Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.
Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:
Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.
Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.
Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Karin menutup novel tebal di tangannya dengan frustrasi. Mata lelahnya menatap kalimat terakhir yang penuh tragedi: "Seraphina Ashbourne, sang wanita cantik yang dikutuk karena keserakahannya, meregang nyawa di tiang eksekusi, tanpa seorang pun yang menangis untuknya."
Ia menghela napas panjang. Sebagai editor, ia menyukai kompleksitas cerita, tetapi kali ini ia tidak bisa memaafkan nasib tragis Lady Seraphina. Antagonis itu memang arogan dan manipulatif, tetapi apakah benar dia layak mati seperti itu?
"Sungguh tidak adil," gumamnya. "Kalau aku jadi Seraphina, aku akan mencari jalan lain. Menghindari drama dengan Pangeran Leon dan hidup damai."
Mata Karin terasa berat. Ia tertidur di sofa kecil di apartemennya, ditemani aroma kopi dingin dan suara hujan di luar jendela.
---
Ketika Karin membuka matanya, hal pertama yang ia rasakan adalah dinginnya udara pagi. Selimut tebal membungkus tubuhnya, dan aroma mawar yang asing menyeruak ke hidungnya. Ia bangkit perlahan, tetapi pemandangan di sekitarnya membuatnya tercengang.
Kamar itu terlalu megah untuk menjadi apartemen kecilnya-dindingnya dihiasi wallpaper emas, cermin besar berdiri di sudut ruangan, dan chandelier kristal menggantung di langit-langit tinggi.
"Apa-apaan ini?!" Karin berteriak kecil, suaranya terdengar asing.
Ia melompat dari tempat tidur dan berlari ke cermin besar. Wajah yang menatap balik bukanlah wajahnya. Rambut panjang pirang bergelombang yang berkilau, mata biru seperti permata safir, dan kulit seputih porselen. Itu bukan dirinya-itu Lady Seraphina Ashbourne, antagonis dari novel yang semalam ia baca!
Karin terhuyung ke belakang, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Ia mencubit pipinya, berharap ini semua hanya mimpi. Tapi rasa sakit yang tajam membuktikan sebaliknya.
"Jadi... aku terjebak di dalam novel?" Ia merosot ke lantai, jantungnya berdetak kencang.
---
Setelah beberapa jam merenung dan mencoba menenangkan diri, Karin mulai mengingat detail cerita. Lady Seraphina Ashbourne adalah wanita bangsawan yang dikenal kejam dan arogan. Di novel, ia terobsesi pada Pangeran Leon, pewaris tahta kerajaan, dan mencoba menjauhkan sang pangeran dari Lady Elara, tokoh utama cerita. Namun, obsesinya berujung pada kehancuran-Seraphina dihukum mati atas tuduhan pengkhianatan.
"Jadi aku terjebak dalam tubuh seorang antagonis yang hidupnya penuh masalah... dan berakhir mati?" Karin mendesah panjang.
Tapi ia tidak akan menyerah begitu saja. Jika ia tahu alur cerita, maka ia juga tahu cara untuk menghindari akhir tragis Seraphina.
---
Hari pertamanya sebagai Seraphina dimulai dengan panggilan dari pelayan pribadi, Maria.
"Lady Seraphina, Anda harus bersiap untuk pesta kerajaan malam ini," kata Maria dengan nada hormat.
"Pesta kerajaan?" Karin langsung panik. Ia ingat betul bahwa ini adalah awal dari semua konflik. Di pesta itu, Seraphina bertemu Pangeran Leon dan mulai obsesinya. Tetapi Karin tidak akan membiarkan sejarah berulang.
"Aku tidak akan datang," ujar Karin tegas.
Maria menatapnya dengan mata terbelalak. "Tapi, Nona, jika Anda tidak datang, reputasi Anda akan-"
"Biarkan saja reputasiku buruk," potong Karin. "Aku sedang tidak sehat."
Namun, rencana untuk menghindari pesta berantakan ketika ayah Seraphina, Duke Ashbourne, mengancam akan menarik dukungannya terhadapnya jika ia tidak hadir. Dengan berat hati, Karin akhirnya memutuskan untuk pergi.
---
Saat tiba di pesta, ia berusaha bersikap sesederhana mungkin. Ia memakai gaun biru muda yang sederhana, jauh berbeda dari gaun mencolok yang biasa dikenakan Seraphina. Ia memilih berdiri di sudut ruangan, berharap tidak menarik perhatian.
Namun, harapannya hancur ketika pintu aula besar terbuka, dan seorang pria muda masuk dengan aura karismatik yang kuat. Pangeran Leon.
Mata mereka bertemu sesaat, dan Leon menatapnya dengan rasa ingin tahu yang dalam. Karin langsung memalingkan wajah, tetapi jantungnya berdetak kencang.
"Dalam cerita asli, inilah momen di mana Seraphina mulai terobsesi pada Leon," pikir Karin. "Tapi kali ini aku akan memastikan hal itu tidak terjadi!"
Namun, seolah takdir ingin menguji tekadnya, Leon berjalan ke arahnya, tersenyum hangat, dan berkata, "Lady Seraphina, aku tidak menyangka kau terlihat begitu... berbeda malam ini."
Karin terdiam. Ia tahu saat itu, apa pun yang terjadi, takdir novel ini tidak akan semudah itu ia ubah.
"Lady Seraphina, aku tidak menyangka kau terlihat begitu... berbeda malam ini."
Kata-kata Pangeran Leon menggema di telinga Karin, membuatnya ingin kabur saat itu juga. Dalam cerita asli, momen ini adalah awal kehancuran Seraphina-di mana obsesinya terhadap Leon semakin dalam. Tapi Karin bukan Seraphina. Ia tidak tertarik pada pria tampan ini, apalagi mengacaukan takdirnya.
Karin memaksakan senyum kecil, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdetak kencang. "Terima kasih atas perhatian Anda, Yang Mulia. Namun, saya rasa saya harus pergi."
Ia membungkuk sopan, lalu berbalik, berharap bisa menghilang di tengah keramaian pesta. Namun sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, suara Leon kembali memanggilnya.
"Apakah aku mengatakan sesuatu yang membuatmu tidak nyaman, Lady Seraphina?"
Karin berhenti, menggigit bibirnya. Dalam cerita asli, Seraphina akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendekati Leon. Tapi sekarang, Karin justru merasa seperti tikus yang tertangkap basah. Ia tidak bisa bersikap terlalu kasar, tapi ia juga tidak boleh menarik perhatian lebih.
"Bukan begitu, Yang Mulia," katanya, berbalik perlahan. "Saya hanya merasa sedikit lelah."
Leon menatapnya dengan alis terangkat, seolah menganalisis setiap gerakannya. Ada rasa penasaran di matanya, yang membuat Karin semakin gelisah. Kenapa dia terlihat lebih tajam daripada yang aku bayangkan di novel? pikirnya.
---
Setelah berhasil menghindar dari Leon, Karin menghela napas lega. Namun, masalah belum selesai. Di sudut lain aula pesta, ia melihat sosok yang langsung dikenalnya-Lady Elara, tokoh utama cerita.
Elara berdiri dengan anggun, mengenakan gaun putih yang dihiasi berlian kecil. Senyumnya begitu memikat, dan aura lembutnya membuat siapa pun merasa nyaman di dekatnya. Tapi bagi Karin, Elara bukanlah pahlawan sempurna seperti yang digambarkan di novel. Ia melihat kilatan ambisi di mata wanita itu, sesuatu yang tidak pernah ia sadari sebelumnya.
"Lady Seraphina," sapa Elara dengan senyuman lebar. "Aku senang kau bisa datang malam ini."
Karin memaksakan senyum. "Tentu saja, Lady Elara. Kehadiranmu membuat malam ini semakin indah."
Elara tertawa kecil, tapi ada sesuatu dalam tawa itu yang membuat Karin merinding. "Kau terdengar sangat sopan hari ini. Apa ada yang terjadi?"
Oh, hebat. Bahkan Elara merasa aku berbeda. Karin menelan ludah, lalu mencoba mengalihkan pembicaraan. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menikmati malam ini dengan tenang."
Tapi sebelum ia sempat melarikan diri, Elara menambahkan, "Aku harap kau tidak keberatan jika aku meminta sedikit waktu Pangeran Leon malam ini. Aku yakin dia pasti akan sangat senang berbicara denganmu."
Apa? Apa maksudnya?! Karin bingung. Di novel, Elara selalu bersikap baik, tapi kini kata-katanya terdengar seperti ancaman halus. Karin hanya bisa tersenyum kaku sebelum akhirnya berlalu.
---
Malam itu, Karin menyadari satu hal penting. Novel ini tidak sepenuhnya seperti yang ia baca. Ada detail-detail kecil yang berbeda, ada kepribadian yang terasa lebih kompleks, dan yang terburuk-semua orang tampaknya memiliki agenda tersembunyi.
Ketika pesta akhirnya berakhir, Karin berdiri di balkon, menatap bulan yang bersinar di langit malam. Ia mengepalkan tangannya, memutuskan sesuatu.
"Aku tidak peduli bagaimana alur cerita ini seharusnya berjalan. Aku akan bertahan hidup. Aku tidak akan mati seperti Seraphina."
Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa mengubah takdir novel ini tidak akan semudah yang ia bayangkan.