Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ajakan Menikah
Tidak hanya Aleena yang terkejut. Bahkan pembantu mereka dan juga Dev yang berada disana pun ikut terkejut tanpa bisa berkata apapun.
Aleena membelalak tak percaya pada apa yang baru saja dia dengar. Dia berusaha bertahan sekuat tenaga agar tidak kehilangan kesadaran dan bisa mendapat penjelasan dari sang ayah.
"A-apa maksud Papa dengan anak haram?".
"Tidak, Aleen. Jangan dengarkan Papa. Papa hanya sedang emosi saja. Sebaiknya kamu kembali ke kamarmu saja"
Bu Dona berusaha membujuk Aleena agar tidak mendengarkan apa yang dikatakan sang ayah.
"Tidak, Mah. Aku ingin mendengar penjelasan langsung dari Papa. Apa maksud dari ucapan Papa tadi? Tidak mungkin kalau papa asal bicara saja kan? Ayo katakan padaku, Pah"
Aleen terus bertanya meskipun dengan derai air mata yang tak terbendung lagi. Dia terlihat sangat rapuh dan tak berdaya saat ini.
Dev yang melihat keadaan Aleen sangat ingin menariknya kedalam pelukannya, namun jika dia melakukan itu maka sudah pasti semuanya akan semakin sulit untuk Aleen.
"Tidak Aleen. Mama akan bicara dengan Papa. Ayo Pah, kita perlu bicara berdua!".
Bu Dona berusaha menarik tangan sang suami namun malah ditepisnya.
"Biarkan Mah. Biar saja dia tahu kalau sebenarnya dia bukanlah anak kita. Dia hanya anak tidak jelas asal usulnya yang papaku bawa dari jalanan setelah membunuh ibu kandung yang melahirkannya. Entah siapa ayahnya dan dari mana dia berasal! Kita tidak tahu seperti apa dia"
Air mata Aleen terus mengalir deras mendengar perkataan dari orang yang selama ini dia percaya sebagai ayah kandungnya sendiri. Rasa sakit dari luka disekujur tubuh Aleen akibat pukulan dari sang ayah bahkan tidak lebih sakit dari luka dihatinya saat ini.
"Non, jangan dengarkan tuan. Apa yang dikatakan tuan itu tidak benar. Nona bukanlah anak haram yang tidak jelas asal usulnya".
Pembantu itu berusaha menghibur Aleen dari ucapan sang ayah dan memeluknya erat.
"Apa Bibi tahu sesuatu? Apa yang Papa katakan itu tidak benar kan, Bi? Bagaimana bisa Papa mengatakan kata-kata yang sangat menyakitkan seperti itu? Hiks.. Hiks... Hiks..."
Aleena terkulai lemah tak berdaya karena ucapan sang ayah. Kakinya bahkan tidak sanggup lagi menopang berat beban tubuhnya.
Bu Dona kembali menarik tangan sang suami agar mau mendengarkan ucapannya.
"Kenapa Papa bicarakan hal itu sekarang? Bukankah kita masih membutuhkan Aleena untuk menggantikan Diana melakukan perjodohan dengan keluarga Handoko?"
Bu Dona langsung bicara pada sang suami dengan suara pelan agar tidak ada yang mendengarnya.
"Biarkan saja. Papa sudah tidak peduli. Ini sudah kedua kalinya dia mencoreng nama baik kita. Pertama saat pesta keluarga Angga. Dia mempermalukan kita dihadapan keluarga Angga dan juga para tamu yang hadir disana. Sekarang dia mempermalukan kita didepan putra keluarga Handoko. Semua orang akan kembali menertawakan kita jika mereka tahu kalau lagi-lagi Aleena bersama pria sembarangan. Mau ditaruh dimana muka kita Mah?! Lebih baik biarkan saja dia pergi dari rumah ini! Aku tidak sudi lagi menyebutnya sebagai putriku".
Pak Bastian terlihat sangat marah. Dia bicara dengan sikap yang dingin sambil menunjuk Aleen berkali-kali saat bicara.
Aleen yang sejak tadi mendengarkan ocehan sang ayah kini mulai bereaksi.
"Sekarang aku mengerti, alasan kalian tidak pernah menganggapku ada dan selalu membedakan kasih sayang antara aku dan Diana, itu semua pasti karena ini, kan? Karena sebenarnya aku memang bukan bagian dari keluarga ini, iya kan? Katakan padaku yang sebenarnya!".
Aleena yang sejak tadi duduk dilantai. Perlahan mulai berdiri. Dia bicara dengan sikap yang dingin dan penuh emosi.
"Ada apa ini? Kenapa kalian ribut-ribut?".
Semua orang langsung menoleh kearah pintu masuk ketika mendengar suara Diana. Dia baru saja pulang setelah menghabiskan waktu bersama dengan Angga.
"Diana, kamu sudah kembali?"
Bu Dona menyambut Diana dengan hangat dan langsung menghampirinya saat melihat putrinya datang.
"Apa yang terjadi dengan suasana dirumah ini mah?".
Diana bertanya pada sang ibu dengan sikap yang polos.
"Ini, Diana. Kakakmu malah menemui pria lain setelah dia bertemu dengan Fandy Handoko. Ini bisa saja kembali mencoreng nama baik keluarga kita".
Bu Dona sedikit menjelaskan pada Diana mengenai apa yang jadi penyebab kemarahan sang ayah.
"Keluarga? Apa kalian pernah menganggapku keluarga? Bagaimana bisa disebut keluarga sedangkan ada dinding pembatas yang menghalangi hubungan kita? Lihatlah perbedaan yang sangat jelas ini. Tubuhku dipenuhi bekas luka akibat dipukuli dengan rotan, sedangkan Diana, tidak ada satupun bekas luka yang ada ditubuhnya. Bahkan sebuah tamparan pun tidak pernah papa layangkan padanya".
Aleena menunjukkan bekas luka dikakinya akibat pukulan yang selalu dia dapatkan sejak kecil.
"Itu karena kamu selalu mengecewakan Papa".
Bastian menanggapi dengan acuh tak acuh.
"Mengecewakan Papa? Bahkan jika aku juara 2 disekolah dan Diana hanya masuk 10 besar disekolah, hanya aku yang mengecewakan Papa dan akhirnya dipukuli".
Dev dan Angga yang berada disana merasa terenyuh mendengar cerita Aleen. Ingin sekali mereka memeluk Aleen dan membiarkannya bersandar di pundak mereka.
"Kakak, kenapa Kakak membuat keributan seperti ini? Lihatlah disini ada kak Angga dan juga teman laki-laki Kakak yang memperhatikan. Apa Kakak sengaja membuat keributan ini agar batal mengikuti perjodohan dan kembali pada kak Angga? Kakak sengaja ingin membuat nama baikku hancur? Kak, kumohon jangan lakukan itu".
Diana menegur Aleen dengan sopan agar berhenti bicara macam-macam.
Aleen yang mendengar ucapan Diana tersenyum mencibir karena dia baru menyadari kalau Diana sama sekali tidak pernah peduli padanya.
"Itukah kamu pikirkan tentangku? Setelah apa yang selalu aku lakukan untukmu, kamu pikir aku sengaja membuat keributan ini untuk menjatuhkanmu?".
"Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga. Kali ini tolong mengalah untuknya".
Bu Dona ikut bicara untuk mendukung Diana dengan memohon pada Aleen.
"Mah, selama ini aku selalu mengalah pada Diana. Aku memberikan semua milikku. Setiap hadiah yang mendiang kakek berikan untukku selalu kuberikan padanya karena dia menginginkan itu. Begitu juga dengan perhatian dan kasih sayang mama dan papa. Saat Diana membuat kesalahan maka aku yang akan menerima hukuman menggantikannya. Apa sekarang aku juga harus memberikan pria yang sudah menjadi pacarku selama 3 tahun? Katakan padaku, Mah. Harus sampai kapan aku berkorban untuk Diana dan memberikan apa yang aku miliki untuknya?"
Aleena bicara disela isak tangisnya. Akhirnya dia mengungkapkan isi hatinya selama bertahun-tahun.
Suasana rumah Bastian kini terasa suram. Siapapun yang berada disana tentu tidak dapat membayangkan apa yang telah Aleena alami sejak kecil.
Dev yang sejak tadi diam tidak bisa lagi mendengar lebih jauh apa yang akan dikatakan Aleena. Akhirnya dia mendekati Aleena dengan langkah kakinya yang penuh wibawa.
"Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikah denganmu. Aku pastikan kamu mendapatkan kebahagiaan yang selama ini tidak pernah kamu terima selama dirumah ini. Aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan"