku menjadi basah karena air mataku yang tak kunjung berhenti mengalir.
"Mas Hadi!" lirih ku sambil terisak.
Dan langit pun seolah merasakan apa yang aku rasakan, suara petir menjadi awal turunnya hujan deras. Sekarang tanah di bawahku tidak hanya basah karena air mataku, tapi juga karena air hujan. Aku masih tidak beranjak dari tempat ku duduk, rasanya aku tidak bisa bangun lagi. Aku tidak punya kekuatan untuk itu. Cintaku selama lima tahun, pengorbanan ku selama lima tahun, dan kerja kerasku semuanya sudah tidak ada artinya lagi. Bahkan keluargaku dan semua temanku sudah tidak percaya padaku, ayahku sendiri bahkan mengusir ku dari rumah. Dan itu karena mas Hadi berkhianat, dia bahkan menjebak ku. Ayah ku dulu minta di buatkan perjanjian pra nikah, karena memang selama setahun kami menjalin hubungan kami sering sekali bertengkar dan salah paham.
Karena itu ayah minta di buatkan surat perjanjian pra nikah, agar mas Hadi tidak mengkhianati ku. Tapi kenyataannya, karena surat itulah mas Hadi menjebak ku, aku bahkan tidak menyadari semua itu. Setahun dia berselingkuh dan aku tidak tahu, aku bahkan tidak bisa merasakan nya, karena sikap mas Hadi memang baik luar biasa. Bahkan saat di rumah mertuaku terakhir kalinya pun, dia masih membelaku. Siapa yang akan menyangka kalau sebenarnya semua itu hanya sandiwara.
Surat perjanjian pra nikah itu yang telah membuat ku kehilangan Mika, membuatku kehilangan nyawaku, karena Mika adalah nyawaku. Sekarang aku bahkan tidak ingin hidup lagi.
Hiks hiks hiks...
Bahkan tidak ada yang perduli padaku. Untuk apa lagi aku hidup. Suamiku telah mengkhianati ku, ayahku mengusirku dan sangat membenciku, anakku... aku tidak akan bisa bertemu lagi dengannya. Karena sekarang aku tidak punya apa-apa.
Pikiran ku mendadak kosong, aku berdiri dan menatap nanar ke arah depan. Aku menyusuri gang kecil yang hanya bisa di lewati pejalan kaki ini. Cukup lama aku berjalan sendirian, benar-benar sendirian. Langkah gontai ku mengarahkan aku ke sebuah suara, aku bisa mendengarnya dengan jelas. Suara deburan ombak yang begitu kencang, mungkin karena sedang hujan deras jadi ombak di laut pun sangat kencang.
Sudah sangat jauh dari jalan raya, sangat jauh... mungkin sudah setengah jam aku berjalan gontai. Aku melihat bayangan Mika tersenyum di atas deburan ombak itu.
"Mika...!" lirih ku.
Dengan derai air mata yang masih terus mengalir di pipiku, aku tersenyum getir.
"Mika sayang...!" lirih ku sambil terus maju ke arah bayangan Mika yang sedang tersenyum itu.
Tanpa sadar aku merasakan bagian perut ku ke bawah terasa sangat dingin. Aku tersentak, ternyata tanpa ku sadari aku sudah berjalan ke tengah laut. Saat aku sadar dan akan berbalik, sebuah ombak yang sangat besar datang dan nafasku terasa sesak, semua pun menjadi gelap.
***
Bersambung...
jangan terpuruk dan harus move on...
💪💪💪 sila.