NovelToon NovelToon
ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

ANAKKU DIJUAL IBU MERTUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Non Mey

Amira kira setelah menikah hidupnya akan bahagia tapi ternyata semua itu tak sesuai harapan. Ibu mertuanya tidak menyukai Amira, bukan hanya itu setiap hari Amira hanya dijadikan pembantu oleh mertua serta adik iparnya. Bahkan saat hamil Amira di tuduh selingkuh oleh mertuanya sendiri tidak hanya itu setelah melahirkan anak Amira pun dijual oleh ibu mertuanya kepada seorang pria kaya raya yang tidak memiliki istri. Perjuangan Amira begitu besar demi merebut kembali anaknya. Akankah Amira berhasil mengambil kembali anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Non Mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyesalan Terdalam Angga

Malam itu, suasana rumah kontrakan kecil yang kini ditempati Angga terasa hening. Angga duduk di meja makan bersama Loli, mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengutarakan sesuatu yang sudah lama terpendam. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum bertanya, suaranya penuh keraguan.

“Loli, aku mau tanya sesuatu,” ujar Angga pelan.

“Apa, Mas?” balas Loli sambil menatap kakaknya dengan penasaran.

“Arka… anaknya Amira. Apa benar dia anakku? atau memang Amira sempat berselingkuh dariku dulunya” Pertanyaan itu akhirnya terucap.

Loli terkejut, namun ia sudah menduga pertanyaan seperti ini akan muncul suatu hari. Dengan tenang, ia menjawab, “Iya, Mas. Arka itu anak kandungmu. Kak Amira tidak pernah selingkuh, apalagi mengkhianati pernikahan kalian. Semua tuduhan waktu itu tidak benar. Arka adalah darah dagingmu sendiri.”

Angga terdiam, wajahnya berubah muram. Air matanya mulai mengalir tanpa bisa ia tahan. “Kenapa aku sebodoh itu, Loli? Kenapa aku membiarkan semua ini terjadi? Aku kehilangan Amira… kehilangan anakku…” gumamnya penuh penyesalan.

Loli hanya menatap kakaknya dengan sedih. Ia tidak tahu harus berkata apa, karena memang semua ini adalah akibat dari keputusan dan kesalahan Angga sendiri.

"Kamu memang bodoh, Mas. Telah menyakiti perempuan setulus Kak Amira."

Angga terdiam, hatinya bergemuruh dengan rasa bersalah yang begitu besar.

"Lebih baik, Mas meminta maaf kepada Kak Amira. Sekarang aku lihat pria yang bernama Bram itu mulai mendekati Kak Amira, ya walaupun sebenarnya Bram lebih cocok untuk Kak Amira," ucap Loli.

"Benarkah?" tanya Angga. Loli hanya mengangguk pelan sambil memasukkan makanan ke mulutnya.

Tanpa menunggu lama Angga langsung bergegas pergi tanpa berbicara apa-apa lagi. Rasa bersalah yang begitu besar membuat Angga memutuskan untuk menemui Amira malam itu juga. Ia ingin meminta maaf, ingin memperbaiki semuanya meskipun ia tahu mungkin sudah terlambat.

Namun, ketika ia tiba di depan kontrakan Amira, langkahnya terhenti. Sebuah mobil mewah terparkir di depan pintu. Dari balik kaca, ia melihat Bram keluar sambil menggendong Arka. Amira menyusul di belakangnya, tersenyum hangat sambil berbicara dengan Bram.

Pemandangan itu menusuk hati Angga. Amira terlihat begitu bahagia bersama Bram, dan Arka tampak nyaman di gendongan pria itu. Mereka terlihat seperti keluarga yang sempurna sesuatu yang dulu pernah ia miliki namun ia sia-siakan.

Angga memutuskan untuk pergi. Ia tidak ingin merusak kebahagiaan Amira dengan kehadirannya yang penuh penyesalan dan dosa masa lalu. Namun, sebelum ia sempat berbalik, Amira melihatnya.

“Angga?” panggil Amira, suaranya terdengar bingung.

Angga terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Bram yang mendengar nama itu menoleh, tapi memilih untuk tidak ikut campur dan tetap fokus pada Arka.

“Ada apa, Angga? Kenapa kamu ke sini?” tanya Amira lagi, mendekatinya dengan hati-hati.

Angga menelan ludah, mencoba mengumpulkan kata-kata. “Aku... aku cuma ingin memastikan Arka baik-baik saja. Dan... aku ingin minta maaf atas semuanya, Amira. Aku tahu aku sudah terlalu banyak menyakitimu,” ucapnya lirih.

Amira memandang Angga dengan mata yang sulit ditebak. Ia tidak tahu apakah kata-kata itu tulus atau hanya ungkapan sesaat. “Arka baik-baik saja, Angga. Aku juga. Tapi maaf itu nggak akan mengubah apa yang sudah terjadi. Hidupku sudah berbeda sekarang,” jawabnya singkat namun tegas.

Angga mengangguk pelan, matanya penuh air mata. “Aku mengerti, Amira. Aku hanya ingin kamu tahu, aku benar-benar menyesal. Dan aku berharap kamu bahagia, dengan atau tanpa aku. Oh iya Amira katakan pada Arka kalau aku sangat menyayanginya,Arka anakku tersayang,” ucap Angga.

Amira menghela napas, lalu melangkah kembali ke kontrakannya tanpa berkata apa-apa lagi. Bram memberi Angga pandangan singkat sebelum menutup pintu.

Angga berdiri di sana beberapa saat, merasakan kehampaan yang begitu dalam. Ia tahu, kebahagiaan Amira dan Arka kini sudah bukan bagian dari hidupnya lagi.

Malam itu, setelah pertemuannya dengan Angga, Amira kembali ke dalam rumah dengan hati yang remuk. Air mata tak terbendung, membasahi pipinya tanpa henti. Ia berusaha keras menahan tangis di depan Bram dan Arka, tetapi rasa sakit yang ia rasakan terlalu besar untuk disembunyikan.

“Kenapa baru sekarang, Angga? Kenapa setelah semuanya hancur?” lirih Amira, berbicara pada dirinya sendiri di tengah isak tangisnya.

Bram, yang memperhatikan Amira dari kejauhan, menghormati ruang pribadinya. Ia hanya menggendong Arka dan menidurkannya di tempat tidur, memastikan Amira memiliki waktu untuk menenangkan dirinya. Sementara Bu Sari juga hanya bisa diam sambil memperhatikan Amira yang sangat emosional saat ini.

Di sisi lain, Angga duduk termenung di kontrakan kecilnya. Mata merah karena menangis, pikirannya dipenuhi penyesalan yang terus menghantui.

Loli, yang duduk di sampingnya, mencoba menyadarkannya. “Mas, percuma menyesal sekarang. Semua sudah terjadi, dan kita nggak bisa memutar waktu,” kata Loli tegas.

Angga hanya mengangguk, tidak bisa membantah. Loli melanjutkan, “Lebih baik kita siapkan diri untuk besok. Ibu bakal bebas, dan kita harus jemput dia di penjara.”

Angga terdiam. Ia tahu hari kebebasan ibunya seharusnya menjadi hal yang melegakan, tapi hatinya masih dipenuhi beban yang lebih besar kehilangan Amira dan Arka.

Keesokannya paginya, Ratna keluar dari gerbang penjara dengan wajah penuh senyum. Kebebasan ini seperti kemenangan baginya, meskipun ia harus berpura-pura menyesal di depan semua orang.

“Alhamdulillah, akhirnya Ibu bebas,” ujar Angga sambil membantu ibunya membawa tas.

Ratna tersenyum puas, meski dalam hatinya masih ada gerutuan. “Kalau saja Amira nggak terlalu lama nahan tuntutannya, mungkin rumah kita nggak perlu dijual,” gumamnya dengan nada kesal.

“Ibu, sudahlah. Jangan mulai lagi,” potong Loli dengan nada kesal.

Ratna hanya mendengus, lalu berkata, “Pokoknya sekarang kita harus bangkit lagi. Dan Angga, kamu harus kerja keras buat beli rumah baru. Hidup kita nggak boleh terus begini.”

Angga mengangguk lemah. Ia tahu ibunya tidak sepenuhnya menyesal atas perbuatannya, tetapi ia tidak ingin memperdebatkannya.

Di sisi lain, Amira mencoba melanjutkan hidupnya dengan fokus pada Arka. Bram terus menjadi sosok pendukung yang selalu ada di sisinya. Setelah kejadian malam sebelumnya, Amira mulai menyadari bahwa Bram adalah sosok yang tulus dan hadir di saat ia paling membutuhkan.

“Kalau aku boleh bilang, Amira,” kata Bram suatu hari, “kamu nggak perlu lagi melihat ke belakang. Semua yang terjadi dengan Angga dan keluarganya sudah selesai. Fokuslah pada Arka dan masa depanmu.”

Amira mengangguk pelan, meskipun hatinya masih penuh luka. Ia tahu Bram benar, tetapi butuh waktu untuk menyembuhkan semua rasa sakit itu.

Meskipun telah bebas, Ratna tidak benar-benar berubah. Di dalam hatinya, ia masih menyimpan dendam kecil kepada Amira. Melihat Amira hidup tenang bersama Arka dan Bram hanya membuatnya semakin iri.

“Aku harus cari cara untuk membuat dia menderita lagi, enak aja udah bikin rumah ku terjual dia malah hidup enak," pikir Ratna dalam diam.

Namun, kali ini, ia tahu harus lebih berhati-hati. Ratna menyusun rencana kecil untuk mendekati Amira, berpura-pura menyesal, sambil mencari celah untuk mengganggu hidupnya lagi.

1
Aini Qu
Lumayan
Sri Wahyuni
bagus karya ini,.... ini realisasi kehidupan nyata
Non Mey: Makasih Kakak 🩷
total 1 replies
karya yang bagus, semoga kedepannya Amira punya keberanian untuk melawan mertuanya.gedek juga lihatnya
sangat keren
lanjutkan kakak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!