Karena kesalah pahaman Satria harus menikahi cewek yang masih duduk di bangku kuliah bahkan masih satu fakultas dengannya.
Lalu apa yang terjadi pada satria selanjutnya?
wajib baca sampai end !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Suzu, Wasa, Vega, Vario dan Supra Begitu juga dengan Lika menatap Eria heran.
Berbeda dengan Satria yang justru melotot mendengar kata-kata itu.
"Eria tunggu!"
Satria beranjak dari duduk mengejar langkah Eria yang sudah ada diluar kelas. Teman-temannya heran terkecuali Lika.
"Satria kenapa ngejar Eria?" Tanya Supra menatap kepergian Satria.
"Tahu. Satria kan nggak pernah ngomong apa-apa sama kita-kita. Iya nggak temen-temen?"
Vega menatap semua teman-temannya.
"Yo' i" Jawab yang lainnya.
Ditengah kebingungan teman-teman Satria hanya Lika yang tersenyum penuh arti dia tahu Eria pergi karena apa.
Lika berdehem keluar dari kelas ini dengan penuh bahagia.
Diparkiran.
Eria berhenti melangkah karena lengan tangannya ditahan Satria, dengan perasaan kesal Eria mengibas tangan dia.
"Satria bisa nggak sih kamu nggak usah deket-deket aku lagi? aku nggak mau ya aku dimusuhin sama cewek kamu"
Satria membalik badan Eria yang membelakanginya.
"Udah gue bilang gue nggak punya cewek. Lo dapet info dari mana sih?"
Satria menatap Eria penuh cinta dan sayang.
Eria balas tatap wajah Satria yang buruk rupa.
"Itu abis ngapain?" Pura-pura tidak tahu, ingin mengetes kejujuran Satria.
"Oh, i-ini" Satria menyentuh sudut bibir dengan punggung tangan.
"Tadi abis berantem sama Win. Kenapa? Jadi jelek ya?" Meringis karena sakit untuk bicara.
"Berantem?"
Satria mengangguk.
Eria menarik sudut bibir keatas. "Rebutan cewek? Hah, kaya nggak ada cewek lain aja"
"Ria gue nggak rebutan cewek. Sakit nih obatin dulu kek malah ngambek"
Satria menahan lengan Eria yang mau pergi.
"Noh cewek lo datang minta diobati aja sama dia"
Eria menunjuk kearah belakang Satria, begitu Satria menoleh Eria pergi dari sana.
"Maksud lo Lika? Dia bukan cewek gue dia cuma teman gue pas SMA"
Ya, disana terlihat Lika sedang bersama teman-temannya.
Satria menoleh, sangat terkejut saat Eria sudah tidak ada didepannya.
Satria berlari keluar halaman kampus mengejar Eria yang baru saja pergi dengan ojol.
"Arghhh! Bangsat, bajingan!"
Satria menendang angin melampiaskan kekesalannya.
Satria menuju motor, secepatnya mengejar Eria.
Belum jauh dari lokasi kampus Satria berhasil menghadang ojol yang membawa Eria.
"Satria kamu gila ya mau bikin orang celaka?!"
Motor ojol yang ditungganginya hampir saja jatuh dan menabrak Satria.
Dengan kesal Eria turun dari ojol memukul dada Satria dengan tasnya membabi buta.
"Satria lo nekat banget sih gue hampir jantungan tahu nggak?"
Satria menahan lengan Eria supaya berhenti memukulinya.
Ditatapnya wajah Eria yang tegang dan matanya berkaca-kaca.
"Maafin gue Ri. Gue nggak bermaksud bahaya-in lo. Tapi kalo gue enggak nekat kaya barusan lo nggak mau ngomong sama gue"
Eria menunduk air mata pun jatuh. Sungguh, tadi itu sangat membuatnya takut.
Semoga aja nggak bikin dirinya trauma naik motor.
"Ria tatap mata gue dong Ri. Kita harus selesein kesalah pahaman ini"
Satria tidak mau kalau Eria terus berlarut-larut dalam situasi seperti saat ini. Satria tidak mau jauhan sama Eria. Satria pengen Eria selalu ada didekatnya seperti sedia kala.
Eria terdiam menekan dadanya yang masih deg-degan.
"Tapi Sat aku beneran marah sama kamu. Bukan karena kamu pacaran sama Lika tapi karena"
"Karena apa?"
Tanya Satria karena Eria menggantung ucapannya.
Eria menatap Satria sebentar lalu memunggunginya.
"Pak antar saya kealamat yang tadi"
Satria melotot melihat Eria yang malah naik ojol pergi meninggalkannya.
Taman kota.
Ojol yang ditunggangi Eria berhenti tepat disisi warung ice cream. Ojol pergi setelah Eria memberi uang satu lembar warna merah.
"Ya ampun!"
Eria kaget, begitu balik badan Satria sudah ada didepannya.
"Kamu tuh ya? Bikin aku kaget aja dua kali lho kamu bikin aku hampir jantungan!" Omel Eria.
Diomeli Eria, Satria nyengir mengacungkan dua jari disisi telinga.
"Sorry, gue nggak maksud gitu kok. Kamu ngapain kesini mau beli ice cream?"
Eria memutar bola mata jengah. Tanpa menjawab ia masuk kedalam warung ice cream. Mengambil lima ice cream rasa coklat.
Satria yang ikut masuk dan mengekor dibelakang Eria menggeleng.
"Kita kan cuma berdua Ri. Ngambil lima cup emang lo bisa ngabisin?"
"Maksudnya kita tuh apa? Aku sama kamu? No! You salah besar"
Eria menatap Satria jutek, judes dan pokoknya yang jelek-jelek deh.
"Kalo bukan buat kita. Buat siapa dong? Kan disini nggak ada siapa-siapa"
Satria tahu kalau Eria hanya cari alasan.
"Bukan urusan kamu. Minggir!"
Eria membawa ice cream ke tempat pembayaran. Saat Eria menyodorkan uang pada mbak kasir, Satria merebutnya mengganti dengan black card miliknya.
Karena Eria nggak mau dibayari terjadilah ribut kecil-kecilan. Eria dan Satria sama-sama ngotot ingin membayar ke lima ice cream itu.
Mbak kasir yang melihat itu jadi bingung ingin menerima pembayaran dari siapa.
Mbak kasir menarik nafas dalam-dalam. "DIAAAMMM!"
Teriaknya menggelegar membuat dua remaja yang sibuk sendiri berhenti dan menatapnya.
"M-maaf mbak"
Eria dan Satria berucap barengan. Merasa tidak enak hati karena telah membuat kerusuhan.
"Kalian berdua kaya pak Yono" Kasir ini menatap Satria dan Eria sengit.
"Pak Yono? Siapa mbak?" Tanya Eria dan Satria barengan lagi.
"Itu, yang ada didepan rumah saya. Penagih utang" Jawab kasir ketus.
Satria dan Eria bertatapan mendengar jawaban itu.
"Terus apa hubungannya pak Yono sama kita mbak?"
"Kalian sama-sama bikin saya pusing" Ketus mbak kasir lagi.
Satria dan Eria menunduk merasa bersalah dan malu.
"M-maaf mbak"
"Sudah. Mana black cardnya sama uangnya?" Ketus mbak kasir menengadahkan tangan.
Ragu? tapi Eria dan Satria tetap memberikannya. "Ini mbak"
Sretttt.
Eria dan Satria kaget saat kasir mengambil dengan sewot. Tapi mereka berdua maklum kok, dia sepertii itu karena kesal padanya.
"Nih. Makasih" Ucap mbak kasir jutek memberikan black card Satria dan uang Eria.
"Lho kok uang saya dikembalikan mbak?" Eria bingung sambil menerima uangnya lagi.
Mbak kasir menghela.
"Berhubung kalian berdua sama-sama ngotot mau bayar jadi kalian bayarnya separuh-separuh. Saya ambil dari black card dua puluh lima ribu dan uang kamu dua puluh lima ribu" Jelasnya dengan malas.
Eria paham.
"Gitu ya" Walaupun sebenarnya ingin protes.
Satria dan Eria keluar dari warung itu. Begitu diluar Satria menahan lengan Eria, takut ditinggal lagi.
Eria mengibas tangan Satria. "Puas kamu udah bikin aku malu?" Natap Satria nggak suka.
Bahu Satria melemah.
"Maaf Ri--"
"Maaf mulu dari tadi. Kamu nyebelin"
Eria jongkok menutup muka dengan kedua tangan, nangis.
Hadehh Eria Eria....dibalikin pulang lu baru rasa
walaupun kamu nggak cinta tapi satria adalah suami kamu.
ada orang yang bilang.
lebih baik di cintai daripada mencintai
si eria kok gitu apa beneran nggak ada rasa sayang buat satria secara kan mereka suami istri.
eria /Angry//Angry/
erianya baru bangun tidur nyenyak.
/Proud//Proud/
jadi pingin tahu reaksi eria pas tahu satria yang keadaannya kaya gitu.