Tentang seseorang siswa laki-laki bernama Yunan, dia adalah pewaris dari Angkasa Grup. Namun, dia merasa diperlakukan tidak adil oleh ayahnya, semenjak sang ayah menikah lagi. Ayahnya lebih berpihak kepada ibu tiri dan kakak tirinya, yang berambisi mengusai perusahaan. Sementara ibu kandungnya telah meninggal dunia saat dia masih kecil.
Yunan hidup urak-urakan, dia sering mengikuti balapan motor liar di jalanan, bahkan dia sering bermasalah di sekolah. Saat ini dia menjadi siswa kelas 3 SMA di sekolah milik ayahnya. Banyak gadis-gadis yang memuja ketampanannya, mereka menyebutnya pangeran sekolah.
Tidak ada guru yang berani menghukumnya, selain guru biologi, guru cantik itu sama sekali tidak segan kepada Yunan yang notabenenya anak dari pemilik sekolah. Sehingga Yunan sangat kesal kepada guru itu.
Namun bagaimana jika ada sebuah kejadian tak terduga yang membuat Yunan dan guru biologi itu tiba-tiba menjadi sepasang suami-istri? Dan mereka harus merahasiakannya dari siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Lawan Empat
Jam istirahat telah di mulai, Yunan pergi ke belakang sekolah untuk mendengarkan musik disana. Dia hanya punya satu teman, yaitu Alan. Tapi kadang dia lebih suka menyendiri sambil mendengarkan musik dibelakang sekolah.
Namun, dia tidak sengaja melihat ada satu orang siswa sedang dihajar oleh 4 orang siswa disana. Diantara keempat orang siswa itu salah satunya ada Angga, dia mungkin karena merasa jadi anak orang kaya, makanya meraja di sekolah, bahkan memalak murid-murud yang lemah.
Bugh...
Bugh...
Bugh...
"Masa cuma cepe? Lu simpan dimana uang lu heuh?" bentak Angga.
"Hari ini aku cuma bawa uang 100 ribu, Ga. Beneran." lirih siswa cupu yang sedang di kroyok itu.
Siswa cupu tersebut meringis memegang perutnya yang sakit, dia terduduk di sudut gerbang sekolah bagian belakang.
Yunan mencabut headset yang menempel di kupingnya, ulah mereka malah menganggu ketenangannya.
Yunan berjalan dengan santai mendekati mereka, "Kalau berani jangan keroyokan lah!"
Angga dan ketiga temannya menoleh ke arah Yunan.
Angga mendengus kesal menatap Yunan, padahal dia masih kesal pada Yunan karena kalah dalam track motor hari minggu kemarin.
"Gak usah ikut campur lu. Walaupun lu anak dari pemilik sekolah ini, gue sama sekali gak takut sama lu." bentak Angga.
Yunan hanya menyeringai, "Gue cuma mau kasih tau sama lu, lu semua itu banci, cuma beraninya keroyokan."
"Shiittt!" Angga mengumpat, dia melirik ketiga temannya, "Hajar dia!"
Yunan dengan santai meladeni ketiga temannya Angga, bukan dia yang dia buat babak belur, tapi mereka. Sampai mereka terkapar mengerang kesakitan. Padahal Yunan hanya memberikan beberapa pukulan untuk mereka.
Angga tidak terima, dia pun ikut menyerang Yunan, begitu dia berlari ke arah Yunan. Yunan memberikan sebuah bogem mentah ke wajahnya, sehingga tubuh Angga terjungkal.
"Arrrggghhh!" Angga memegang wajahnya yang kesakitan.
Yunan meronggoh saku di seragam Angga, dia membawa uang 100 ribu milik murid cupu bernama Malik itu, lalu mengulurkan tangannya pada Malik untuk membantunya berdiri.
Dengan tangan gemeteran Malik meraih uluran tangan Yunan, sehingga dia berdiri tepat di depan Yunan.
"Ini uang lu." Yunan memberikan uang 100 ribu milik Malik.
Mungkin memang hanya 100 ribu, tapi bagi siswa tidak mampu seperti Malik uang itu ternilai cukup besar. Malik mengambil satu lembar uang berwarna merah itu dari tangan Yunan.
"Te-terimakasih, Yunan."
Yunan hanya menganggukkan kepala.
...****************...
Namun, rupanya kejadian itu telah sampai ke telinga sang Kepala Sekolah. Novan langsung melaporkan masalah tersebut ke ayahnya, sebagai poin juga untuknya, bahwa anak badung itu tidak layak menjadi penerus perusahaan.
Seorang pemimpin harus memiliki etika yang baik, dan sikap itu tidak ada di diri Yunan.
"Ada apa, Novan?" tanya Pak Tomi saat Novan meneleponnya.
"Aku hanya ingin melaporkan, Yunan berbuat ulah lagi. Dia menghajar empat siswa sampai babak belur, Pa. Salah satu korbannya adalah anak dari pemilik perusahaan ATX."
Pak Tomi menghela nafas mendengarnya, dia sudah tidak tau lagi harus mendidik Yunan dengan cara apa. "Baiklah, biar nanti papa datang ke sekolah."
Setelah menutup telepon dari Novan, Pak Tomi memijat-mijat kepalanya yang pening. Padahal dulu Yunan adalah anak yang cerdas, dia anak yang penurut dan ceria. Tapi kenapa sekarang dia berubah?
Haruskah dia mempercayakan Angkasa Group pada Novan? Yang sudah jelas dia memiliki usia yang ideal untuk menjadi seorang pemimpin, dia juga cukup mengagumkan menjadi Kepala Sekolah di SMA Angkasa. Dan Novan juga memiliki kepribadian yang baik, sopan, dan jujur.
Novan sudah memenuhi kriteria untuk menjadi penerus Angkasa Group. Sementara Yunan? Anak itu selalu saja berbuat onar.