Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .
Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.
Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Inner Child
"Aku gamau pulang." rengek Gaby sambil berguling-guling di atas ranjang.
Gue, mama, papa dan kak Yura cuma ngelihatin dia. Kita udah coba bujuk dia supaya cepetan mandi terus pulang tapi dia nya susah banget. Dia gak mau pulang guys.
"Ayo dong, udah sore nih nanti sampek rumah pasti larut kalo gak cepet-cepet." ucap gue. Gue udah siap, udah nenteng tas juga.
"Tapi aku masih mau disini. Kakak aja yang pulang sendiri."
"Oke." Gue udah geram banget nih.
Gue lalu melangkahkan kaki keluar kamar. Gak pura-pura, gue emang beneran mau pulang nih.
"Chan..." cegah mama.
Gue cuma membuang napas kasar.
Kebiasaan deh kalo diajak pulang selalu susah si Gaby tuh. Gue kapok, besok-besok gak usah diajakin kesini lagi aja deh.
"Pulang dulu ya dek. Nanti kalo udah weekend kesini lagi." ucap mama.
"Aku belum puas disini, tambah sehari ya, plis maa. Entar aku nulis surat ijin aja, kak Chandra juga."
"Enggak. Aku Senin ada meeting di kantor. Gak boleh ijin." ucap gue. Bener kok ada meeting besok tuh.
Si Gaby mulai gusar lagi, dia kembali berguling-guling di atas ranjang lagi. Kali ini ngeluarin senjata ampuhnya, yaitu na—ngis.
Kita berempat udah bener-bener tepok jidat sama kelakuan ini bocah.
"Dek." panggil papa. Gaby gak peduli masih guling-guling terus.
"Kamu gak mau liat pasar malem?"
Gaby menolehkan kepalanya menatap papa, seketika dia berhenti menangis.
Gue juga ikut-ikutan ngelihat ke arah papa dong. Emang beneran ya ada pasar malem? Apa jangan-jangan papa cuma ngibul?
"Iya pasar malem dek. Emang kamu kemarin pas kesini gak liat ya?"
"Dimana pa?" tanya Gaby.
"YaAllah kamu gak liat pasar malem gede banget pas kesini?? Astaga. Bagus banget loh dek."
"Dimana sih pa?" Gaby mulai kepo. Dia kini mendudukkan tubuhnya.
"Kamu mau liat?"
Gaby mengangguk.
"Tapi abis liat pulang ya?" tawar papa.
Gaby terlihat berpikir sebentar. Dia kembali membuka suara, "Ta-tapi pa..."
"Yaudah kalo kamu gak mau, kita gak jadi berangkat ke pasar malem bareng-bareng nih."
"Aaaa Gaby mau liat." rengek Gaby.
"Tapi abis liat langsung pulang ya."
Gaby akhirnya mengangguk.
"Janji dulu dong."
"Iya janji." ucap Gaby sambil menautkan jari kelingkingnya pada jari papa.
"Udah sekarang mandi dulu ya. Lalu kita berangkat, kalo sore gini pas bagus-bagusnya dek." suruh papa. Gaby nurut lalu ngambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Akhirnya papa berhasil membujuk Gaby.
Kita bertiga bernapas lega. Mama sama kak Yura lalu pergi keluar kamar. Disusul papa juga.
"Pa, emang beneran ada pasar malem?" tanya gue pas papa mau keluar.
"Papa juga gak tau."
What?
Seketika gue cuma bisa melongo.
...***...
Setelah muter-muterin kota Solo akhirnya kita menemukan sebuah pasar malem. Gila ya ini mah lokasinya jauh banget, kira-kira 1 jam dari resto. Dan ini bukan jalur kita pulang.
"Kak kayaknya kita kemaren gak lewat sini deh?" ucap Gaby.
'Ya emang!' batin gue.
"Lewat sini, kamu aja kali yang lupa." ucap gue sambil acting kalem gitu, biar gak disangka bohong.
Gue lalu memarkirkan mobil di samping mobil papa. Jadi kita kesini rame-rame sesuai perjanjian papa tadi, calon suaminya kak Yura juga ikut.
"Jangan lama-lama ya dek udah sore nih, entar keburu malem aku nya ngantuk." ucap gue pada Gaby.
Gaby nya gak nyaut diajak ngobrol, dia lagi membeku di tempatnya karena kagum ngelihat wahana-wahana dari dalam kaca mobil. Matanya berbinar mandangin lampu-lampu yang terpasang di jalan masuk pasar malem.
"Ayok turun." ajak gue.
Kita lalu turun dadi mobil. Gaby langsung menghampiri kak Yura dan mama di depan. Kemudian menelusupkan tangannya ke lengan mereka.
"Ma, kak ayo agak cepet." ucap Gaby lalu menarik mereka ke dalem.
Nah gue, papa, sama kak Martin ngapain? Masa cowok juga ke pasar malem sih? Mending nunggu di mobil aja apa gimana?
"Untung ada Martin yang bisa nemuin pasar malem, kalo gak mahh bisa runyam dunia." ucap papa sambil menepuk punggung kak Martin. Mereka berdua lalu ikut menyusul masuk. Yaudah deh gue juga ikut masuk juga, daripada disini sendirian ntar dikira kang parkir.
Kita semua keliling-keliling lihat apa aja yang ada disini.
Sekarang masih sepi karena kan pasar malem tuh ramenya pas malem hari, iya kan?
Tiba-tiba Gaby nunjuk wahana yang muter-muter kayak kincir, apa ya namanya gue lupa. Oh iya inget, namanya bianglala.
Jangan bilang kalo nih bocah mau naek?
"Aku belum pernah loh ma naik begituan?"
Nah kan bener dugaan gue.
"Kak Yura naik sama kak Martin, biar aku sama Kak Chandra."
Lah?
Ngapain gue dibawa-bawa sih?
"Ayok kak ngantri!" ucap Gaby lalu menggelandang tangan gue ke abang-abang bianglalanya.
"Jangan lari!" seru mama.
"Bang mau naik." ucap Gaby pada abang-abangnya.
"Iya ngantri dulu ya dek."
"He'eh, dua tempat ya bang."
"Oke."
Kita lalu mengantri, nunggu giliran.
"Emang kamu gak takut naik beginian?" tanya gue. Gaby menggeleng.
"Bikin mual loh."
"Enggak kak." ucap Gaby sambil memutar bola matanya malas. Mulai ngeselin kan. Padahal katanya tadi belum pernah naik tapi sekarang sok tau banget. Pengen gue jitak deh.
"Ayo silahkan." abang-abangnya nyuruh kita masuk ke dalam sangkar.
Sangkar? Iya bener sangkar kan. Orang bentuknya aja kayak sangkar kok.
Sangkar-sangkar ini mulai bergerak naik.
Aihh.
Kok goyang gini.
"Santai aja kak. Jangan tegang." ucap Gaby sambil ketawa-ketawa ngeledek.
Tahan... Tahan emosi...
Gaby kemudian mengeluarkan ponselnya dari kantong celana.
"Ayo selfi dulu." ajak dia sambil memposisikan ponselnya dari atas.
Cekrek
Cekrek
Cekrek
"Xixixixi." Gaby cekikikan.
"Apanya yang lucu?"
"Ekspresi kakak kek orang nahan poop." ucap Gaby sambil menunjukkan hasil selfinya tadi. "Aku post di ig ya."
"Heiii jangannn!" gue langsung rebut ponselnya dong.
"Eh jangan dihapus. Iya-iya gak bakalan aku post kok, sini balikin ponselnya."
Gaby mengambil sendiri ponselnya dari tangan gue.
"Awas ya kalo bo'ong, gue sumpahin follower lo rontok." ancam gue. Dia gak menggubris sama sekali, masih cengengesan ngelihatin ponselnya itu.
Gue pikir-pikir kok bianglala ini gak berhenti-berhenti ya. Dari tadi muter terus, mana muternya makin kenceng.
Jegrekk
"Astaughfirullahaladzim." Gue kaget lalu menyeimbangkan sangkar milik gue sama Gaby yang lagi goyang.
Kurang ajar ya kalo mau berhenti bilang dong anyink! Kaget gue kan jadinya!
Gue mendongakkan kepala ke bawah, keluar sangkar.
Lah gue kira udah selesai dan kita mau diturunin. Ternyata posisi kita itu masih di atas. Atas sendiri coy, gue ngeri banget. Gue makin mengeratkan pegangan gue pada celah-celah besi sangkar.
Ngajak bercanda nih abang-abangnya.
"Kak Yura!" panggil Gaby sambil dada-dada ke sangkarnya kak Yura yang posisinya agak bawah dari sangkar kita.
"Gaby jangan gerak terus!" gue nyuruh Gaby buat berhenti ngebuat sangkarnya goyang. Gue takut kalo pengaitnya lepas terus kita terjun bebas gimana. Mana besi sangkarnya udah berkarat semua, bener-bener gak safety.
Sumpah ini itu ngeri banget ya, posisi kita ada di paling atas. Terus sangkar punya kita tuh gak seimbang. Jomplang banget. Secara berat badan gue sama Gaby kan beda jauh. Posisi duduk Gaby sampek merosot-merosot ke arah gue. Dia berkali-kali mundurin badannya hingga ngebuat sangkarnya ini makin goyang gak karuan.
"Gaby duduk yang anteng atau gue lempar lo keluar!"
Gaby bener-bener bikin gue naik pitam, dia terus-terusan noleh ke kanan ke kiri juga. Pecicilan bet deh nih anak.
Jegrekk
Ingin ku mengumpat!
Bianglalanya muter lagi.
Bisa gak sih kalo mau muter itu kasih kode dulu?
Bikin gue jantungan aja anjir.
Selesai naik bianglala si Gaby ngajak naik komedi putar.
Ya jelas gue tolak lah, orang gue udah gede, cowok lagi, masa naik kuda-kudaan warna warni sih. Malu sama badan!
"Ayo dong, katanya tadi suruh cepet-cepet kak." rengek Gaby sambil menghentak-hentakkan kakinya.
"Gue gak mau. Sana lu naik sendirian aja."
"Chan..." panggil mama dengan suara khasnya itu.
Huhhh...
"Tapi ma, Chandra malu." lirihku.
"Masih sepi nih, gak bakalan ada yang liat." ucap mama.
"Nah kan ayooo dong kakkkk." Gaby menggoyang-goyangkan lengan gue.
Gue menggeleng.
"Sama kak Yura aja deh." ucap gue nunjuk kak Yura yang ada di belakang.
"Aku lagi pakek rok Chan." sahut kak Yura.
Ck!
Dengan malas akhirnya gue menuruti kemauannya Gaby. Kita berdua lalu memilih kuda yang mau kita naiki.
"Sudah siap?" tanya abang-abangnya sambil ketawa-ketiwi ngelihatin gue. Abang-abangnya ngeledekin gue anjir!
"SIAPPP!" pekik Gaby excited.
Kuda-kudanya mulai bergerak. Muter-muter terus naik turun. Apaan sih kayak mainannya balita aja deh.
Gaby girang banget, dari tadi nyengir mulu sampek giginya kering.
Kak Yura mengambil beberapa foto kita menggunakan ponselnya.
"Senyum!" suruh Kak Yura.
-_-
...***...
"Kamu mau naik apa lagi dek?" tanya mama.
"Eeemm--"
"Udah deh, udah mau magrib nih. Kita nanti sampek rumah mau jam berapa?" tolak gue dengan keras.
Mama menghela napas.
Gimana sih mama, kok malah ditawarin lagi sih si Gaby-nya?
Gaby mendekat ke gue. Dia natap gue dengan tatapan melasnya itu, "Masa adek cuma naik 2, kan belom puas."
Gue memejamkan mata rapat-rapat.
Tarik napas, buang napas.
"Yaudah mau naik apa lagi? Cepet." gue mencoba sabar dan sabar. Untung aja ada mama, kalo gak udah gue hanyutin ke kali nih perempuan kecil ini.
"Emmm--"
"Em am em apaan? Cepet!" bentak gue.
"Chan..." panggil mama.(Lagi dan lagi)
Oke Chandra jangan ngegas, hajar aja nanti adek lo kalo udah sampek rumah.
"Main itu aja." ucap Gaby sambil menunjuk ke suatu arah.
Gue menoleh ke arah yang dia maksud. Seketika itu aku langsung mengernyit. "Emang lo bisa?"
"Maksudnya kakak yang main." ucap Gaby.
"Oke." Kita lalu berjalan menuju kesana.
Kenapa Gaby nyuruh gue buat main tembak-tembakan sih? Kok tumben banget.
Gue sih mau-mau aja, lagian cuma di stand ini yang menyajikan permainan menantang, lainnya permainan anak kecil dan cewek semua.
"Ayo kak harus kena!" ucap Gaby. Kak Yura dan kak Martin lagi jalan ke stand lain. Papa juga, jadi cuma ada Gaby sama mama yang nemenin gue.
Permainan yang dipilih Gaby ini mengharuskannya gue harus mengenai target 3 buah kaleng di depan sana. Peluru yang dikasih cuma 5.
"Kak pokoknya harus dapet itu." ucap Gaby yang telunjuknya lurus mengarah ke sebuah boneka beruang gede berwarna pink. Untuk dapet boneka itu berarti harus kena kaleng ketiga-tiganya.
"Gak, gue mau kaca mata itu aja, 2 tembakan langsung dapet." ucap gue. Gaby langsung cemberut. Gue sengaja kerjain dia dulu biar ngambek. Wkwk.
"Agak sana." suruh gue.
Gaby lalu mundur beberapa langkah.
Gue mulai membidik. Mengarahkan senapan yang ada di tangan gue ini ke kaleng. Lumayan susah sih karena gak ada scope atau kaca pembesarnya. Jadi harus pakek mata langsung.
Dorr
Anjing meleset.
"Gimana sih Kak!" pekik Gaby.
"Makanya jangan berisik, jadi gak konsen kan!"
"Chan..." panggil mama.
"Gaby tuh ma."
"Kok aku?"
"Halah sama aja." ucap mama.
Gue kembali melanjutkan permainan gue. Aduh gimana nih kalo meleset semua, Gaby pasti kecewa. Terus dia ngambek gak mau diajak pulang lagi gimana? Bisa-bisa malem ini tidur di pasar malem dong???
No!
Gue pasti bisa.
Gue mulai membidik lagi. Memicingkan mata gue buat mastiin posisi senapan gue udah lurus tepat ke target apa belum.
Dorrr
Kletak.
Eh anjir, cuma nyerempet! Kalengnya oleng sedikit tapi kembali lagi ke tempat semula. Shit!
Gue ngelihat ke abang-abang penjaga stand nya, gue curiga nih jangan-jangan udah diakalin sama dia. Udah di lem ya kalengnya??
Abang-abangnya cuma mengedikkan kedua pundaknya ke arah gue.
It's okay. Gue gak boleh suudzon, gue harus buktikan lagi. Aihh tadi tembakan ke berapa? Dua ya? Oh my gosh kesempatan gue tinggal 3 lagi. Kalo gak ada yang kena gimana nih???
Gue menoleh ke arah Gaby sama mama. Gaby keliatan berharap banget sama gue. Oke By, bakal gue usahain deh.
Bismillah...
Dorrr
Kletakk
Doorrr
Kletak
Dorrrr
Kelataakk
Ketiga kaleng berjatuhan ke tanah. Asap masih mengepul keluar dari lubang senapan.
Fiuhh...
Gue lantas meniupnya dengan gaya keren.
"YESSSS!!" Gaby menjerit kesenengan. Dia kemudian loncat-loncat beberapa kali.
Alhamdulilah.
Akhirnya dapet boneka.
~tbc...