"Aliza suka kak diva!!"
"gue gak suka Aliza!!"
"kak diva jahat!!"
"bodo amat"
apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?
"Aliza,kenapa ngejauh?"
"kak diva udah pacaran sama Dania"
"itu bohong sayang"
"pret"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cari tahu, chapter 2
Setelah upacara selesai, semua murid langsung menuju kelas masing-masing untuk memulai pelajaran. Namun, Aliza masih saja berdiri di lapangan, matanya sibuk mencari seseorang. Cesya, yang sejak tadi menggandeng tangan Aliza, mencoba menariknya masuk ke kelas.
"Lo nyari siapa sih, gila?" ujar Cesya kesal, memperhatikan Aliza yang terlihat gelisah.
"Gue nyari ketua OSIS," jawab Aliza santai sambil terus menoleh ke kanan dan kiri.
Cesya langsung menarik tangan Aliza dengan paksa. "Udah, masuk kelas aja!"
Namun, Aliza menahan langkahnya. "Jangan bilang kita mau ke kelasnya Samuel? Gue gak mau, Cesya!" seru Aliza sambil mencoba memberontak. Sayangnya, Cesya lebih kuat dan tetap menyeretnya.
Setelah beberapa saat, mereka malah berhenti di depan aula. Aliza mulai curiga. "Kita ke aula? Jangan bilang Lo dihukum lagi, terus bawa-bawa gue? Wah, ini gak bisa dibiarkan!" Aliza menggerutu sambil memegang pintu aula dengan erat, mencoba menghentikan langkah mereka.
"Kalau Lo dihukum, jangan ajak-ajak gue dong! Cesyaaa!" teriak Aliza.
Teriakan itu membuat semua orang di aula sontak menoleh ke arah mereka berdua. Cesya hanya tersenyum cuek, sementara Aliza langsung merasa malu dan ingin kabur. Namun, pandangannya tiba-tiba terhenti saat melihat seseorang yang sedari tadi ia cari.
"Halo, Kak. Kenalin, aku Cesya, dan ini temen aku, Aliza," ujar Cesya dengan santai. Aliza hanya bisa tersenyum kikuk sambil menunduk, berbeda dengan Cesya yang tampak santai dan percaya diri.
Cesya melanjutkan, "Tadi Aliza bilang sama saya kalau dia mau ketemu sama ketua OSIS."
Aliza melotot kaget dan segera menggelengkan kepalanya, mencoba membantah. Tapi saat itu, cowok dengan gaya dingin dan name tag bertuliskan Diva Arkatama melangkah mendekati mereka. Sikapnya yang tenang dan wajahnya yang tampan membuat Aliza terpana.
"Kenapa?" tanya Diva datar, suaranya terdengar tegas.
"Emmm… nggak, Kak," jawab Aliza gugup sambil menunduk. Melihat temannya yang biasanya ceria kini jadi pemalu, Cesya tak kuasa menahan tawa.
"Lo malu-malu, Bagong? Hahahahaha!" tawa Cesya pecah, membuat Aliza semakin kesal.
"Cesya!" bentak Aliza dengan nada marah, namun wajahnya masih terlihat merah karena malu.
Diva, yang tampak tidak peduli, berkata dengan nada dingin, "Kalau gak ada urusan, kenapa gak masuk kelas? Pelajaran udah mulai."
"Iya, Kak. Maaf," jawab Aliza lirih. Namun, tiba-tiba dia memberanikan diri. "Kak, boleh minta nomor WhatsApp atau apa gitu?" tanyanya ragu-ragu.
"Privasi," jawab Diva singkat, lalu pergi meninggalkan mereka tanpa menoleh lagi.
Aliza hanya bisa diam mematung, sementara Cesya terbahak-bahak melihat wajah temannya. "Ces, gue ditolak?" tanya Aliza dengan ekspresi pasrah.
Cesya mengangguk sambil menahan tawa. "Iya, Lo ditolak, Liz."
"Malu... Huaaaaa!" Aliza langsung lari meninggalkan aula. Cesya yang masih tertawa hanya berjalan pelan mengejarnya.
"Hahahaha, perut gue sakit, Liz. Tapi ini lucu banget sumpah!" ujar Cesya, tertawa sampai menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka.
TRINGGGG
Bunyi bel istirahat yang nyaring membuat siswa-siswi berhamburan keluar kelas untuk mencari makan. Namun, Nathan tetap duduk di kelas, menunggu Aliza yang belum juga keluar meski pelajaran sudah selesai. Wajahnya mulai terlihat kesal.
Tiba-tiba...
DORRRR!
"Enggak kaget," ucap Nathan dingin, membuat Aliza mendelik kesal. Aliza langsung merebut bingkisan yang dipegang Nathan. Dengan pasrah, Nathan membiarkannya.
"Itu makanan buat lo dari Ibu. Katanya lo lagi enggak enak badan," ujar Nathan.
Mendengar itu, Aliza langsung memeluk Nathan erat. Namun, Nathan hanya diam.
"Thanks, Bang. Gue bukan enggak enak badan, gue cuma... lagi datang bulan," bisik Aliza dengan malu-malu.
Nathan mengangguk lalu melepaskan pelukan itu dengan santai.
"Oh iya, Bang, nanti gue bakal pulang telat ya. Tapi enggak telat-telat banget, suer!" ujar Aliza sambil mengangkat dua jarinya membentuk simbol peace.
"Awas kalau lo beneran telat. Gue susul lo!" balas Nathan tegas. Aliza hanya mengangguk sambil nyengir.
"Diva, tungguin gue!" Nathan tiba-tiba berteriak sambil berlari ke arah Diva, teman sekelasnya, yang sedang menuju kantin.
Aliza hanya memandang dari kejauhan sambil tersenyum. "Abang gue kenal sama Diva? Apa mereka sekelas? Wah, seru dong!" gumamnya senang. Aliza pun kembali ke kelas untuk makan bersama teman-temannya.
Di dalam kelas, Velyn, salah satu teman Aliza, membuka obrolan. "Abang lo, Nathan, itu ya tadi?"
Aliza mengangguk sambil membuka bekalnya.
"Eh, Cesya, lo tahu enggak ketua OSIS tadi?" tanya Velyn.
Cesya tertawa kecil, mengingat sesuatu. "Ketua OSIS? Diva Arkatama? Oh, dia tadi minta nomor WhatsApp dia?, tapi lo tolak?" katanya dengan nada menggoda.
Velyn dan Zia langsung tertawa terbahak-bahak. Tapi wajah Aliza berubah kesal mendengar nama Diva disebut-sebut dengan nada bercanda.
"Emang ganteng sih Diva itu. Tapi minusnya, dia dingin banget, introvert parah, terus kalau lihat cewek kayak haram aja," komentar Zia santai.
Aliza langsung menatap Zia tajam. "Zia! Jangan ngomong gitu, ya! Jahat banget lo ngejelekin dia!" serunya.
Zia hanya memutar matanya. "Ih, santai aja. Paling lo suka, ya, sama dia?"
Aliza terdiam, tak bisa menjawab. Wajahnya malah memerah.
Cesya tertawa kecil melihat reaksi Aliza. "Diva itu anak kelas 12 IPS 2, ketua OSIS, sering ikut turnamen sepak bola, dan temennya Abang lo, si Nathan. Dia emang pinter banget, apalagi soal agama. Jadi, wajar kalau dia enggak sembarangan sama cewek," jelas Cesya panjang lebar.
Mata Aliza berbinar-binar. "Ces, gue mau deketin dia!" serunya antusias.
Cesya mengangkat alis, berpikir sejenak. "Gue bisa bantu lo deketin dia. Tapi ada syaratnya."
"Apa? Gue bakal lakuin apa aja!" jawab Aliza penuh semangat.
"Lo harus pinjemin gue mobil lo. Bokap gue nyita mobil gue, padahal nanti gue ada balapan," jawab Cesya sambil tersenyum licik.
Tanpa berpikir panjang, Aliza mengangguk setuju. "Deal!"
Tiba-tiba, Aliza berdiri dan berjalan keluar kelas.
"Mau ke mana lo?" teriak Velyn kebingungan.
"Ke kantin! Siapa tahu ada mas tampan di sana!" jawab Aliza sambil berlari kecil.
"Gue ikut!" teriak Velyn sambil mengejar Aliza.
Saat Nathan dan teman-temannya sedang makan di meja paling ujung, ada seorang cewek bernama Dania bersama Carissa, temannya yang tampak sibuk mengunyah makanan. Dania duduk dengan gaya centil di dekat Diva, tetapi Diva tiba-tiba berdiri dan berpindah ke dekat Nathan di ujung meja. Gavin, si buaya darat, langsung mendekati Dania sambil menggoda.
"Kenapa yayang Dania ke sini? Mau ketemu Babang Gavin ya?" goda Gavin dengan senyum genit.
Dania menatapnya sinis, lalu menjawab, "Sorry ya, lo jangan geer!" Dia berdiri dan mendekat ke arah Diva.
Namun suasana mendadak berubah saat terdengar suara lantang, "Hello my sunshine!" Semua orang menoleh ke arah suara itu. Ternyata itu adalah Aliza yang datang bersama Velyn, sementara Cesya dan Zia mengikuti di belakang mereka.
Dania berdiri menghadang Aliza, sementara Carissa tetap sibuk makan. "Mau apa lo ke sini?" tanya Dania dengan nada tidak suka.
Aliza tersenyum sinis dan menjawab, "Mau gue ke mana pun, itu bukan urusan lo. Ini juga bukan kantin lo, kan?"
Aliza kemudian melangkah mendekati Diva yang masih asyik makan sambil bermain HP bersama Bagas yang sedang menonton pertandingan bola di layar kecil. Dania yang melihat itu langsung bereaksi.
"Yak, Aliza!" bentaknya.
Aliza berhenti dan menoleh, merasa kesal. "Apa lagi sih?" ujarnya malas.
"Jangan dekat-dekat sama pacar gue, ya!" kata Dania dengan nada menantang.
Aliza menatap heran. Diva pacar Dania? Bohong! pikirnya.
"Gak usah ngaku-ngaku lo, Jubaedah!" seru Cesya sambil menatap Dania dengan tatapan sinis.
Carissa yang duduk di sebelah Dania langsung menimpali, "Diem lo, jangan ikut campur!"
Di tengah ketegangan itu, Aliza meremas ujung seragam Nathan yang duduk di dekatnya. Nathan yang menyadari itu langsung bertanya, "Mau apa?"
Bagas ikut menimpali sambil melirik Aliza, "Ada apa Aliza?"
Namun Aliza hanya menggeleng, "Gak jadi." Dia pun pergi meninggalkan mereka.
"Loh, katanya lo mau ngomong sama ketua OSIS!" teriak Zia dari belakang.
Aliza berhenti, berbalik, lalu menjawab dengan kesal, "Bacot ya lo!"
Zia dan Cesya tertawa sambil mengikuti Aliza keluar. Namun Nathan menahan tangan Zia sebelum dia pergi.
"Tanya ke Aliza, dia mau apa. Kalau dia mau ngomong sama gue, habis pulsek gue ke kelas," ucap Nathan dingin.
Zia mengangguk lalu mengejar Aliza. Sebelum pergi, Nathan menatap tajam ke arah Dania. "Jangan ganggu adik gue," katanya dengan nada dingin, kemudian pergi diikuti Diva dan yang lain.
Dania menatap kepergian mereka dengan kesal, lalu berujar pelan, "Awas lo, Aliza!"
Semoga suka sama cerita aku yaaa,thanks all