Falisya seorang gadis cantik yang berasal dari desa, dia terpaksa harus pindah sekolah ke kota karena orang tuanya.
ternyata tujuan dia pindah ke kota adalah untuk menikah dengan Mahendra, lelaki asing yang tidak ia kenal sama sekali.
mereka melakukan pernikahan karena perjanjian orangtua nya dahulu.
untuk merahasiakan pernikahan itu, mereka melakukan berbagai cara.
Di sekolah falisya adalah adik kelasnya mahendra.
Pertama kali falisya menginjakkan kaki di sekolah itu, ketos tampan tertarik padanya, hingga membuat Mahendra yang terkenal cuek dan dingin merasa tersaingi.
Ketos dan Mahendra adalah dua orang yang berpengaruh di sekolah, hingga membuat mereka saling bersaing. Mahendra tidak menyukai Alif yang selalu berusaha mendekati falisya, hingga berbagai cara ia lakukan untuk menjauhkan mereka berdua.
Bagaimana falisya dan Mahendra menyembunyikan pernikahan mereka?
Dan apa saja tantangan yang mereka dapatkan karena pernikahan itu?
Akankah mereka saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Falisyaa Cf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Ibu Bapak Falisya
"Mahendra, apa falisya menyusahkan dirimu?" tanya Hendri.
"Ih bapak mana ada seperti itu,"
"Nggak kok, pak!" jawab mahendra tersenyum canggung. Lelaki itu bingung harus bersikap bagaimana sehingga dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Bapak sama ibu nginep disini?" tanya falisya.
"Iya, kami nginep disini selama seminggu! Nggak apa-apa kan?"
"Se-seminggu?" tanya falisya meneguk salivanya.
"Habis deh gue, mana bisa gue selama seminggu sama Mahendra baik-baik aja, ya ampun kenapa bapak sama ibu lama banget sih!" batin falisya.
"Gue harus seminggu bersikap sebagai suami yang yang bijak sana? Mampus dah gue," batin Mahendra.
Kini mereka saling mengerutu di dalam hati masing-masing karena mereka akan melakukan drama sebagai sepasang kekasih yang saling mencintai selama seminggu, itu bukalah waktu yang sebentar bagi mereka. Seminggu seperti rasa setahun jika mereka melakukan drama seperti itu, Mahendra dan falisya saling menatap.
"Kenapa falisya? kamu nggak suka ya ibu sama bapak tinggal disini?" tanya ibunya.
"Ya suka dong, Bu! Pertanyaan ibu ada-ada aja, kalau gitu ibu istirahat dulu ya, falisya mau ke kamar dulu mengganti pakaian," ujar falisya.
"Iya, sayang,"
Mahendra menundukkan kepalanya dan langsung mengikuti falisya kedalam kamar, dia mengunci pintunya dan menarik tubuh falisya hingga mereka duduk di tepi ranjang dengan saling berhadapan.
"Falisya yang benar aja bapak sama ibu Lo selama itu disini?" tanya Mahendra.
"Ya mau gimana lagi? Gue juga nggak tahu!"
"Iyaudah nikmatin aja drama yang Lo inginkan ini, kak!" ujar falisya.
Wanita itu langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu langsung mengintip keluar kembali dan menatap tajam kearah Mahendra.
"Awas aja ya kakak ngintip," peringat falisya.
"Ck, sialan! Mandi Lo sana!," umpat Mahendra.
Lelaki itu masih memikirkan bagaimana caranya mereka menjadi suami istri yang baik, lalu Mahendra langsung mengambil ponselnya dan membaca artikel tentang menjadi suami yang baik.
Saat dia membaca membuatnya bergidik ngeri, "Memeluk istri dari belakang?"
"Menciumnya tiba-tiba?"
"Yang bisa gue langsung di lempar lemari sama falisya kalau begitu, argh nggak jelas artikel ini!"
Mahendra langsung melemparkan ponselnya dan berbaring di atas ranjang dan memejamkan matanya, karena merasa sangat lelah akhirnya dia langsung tertidur pulas. Falisya yang baru selesai mandi langsung melirik kearah mahendra yang sedang tertidur, dia langsung masuk ke walk in closet untuk segera memakai bajunya.
"Falisya," panggil ibunya.
"Iya, Bu!" falisya langsung bergegas memakai pakaiannya dan langsung turun kebawah menemui ibunya.
"Ibu sudah masak nih untuk kita, Mahendra mana?"
"Mas mahen lagi tidur, bu!" lidah falisya terasa kelu saat memanggilnya dengan sebutan itu.
"Iya udah, kita makan nanti saja ya tunggu suamimu sudah bangun,"
"Eh nggak usah, ibu sama bapak makan aja duluan, nanti biar falisya yang menemani mas Mahendra,"
Wanita paruh baya itu tersenyum saat melihat hubungan pernikahan anaknya itu semakin membaik, "Iyaudah kalau begitu!"
"Pak, ayo makan dulu!"
"Mahendra, mana falisya?" tanya bapaknya.
"Lagi tidur, pak! Sudah bapak sama ibu makan duluan aja ya, falisya mau lihat mas mahen sudah bangun apa belum," ujar falisya.
Falisya langsung berlari menuju kamarnya dan menguncinya, dia menggoyakan lidahnya dan masih terasa aman. Lalu dia menatap kearah mahendra yang sedang tertidur. Dia membangunkan dengan menggoyangkan tubuh lelaki itu dengan kuat.
"Kak bangun,"
"Ayo makan dulu, falisya laper!" keluhnya.
"Kak!"
"Aaaaaa," falisya menjerit saat tangannya ikut ketarik selimut yang di pakai oleh mahendra, hingga tubuhnya terjatuh ketubuh lelaki itu dan berguling kebawah, saat dia hampir terjatuh tangan Mahendra langsung menarik pinggul falisya hingga mereka semakin dekat sekali. Kini jarak wajah mereka hanya setipis tisu saja membuat falisya membulatkan matanya.
Falisya meneguk salivanya dalam-dalam lalu Mahendra langsung tertidur kembali dengan posisi mereka saling berpelukan, falisya benar-benar bingung di situasi seperti ini terlebih lagi lelaki itu tidak sepenuhnya sadar saat menarik tubuh falisya agar tidak terjatuh.
Saat falisya Berusaha melepaskan pelukan lelaki itu tangannya Mahendra malah semakin kuat memeluknya, "Mau cowok ini apaan sih, apa dramanya sudah dimulai?"
Falisya menghembuskan nafasnya kasar dan menatap wajah lelaki itu dari dekat, tanpa ia sadari senyuman terbit dari wajah cantiknya. Tangannya ingin sekali merapikan rambut mahendra yang berantakan, namun dia menghentikan pergerakan tangannya dan mengurungkan niatnya tersebut.
Falisya ikut memejamkan matanya dan langsung tertidur lelap, kini mereka tidur dengan posisi falisya berada di pelukan Mahendra, namun jika lelaki itu terbangun dan melepaskan tangannya maka bisa membuat falisya langsung terjatuh ke lantai.
Waktu terus berlalu, tanpa terasa kini hari telah di selimuti kegelapan, namun dengan adanya cahaya bulan dan bintang malam ini terlihat sangat indah dan mengagumkan. Sepasang suami istri yang masih saja tertidur dengan posisi yang sama, di luar Vina mengetuk pintu kamar mereka karena dari tadi juga belum keluar untuk makan. Pintu terus diketuk namun tidak ada jawaban dari dalam.
"Falisya,"
"Mahendra,"
"Kalian di dalam?" tanya Vina.
"Ayo makan dulu loh, kalian dari tadi siang belum ada makan,"
"Sayang,"
"Kenapa mereka nggak ada menjawab sama sekali? Apa ada sesuatu terjadi di antara mereka?" Vina langsung memaksa untuk membuka pintu tersebut namun terkunci dari dalam.
"Kenapa, buk?"
"Ini loh pak mereka nggak ada suaranya sama sekali, ibu panggilin nggak ada yang menjawab. Ibu takut mereka kenapa-kenapa!"
"Mungkin lagi tidur, buk!"
"Mungkinlah, pak! Tapi mereka itulah belum ada makan loh apa ya nggak lapar?" tanya Vina.
"Nanti kalau mereka lapar mereka bangun terus keluar, biarkan sajalah Bu namanya juga pengantin baru, macam Ndak tahu saja ibu ini,"
"Hihihi, semoga mereka segera kasih kita cucu ya, pak!"
"Jangan dong Bu! Falisya masih kecil kasihan jika harus mengandung secepat itu!"
"Iya pak, ibu tahu!"
"Iyaudah kita kekamar saja, jangan ganggu mereka lagi," ajak hendri.
Kini mereka memasuki kamar bertulisan rusak tersebut, ternyata di dalamnya bagus tanpa ada yang rusak sama sekali. Ternyata itu hanyalah kelakuan mama eva agar mereka tidur di kamar yang sama.
Vina dan Hendri langsung tidur karena mereka merasa lelah, di kamar sebelah yang terdapat sepasang suami istri baru netas itu pun mereka sedang menikmati mimpi-mimpi mereka.
"Falisya, aku mencintaimu! Mari kita mulai hubungan kita tanpa bertengkar lagi," ajak mahendra.
"Aku juga mencintaimu, mas! Aku juga bosan jika selalu harus bertengkar, karena aku ingin di manja sama kamu!" ujar falisya dengan centil.
"Mas, kenapa bunga itu wangi?" tanya falisya.
"Kenapa?"
"Kerena yang bau itu kamu," jawab falisya terbahak-bahak.
Mahendra langsung mencubit pipi wanita itu dan menggelitiknya hingga wajah falisya merah padam akibat menahan rasa geli, dia memohon untuk di ampuni. Akan tetapi Mahendra tidak memperdulikan nya, yang membuat mereka kembali bertengkar. Falisya langsung menggigit tangan lelaki itu.
"Ck, sialan lo!" Sungut Mahendra.