NovelToon NovelToon
Ace Disciple

Ace Disciple

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Isekai / Pendamping Sakti
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.

Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.

Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 9

Selagi makan, Bella terus menatap Evan di depannya yang terlihat sangat menikmati makanan nya, Evan mengenakan kaus singlet hitam karena gerah. Lengannya yang kurus terlihat berotot dan keras,

“Dia selama ini menyembunyikan dirinya ya, tapi wajahnya itu loh,” gumam Bella dalam hati.

Ingatannya kembali ketika pendaftaran sma di sekolahnya seminggu setelah kelulusan, Bella datang sendiri dan membawa formulir untuk mendaftar, ketika sedang menunggu di dalam, tiba tiba ada seorang pemuda culun, berkacamata tebal sepeti kutu buku dan berambut seperti jamur, duduk di sebelahnya, pemuda itu menoleh dan menunduk sambil tersenyum padanya.

Saat itu, Bella merasa sedikit jijik dan sebal melihat sang pemuda yang nampak seperti kutu buku cupu yang sudah pasti akan di buli oleh siswa atau siswi yang setipe dengan dirinya, di tambah ada sesuatu di wajah sang pemuda yang mengingatkan dirinya pada laki laki yang sangat dia benci.

Tapi tiba tiba ada seorang pria yang duduk di antara mereka dan langsung menggoda Bella,

“Halo cantik, baru daftar ya, gue senior di sini,” ujar pria itu.

“Trus napa ?” balas Bella.

“Nama gue Tedi, lo siapa ?” tanya Tedi.

“Auk, gue ga mau kenalan, sori,” jawab Bella ketus.

“Idih jangan sombong sombong, ntar jauh jodoh loh,” ledek Tedi.

“Lo bisa sono ga, gue lagi antri,” balas Bella.

Tiba tiba, “tap,” pundak Tedi di pegang, Tedi berbalik dan melihat pemuda culun di belakang nya memegang pundak nya,

“Um...sori, tapi jangan nyelak ya, gue udah duluan di sini,” ujar sang pemuda perlahan.

“Hah, siapa lo, lo mau masuk sini ? siap siap aja lo ntar,” ancam Tedi.

“Sori, tolong antri,” balas sang pemuda.

“An***\, lo\,”

“Plak,” Tedi menampar sang pemuda sampai kacamatanya terlepas dan rambutnya tersibak, mata Bella langsung membulat karena melihat bekas luka melintang yang panjang dari kiri ke kanan di kening sang pemuda, selain itu wajahnya cukup tampan ketika melepas kacamata, Bella hendak berdiri membantu sang pemuda namun Tedi yang sepertinya juga melihat bekas luka di kening sang pemuda langsung berdiri dan pergi tanpa berkata apa apa.

Sang pemuda menunduk mengambil kacamatanya dan memakainya kembali, dia merapikan poni nya yang seperti jamur untuk menutupi keningnya. “pfft,” Bella berusaha menahan tawanya, kemudian sang pemuda melihat ke arah Bella,

“Um...lo ga apa apa ?” tanya sang pemuda.

“Ga apa apa, lo kena gampar kan ?” tanya Bella.

“Iya, ga apa apa, udah biasa,” jawab sang pemuda.

“Nama lo siapa ? gue Bella,” ujar Bella memperkenalkan diri.

“Nama gue Evan,” balas Evan.

Setelah itu, mereka sempat mengobrol sebentar lalu Bella di panggil masuk untuk menyerahkan pendaftaran, transkrip nilai dan ijasah nya. Ketika masuk hari pertama, sewaktu upacara, Bella kaget karena melihat Evan berada di barisan kelasnya. Sejak itu, dia selalu menegur Evan setiap kali bertemu atau sewaktu datang di pagi hari walau dia populer dan hampir satu kelas berteman dengannya.

Dia melihat Evan tidak memiliki teman namun dia juga tidak di buli, karena penasaran dan ingin tahu tentang Evan, dia mulai memperhatikan Evan setiap hari sampai akhirnya dia berpacaran dengan Surya dan Evan mulai menghindari dirinya. Kembali ke masa kini,

“Pantes waktu itu di gampar dia nyantai aja, dia kuat rupanya dan dia jelas beda dengan orang itu, tapi gue inget dulu waktu kecil, gue punya temen, dia ada codetnya juga di jidat tapi gue lupa nama nya,” ujar Bella yang tersenyum menatap Evan yang sedang makan.

“Lo ngapain sih ngeliatin gue, makan kale,” ujar Evan.

“Hehe iya,” balas Bella yang akhirnya mulai makan.

*******

Selesai makan, Evan berjalan masuk ke dalam kamar sedangkan Bella merokok di ruang tengah sambil melihat smartphone nya. Di dalam kamar, Evan membuka lemari dan laci di dalamnya, dia mengambil buku tabungan dan melihat jumlahnya, tapi ketika menatap angka kecil di dalam buku, angkanya menjadi buram, ketika dia melepas kacamatanya malah angka itu terlihat jelas,

“Loh,” dia mencoba sekali lagi memakai kacamatanya dan angka di buku itu menjadi buram tidak terbaca sama sekali, selain itu kepalanya mulai pusing. Dia membuka kacamatanya dan menaruh kacamatanya di laci,

“Aneh ih, kok bisa ?” tanya Evan.

[Li Tian : tentu saja bisa, penglihatan mu sekarang sudah pulih dan tidak perlu memakai kacamata, aliran energi qi di tubuhmu memperbaiki tubuh mu dari dalam dengan sendirinya walau energi qi mu masih jauh di bawah pemula.]

“Oh gitu kak, aku baru tahu,” balas Evan.

[Li Tian : hari ini kamu istirahat namun tetap mengenakan beban. Tenang saja, setelah sebulan kamu akan mencapai tingkat pemula atau level 1, aku berani jamin itu karena kamu ternyata berbakat dan memiliki keuletan luar biasa.]

“Beneran kak, wow terima kasih, jarang jarang nih di puji,” balas Evan.

[Li Tian : jangan berbesar hati.]

“Iya kak sori,” balas Evan.

Dia membawa buku tabungannya duduk di sisi ranjang, matanya menatap ke arah angka di dalam buku,

“Duh gawat nih, tabungan nenek tinggal segini, apa gue cari kerja aja ya, tapi apa bisa anak umur 15 tahun kayak gue gini kerja ?” tanya Evan dalam hati.

Selagi merenung mencari solusi untuk keuangannya, “klek,” pintu di buka, Bella masuk ke dalam dan melompat berbaring di ranjang. Dia melihat Evan yang sudah tidak berkacamata dan menghampirinya, dia melihat Evan memegang buku tabungan di tangan nya.

“Kenapa ?” tanya Bella.

“Ga apa apa,” Evan menyembunyikan bukunya.

“Hmm....lo perlu duit ?” tanya Bella.

“Ga apa apa, masih ada duit,” jawab Evan.

“Boong, bilang aja napa, gue ada duit,” balas Bella.

“Hah...lo ada duit ? lo dapet duit dari mana ?” tanya Evan.

“Hmm....ga usah tau dari mana, kalau lo mau, biar gue yang bayar listrik di rumah lo, secara gue tinggal disini,” jawab Bella.

“Duit lo halal ?” tanya Evan.

“Plak,” Bella menepuk punggung Evan dengan kencang sampai Evan tegak mendadak dan meraih punggungnya dengan tangan karena kesakitan.

“Apa sih maen tepak tepak aja, kenceng lagi,” protes Evan.

“Ya halal lah, emangnya lo mikir gue ini apaan ?” tanya Bella kesal.

“Oh..sori,” balas Evan.

“Gue cuman ga mau cerita aja dapet dari mana, yang jelas bukan dari ortu gue, apalagi cowo gue karena gue ga punya cowo sekarang,” balas Bella.

“Nanti deh, gue bukannya ga percaya ama lo, tapi ga enak aja kalau lo yang bayar,” ujar Evan.

“Cieee mau jadi cowo bertanggung jawab nih ye, santai bre, gue terima lo apa adanya hehehe,” ledek Bella sambil menepuk nepuk punggung Evan dan berbaring di sebelahnya.

“Lo tuh ye, gue serius tau,” ujar Evan.

“Hehe becanda kale, lo serius amat sih orangnya, santai aja napa,” balas Bella.

“Lo terlalu santai,” balas Evan.

Evan berdiri kemudian berjalan ke arah lemarinya, dia menaruh lagi buku tabungan nenek nya di lemari. Kemudian dia berjalan ke pintu keluar kamar,

“Lo mau kemana ?” tanya Bella.

“Cari kerja, mini market depan kan kayaknya butuh karyawan, gue mau coba ngelamar di situ, kali aja bisa,” jawab Evan.

“Oh...ok, gue ikut,” balas Bella.

“Lah ngapain ?” tanya Evan.

“Ya kerja juga dong, masa kalah ama lo,” jawab Bella.

“Aduh ini bukan masalah menang kalah, ini masalah kantong,” balas Evan.

“Hehe ga apa apa lah, lo jangan kaku kaku napa ama gue,” balas Bella.

“Haah terserah lo ajalah,” balas Evan.

Akhirnya keduanya berjalan keluar rumah menuju mini market di depan gang untuk bertanya tentang lowongan kerja di sana. Sementara itu, di dalam buku, Li Tian dan Gerard melihat keduanya melalui buku hologram besar yang terbuka dan melayang di depan keduanya,

“Hmm paling tidak otak nya jalan, biar dia kerja dulu sebulan ini, ketika giliran ku, aku akan memberi dia penghasilan,” ujar Gerard.

“Silahkan saja, bulan depan ya, jangan seperti tadi pagi, dia jadi bingung tapi aku berterima kasih karena kamu ada benar nya juga,” balas Li Tian.

“Hahaha paling tidak dia bisa menghajar para preman yang datang itu kan, kalau wajahnya tidak di tempa oleh rasa malu berlebihan, dia akan ketakutan berhadapan dengan preman preman itu walau sudah kuat,” ujar Gerard.

“Ya ya, kali ini kamu benar,” balas Li Tian.

1
Stay Stronger
/Scream//Scream//Scream/
Amara❤️
good job
Mobs Jinsei: makasih kakak
total 1 replies
Anna
udah aku beri kopi
Mobs Jinsei: makasih ya kak
total 1 replies
marrydiana
semangat kak, mampir juga ya di cerit aku❤️
Dian
Lanjut thor semangat❤️
Dian
Semangat thor,💪🏻💪🏻ayo saling dukung mampir jg ke karya aku “two times one love”❤️
Mobs Jinsei: Sudah mampir ya kak, makasih support nya /Pray/
total 1 replies
Aulia Nur
good job 🔥
darryl gunawan
Luar biasa 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!