Sebuah kota kecil bernama Reynhaven, seorang pria ditemukan tewas di rumahnya, tepat lima menit sebelum tengah malam. Di pergelangan tangannya, ada tanda seperti lingkaran berwarna hitam yang terlihat seperti dibakar ke kulitnya. Polisi bingung, karena tidak ada tanda-tanda perlawanan atau masuk secara paksa. Ini adalah korban kedua dalam seminggu, hingga hal ini mulai membuat seluruh kota gempar dan mulai khawatir akan diri mereka.
Di lain sisi, Naya Vellin, seorang mantan detektif, hidup dalam keterasingan setelah sebuah kasus yang ia ambil telah gagal tiga tahun lalu hingga membuatnya merasa bersalah. Ketika kasus pembunuhan ini muncul, kepala kepolisian memohon pada Naya untuk kembali bekerja sama, karena keahliannya sangat diperlukan dalam kasus ini. Awalnya ia sangat ragu, hingga akhirnya ia pun menyetujuinya. Akan tetapi, dia tidak tahu bahwa kasus ini akan mengungkit masa lalunya yang telah lama dia coba lupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Tahu Dan Hampir Menjadi Korban Kelima
Setelah pertemuannya dengan Naya beberapa hari yang lalu, Sienna merasa dirinya berada di titik awal sesuatu yang besar. Meski Naya tidak secara langsung memintanya untuk terlibat, Sienna tahu bahwa keberadaan Bayangan Hitam adalah kunci dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi pada Jonas dan berbagai kasus yang tidak terpecahkan.
Selama dua bulan ini, Bayangan Hitam telah menjadi sosok misterius yang mengintai dalam gelap. Sosoknya lebih mirip legenda kelam daripada manusia nyata, tapi bagi Naya dan sekarang Sienna, Bayangan Hitam bukan sekadar cerita. Dia adalah ancaman nyata, seseorang yang harus diungkapkan keberadaannya.
Disaat dia ingin menelusuri beberapa laporan, sebuah email masuk kedalam ponselnya. Sienna mengambilnya dan membuka pesan itu.
"Jangan terlalu ikut campur, wartawan Sienna!"
Email kedua masuk lagi. "Aku memperingatkan mu untuk tidak terlibat terlalu jauh."
Sienna menghiraukannya dan mulai kembali menelusuri laporan dan catatan lama milik Jonas. Setiap detail, sekecil apa pun, diperhatikan. Dia menemukan beberapa nama yang berulang dalam catatan itu, tetapi ada satu yang menarik perhatiannya yaitu sebuah proyek gagal yang bernama Astra Land.
Dalam salah satu catatan Jonas, nama proyek itu sering disebut berhubungan dengan aktivitas mencurigakan, termasuk kasus hilangnya beberapa saksi kunci di kasus besar. Lebih mencurigakan lagi, Astra Land memiliki gudang di daerah pinggiran kota yang juga disebutkan dalam beberapa dokumen.
"Ini bisa jadi tempat yang kucari," gumam Sienna, mengambil foto peta lokasi gudang itu.
Malam itu, Sienna memutuskan untuk mendekati gudang tersebut. Dia tahu ini berbahaya, tetapi dia tidak ingin membuang waktu. Dengan kamera kecil di tangannya dan ponsel yang selalu siap, dia berjalan ke daerah terpencil di mana gudang itu berada.
Saat tiba di sana, gudang tersebut tampak tua dan terabaikan, tapi Sienna bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Pintu gudang sedikit terbuka, dan suara langkah kaki terdengar dari dalam. Dia berjongkok, mencoba mendekat tanpa menimbulkan suara.
Di dalam gudang, dia melihat beberapa dokumen yang berserakan di lantai. Dia mengambil beberapa foto cepat dengan kameranya, kemudian mulai membuka sebuah kotak besar di sudut ruangan. Di dalamnya, dia menemukan peta lain, dengan beberapa lokasi yang ditandai.
Sienna sedang memeriksa salah satu peta ketika tiba-tiba sesuatu menghantam kepalanya dari belakang. Dunia sekitarnya berubah gelap, dan tubuhnya jatuh ke lantai.
Rasa sakit yang tajam di belakang kepala Sienna mulai memudar saat dia sadar sepenuhnya. Namun, perasaan waspada dan takut yang mendalam segera menggantikan sakit itu. Ia menyadari dirinya masih diikat di kursi dengan tali yang kasar, sementara ruangan di sekitarnya gelap dan berbau tajam seperti logam dan asap. Di tengah ruangan, terlihat alat-alat aneh yang tampak menakutkan, termasuk sesuatu yang menyerupai alat pembuat tato yang dihubungkan ke tangki kecil yang mengeluarkan suara mendesis.
Bayangan besar mendekat dari sudut ruangan, pria bertopeng hitam yang baru saja berbicara dengannya beberapa saat sebelumnya. Wajahnya tetap tidak terlihat, namun keberadaannya begitu menekan hingga membuat napas Sienna tersengal-sengal. Pria itu membawa alat pembuat tato yang kini mulai menyala, memancarkan suara mendengung yang dingin dan menyeramkan.
"Seharusnya kau mendengarkan peringatanku, Sienna," katanya dengan suara dalam, hampir berbisik, namun menggema di ruangan itu.
"Aku sudah cukup baik membiarkanmu hidup sampai saat ini. Tapi kau tidak tahu kapan harus berhenti."
Sienna berusaha mempertahankan keberanian meski ketakutan mencengkeramnya.
"Kalau begitu, kenapa kau tidak membunuhku dari tadi?" ia menantang dengan suara yang sedikit gemetar.
"Kau ingin aku ketakutan? Itu saja yang bisa kau lakukan?" sambungnya walaupun dalam keadaan ketakutan, dia tetap menantang proa didepannya itu.
Bayangan Hitam berhenti di depannya, memiringkan kepala seolah menikmati keberanian kecil yang ditunjukkan oleh Sienna. Dia mengangkat alat tato itu, menunjukkan jarumnya yang tajam dan mematikan.
"Aku tidak hanya akan membunuhmu, Sienna, tenang saja. Aku ingin meninggalkan tanda untuk siapa pun yang mencoba mengikutimu."
Dia menunjukkan sebuah pola di layar kecil di sebelah alat itu dengan sebuah lingkaran hitam dengan sayap yang menjulang di kedua sisinya.
"Ini adalah peringatan," katanya lagi, suaranya lebih dingin.
"Lingkaran hitam bersayap. Mereka yang memahaminya akan tahu, kau adalah satu dari sekian orang yang melawan bayangan, dan gagal."
Sienna memalingkan wajahnya, mencoba berpikir cepat meskipun tangannya masih terikat erat.
"Kau pikir dengan menandai kulitku, kau bisa menghentikanku? Orang-orang seperti kau, kau tidak akan selamanya dapat bersembunyi disini. Rahasiamu akan terbongkar, cepat atau lambat."
"Kita lihat saja," balasnya, sambil merunduk ke arahnya. Dia mendekatkan jarum itu ke lengan Sienna yang terekspos, jarum yang kini mulai memancarkan asap tipis.
Saat jarum hampir menyentuh kulitnya, Sienna merasakan adrenalin yang tiba-tiba meledak dalam tubuhnya. Dengan sekuat tenaga, dia menarik kursi yang dia duduki, membantingnya ke samping hingga tubuhnya terjatuh ke lantai. Gerakan itu membuat Bayangan Hitam terkejut sejenak, cukup untuk memberinya kesempatan.
Sienna melihat pisau kecil yang tergeletak di meja sebelah, hanya beberapa meter dari tempatnya terjatuh. Dengan kaki yang masih bebas, dia menendang meja itu sekuat tenaga, menjatuhkan pisau ke dekat tangannya. Meski tangannya masih terikat, dia menggenggam pisau itu dengan jari-jarinya yang gemetar.
Bayangan Hitam berbalik dengan cepat. "Berani sekali kau!" geramnya, mendekat sambil mengayunkan alat tato itu ke arahnya seperti senjata.
Sienna dengan cepat memutar pisau di tangannya, memotong tali yang menahan pergelangannya. Namun, sebelum dia benar-benar bebas, Bayangan Hitam berhasil menangkapnya, mencengkeram bahunya dengan kuat. Sienna berteriak, mencoba melawan, tapi kekuatan pria itu jauh di atasnya.
"Sudah cukup permainan ini!" bentak Bayangan Hitam. Dia menjepit lengan Sienna ke lantai, mencoba menekan jarum itu kembali ke kulitnya.
Namun, Sienna, dengan sisa kekuatan yang dia miliki, menyikut perut pria itu dengan keras. Serangan mendadak itu membuat cengkeramannya melemah sesaat, cukup untuk Sienna merebut alat tato dari tangannya. Dengan cepat, dia membalikkan alat itu dan mengarahkannya ke wajah pria itu.
"Jangan dekati aku!" teriak Sienna dengan napas tersengal. Meski tangannya bergetar, dia tetap mengarahkan jarum itu ke topeng pria tersebut.
Bayangan Hitam berdiri kembali, memegang perutnya yang sakit. Dia tidak bergerak mendekat, tapi Sienna tahu dia tidak takut. Dia hanya mengamati, seolah menunggu gerakannya berikutnya.
"Aku sudah cukup baik dengan membiarkanmu hidup," kata Bayangan Hitam, suaranya penuh ancaman.
"Tapi kau membuat ini semakin sulit."
Sienna tidak menjawab. Dia mundur perlahan, tetap mengarahkan alat itu ke arahnya. Dengan satu gerakan cepat, dia membalik meja kecil di belakangnya, menciptakan penghalang sementara antara dirinya dan pria itu. Kemudian, dia berlari ke arah pintu, membuka kunci yang terlihat berkarat dengan gerakan panik.
Bayangan Hitam mencoba mengejar, namun Sienna lebih cepat. Dia berhasil keluar dari ruangan itu, masuk ke koridor gelap yang dipenuhi suara langkahnya sendiri. Dia tidak tahu ke mana harus pergi, tapi yang harus ia lakukan adalah, dia harus keluar dari tempat itu hidup-hidup.
Sienna berlari tanpa menoleh ke belakang, sementara suara langkah Bayangan Hitam semakin mendekat. Dia menyusuri lorong panjang yang dipenuhi pintu-pintu tertutup, berharap menemukan jalan keluar. Dia melihat sebuah tangga kecil di ujung lorong dan segera berlari ke arahnya.
Namun, tepat ketika dia mencapai tangga, Bayangan Hitam muncul dari sudut lain, berdiri di atas tangga, menghalangi jalannya.
"Kau tidak akan pergi ke mana-mana," katanya dengan suara dingin.
Sienna merasa dadanya sesak. Dia mencari-cari sesuatu di sekitarnya untuk melawan. Dia melihat sebuah pipa besi kecil yang tergeletak di lantai. Dengan cepat, dia meraihnya dan mengacungkannya ke arah Bayangan Hitam.
"Jangan mendekat!" ancamnya.
Pria itu hanya tertawa kecil, nadanya penuh ejekan. "Kau pikir kau bisa melawanku dengan itu?"
Meski merasa takut, Sienna melangkah maju, mengayunkan pipa itu dengan keras. Namun, Bayangan Hitam dengan mudah menghindar, memegang pipa itu dan menariknya dari tangan Sienna. Dalam sekejap, dia menjepit Sienna ke dinding, memegang bahunya dengan tangan yang kuat.
"Kau sudah tahu terlalu banyak, Sienna" katanya dengan suara rendah.
"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi."
Namun, sebelum dia bisa melakukan sesuatu, Sienna menggunakan kakinya untuk menendang lutut pria itu sekuat tenaga. Serangan itu cukup untuk membuatnya terhuyung, memberikan Sienna waktu untuk kabur lagi.
Dia akhirnya menemukan pintu keluar di ujung lorong. Dengan tangan yang gemetar, dia membuka pintu itu dan melesat keluar, menyusuri jalan kecil yang penuh dengan puing-puing. Udara malam yang dingin menyambutnya, namun dia tahu dia belum sepenuhnya aman.
Bayangan Hitam tidak mengejarnya lagi, tetapi suaranya masih terngiang di telinga Sienna. "Kau tidak akan bisa bersembunyi selamanya, Sienna. Aku akan menangkapmu lagi!"
Sienna terus berlari tanpa menoleh, bertekad untuk hidup dan membawa kebenaran yang dia temukan kepada dunia. Meski nyawanya kini menjadi target, dia tahu dia tidak bisa berhenti sekarang. Ada sesuatu yang lebih besar yang harus dia ungkapkan, dan Bayangan Hitam hanyalah awal dari segalanya.
...To be continue...