Setelah memergoki pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Kinara aurora tercebur ke sebuah danau setelah di dorong oleh selingkuhan kekasih nya, namun bukannya tenggelam jiwa kinara justru berpindah dimensi ruang dan waktu ke tubuh pemeran wanita di sebuah novel yang ia baca sebelumnya.
Masalahnya di sini jiwanya memasuki tubuh pemeran wanita yang lemah dan selalu di injak- injak, dan berakhir mati tragis karena menyelamatkan suami yang bahkan tak pernah melihat ke arahnya.
Bagaimana caranya kinara merubah takdir istri yang teraniaya itu? ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 : ku bilang hapus, atau aku yang menghapusnya?
Kinara mematutkan diri di depan cermin. Gaun selutut berwarna merah maroon ini sangat pas di tubuh rampingnya, bagian pundaknya bergaris rendah membuat leher jenjangnya terekspos dengan indah, jujur saja dia menyukai gaun ini. Nyonya sesilia memiliki selera yang bagus.
Gaun yang berada di dalam kotak kado yang sudah ia buka sebelumnya, ada kartu surat juga dari oma sesilia yang di selipkan untuk nya.
(Kinara sayang, datang lah ke pesta ulang tahun oma ya. Oma merindukan mu.) begitu lah isi pesan dari kartu surat yang di kirimkan sang nenek.
Tiba-tiba kinara merasa bimbang, jika ia tidak datang pasti akan menggoreskan hati wanita berusia senja itu, jika datang pun agak malas sebenarnya tersebab harus berhadapan dengan Kenantra yang mungkin akan mengajak Claudia lagi kali ini sebagai pasangannya.
Kinara mengembuskan napas kasar, baiklah dia memutuskan untuk datang sebagai bentuk bakti dan sayang nya untuk sang nenek. Karena selain maya beliau lah orang yang selalu ada untuk Kinara wijaya. Setelah suaminya meninggal, nyonya sesilia tidak lagi tinggal di mansion ini, ia lebih memilih untuk tinggal sebuah vila mewah tempat di mana dia dan suaminya sering menghabiskan waktu bersama, hal itu berlangsung jauh sebelum pernikahan Kinara dan kenantra, itu sebabnya nyonya sesilia tidak tahu apa yang sudah kinara lewati di rumah ini, dan kinara pun tidak menceritakan nya karena tidak ingin membuat kesehatan nyonya sesilia memburuk.
Kinara membuka pintu kamar, hari sudah sore dan malam akan datang, secepat itu waktu bergulir di dunia novel yang sangat jauh berbeda dari dunia aslinya ini. Ia menghirup napas dalam- dalam, siap untuk menghadapi babak baru dalam kehidupan nya.
Di sisi lain, kenantra yang mendapatkan kotak kado yang sama dari sang nenek lantas membuka hadiahnya, kali ini sebuah setelan jas berwarna merah maroon menjadi pilihan sang nenek untuk ia pakai di hari ulang tahun wanita senja itu. Ia membuka surat yang di dalamnya, menarik senyum simpul. Neneknya memang memiliki kebiasaan unik untuk hal ini. Baik dia maupun kinara akan mendapatkan dresscode dan surat yang sama di dalam kotak kado ini.
(Anak nakal! pokoknya nanti kau harus datang bersama kinara, jangan bersama gadis kurang sopan santun itu lagi. Nenek sudah menyiapkan baju yang serasi untuk kalian, kamu harus memakai nya). Itulah isi surat yang di kirimkan neneknya kali ini.
Jika beliau sudah menekankan hal itu, berarti dia harus datang bersama kinara nanti. Sebenarnya tahun kemarin pun dia berniat untuk mengajak kinara, tapi orang tuanya memaksanya untuk datang bersama Claudia, tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah karena kekuasaan. Putus asa karena sarah tak kunjung kembali membuat mereka akhirnya membuat opsi baru yaitu Claudia, yang ayahnya adalah rekan kerja tuan Haris juga.
Kenantra ingat betapa jengkel nya dia saat itu yang harus mengajak Claudia, wanita itu tidak memiliki tata krama dan sopan santun hingga membuat neneknya malu dan kesal saat itu.
Ia kemudian berpikir, jika setelan jas nya berwarna merah maroon itu berarti gaun yang akan di kenakan kinara juga berwarna senada. Selarik senyum kecil tanpa sadar terbit di wajah tampan itu, membayangkan bagaimana gadis se bar- bar itu akan memakai gaun yang sama sekali tidak selaras dengan sikap nya. Pasti akan seru, pikir nya.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Malam besoknya pun datang dengan cepat. Dan benar saja apa yang di pikirkan kenantra, saat ia menemui kinara ke kamarnya, gadis itu berjalan tertatih-tatih keluar dari kamarnya, dia tampak kesusahan memakai hak tinggi, rambut panjang nya yang di biarkan begitu saja, tali gaunnya pun diikat secara asal, dan lihatlah betapa dempul nya make up itu, apalagi blush on di pipi yang sudah seperti tamparan istri sah. Kenantra sampai memijit pangkal hidungnya, jengah.
"Gadis ini benar-benar. "
Kinara sendiri terkejut dengan kedatangan pria itu di depan kamarnya. "Kenantra, sejak kapan kamu di sini? "
"Sejak melihat pemain orkestra yang entah datang dari mana ini. " balas pria itu, datar.
"What, siapa yang kau bilang pemain orkestra? "
"Kau tentu saja, tidak lebih tepatnya badut pinggir jalan. Kau terlihat seperti itu sekarang, " ujar lelaki itu lagi terdengar pedas.
Kinara mencebik, berpikir agaknya saat lelaki itu masih bayi, dia sudah di jejali bon cabe level 100, hingga setiap kata yang keluar dari mulut nya itu selalu pedas.
"Hei, aku sudah menyiapkan penampilan ini hampir empat jam loh, bisa- bisanya malah di samakan dengan badut!" sentak kinara tak terima.
Kenantra berdecak. "Jelek.Penampilan mu bahkan lebih jelek dari badut yang sering ku temui di pinggir jalan. "
Wajah kinara memerah padam menahan amarah. "Hei mulut mu itu--"
Belum sempat ia menyelesaikan perkataannya, tangan besar itu tiba-tiba sudah menarik lengannya, kaki kinara di paksa untuk mengikuti langkahnya.
"Kemari! "
Kinara tentu tak mau. "Tunggu, kau mau bawa aku kemana?!"
Ternyata kenantra mengajak nya ke dalam kamarnya kembali dan mendudukkan kinara di depan meja rias.
"Hapus make up mu! " titah pria itu.
"Hah tapi aku sudah membuat make up dengan susah payah tau. "
"Ku bilang hapus atau aku yang menghapus nya? " tekan kenantra kembali.
Kinara mencebik kan bibirnya kesal. "iya iya ku hapus. "
"Kenapa sih padahal kan bagus, " gumamnya, mencak- mencak saat mulai menghapus make up nya itu. Sementara kenantra melihat nya di cermin hanya geleng-geleng kepala.
Setelah membersihkan make up, Kinara hampir bangkit namun di hentikan lagi oleh kenantra. "Tunggu sebentar! "
"Apalagi sih? " sungut kinara namun setelahnya mendadak ia menegang saat merasakan kulit punggung nya yang di sentuh oleh pria itu.
"Hei, apa yang kau lakukan?" protesnya.
"Hanya ingin membetulkan letak gaun mu. Kau memakai gaun saja tidak bisa, " cibirnya.
Kinara sontak cemberut, entah kenapa sejak kemarin pria ini jadi lebih cerewet.
Setelah membetulkan gaun, Kenantra juga membuat rambut kinara yang sebelumnya terurai polos jadi lebih hidup dengan aksen jepit rambut yang menjadi pelengkap nya. Akhirnya dia yang harus turun tangan untuk merombak penampilan kinara habis- habisan hingga jadi lebih baik.
Sedangkan gadis itu sibuk mengunyah roti sejak tadi karena perutnya belum di isi sama sekali, kenantra yang melihat nya hanya mendengkus geli.
"Selesai."
"Oh sudah. Duh aku hampir lupa untuk kembali merias wajah ku. "
"Itu tidak perlu. Penampilan mu yang sekarang juga sudah cukup bagus. " tandas kenantra.
"Tapi ... masa wajah ku di biarkan polos begini, pucat tau! " protes kinara.
"Memangnya kenapa? itu lebih baik daripada make up menor mu yang seperti badut tadi. "
Kirana mendecak. " mulut mu itu kenapa sih tidak bisa mengeluarkan kata- kata manis. "
"Kita tidak punya banyak waktu, nanti bisa terlambat, " potong Kenan melihat jam di arjolinya.
"Memangnya kita akan berangkat bersama? "
Pertanyaan kinara mendapatkan anggukan dari kenantra. "Ayo! "
"Tunggu! "
"Apalagi? " kali ini kenantra melirik jengah.
"Setidaknya aku harus memakai lipstik, hanya lipstik. " gadis itu bergegas cepat mencari lipstik di meja riasnya. Kenantra menggeleng pelan, perempuan ini memang ribet.
Lalu ia memilih untuk menunggu di luar, sambil mengecek email yang masuk ke dalam ponsel nya.
Tak berapa lama kemudian, kinara kembali lagi. "Sudah, ayo kita berangkat. "
Kenantra menoleh, mata elangnya langsung tertuju pada pewarna bibir kinara yang terlalu tebal, lantas kesabarannya langsung habis ia berdecak kesal.
"Kau ini... bisakah tidak memakai apapun secara berlebihan? "
Kinara mengedipkan mata tak mengerti. "Memangnya kenapa sih? "
Tanpa banyak kata, Kenantra mendekat ke arahnya jempol pria itu terjulur untuk mengusap bibir ranum sang gadis,melakukan nya secara perlahan. Yang sontak saja membuat kinara menahan napas, merasakan kulit jempol kenantra yang mengelus permukaan bibirnya untuk yang kedua kalinya.
Setelah mengusap nya beberapa kali, kini warna bibir kinara jadi lebih bagus. Kenantra manatap jempolnya yang di penuhi lipstik gadis itu.
"Begini lebih bagus. Ayo kita berangkat! "
Sementara kenantra sudah berlalu begitu saja, kinara malah sibuk menata irama jantung nya yang berdebar keras, pipinya jadi bersemu merah tanpa bantuan blush on apapun.
"Pria ini, kenapa sih suka sekali membuat jantung ku senam marathon?! "
*
*
*
Bersambung