Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 26" Senyumlah
Wajah tampan ku kini penuh luka, kata papah wajahku seperti mentari pagi yg senyum nya hangat dan manis di setiap pagi hari tiba , tapi kini aku tidak lagi tersenyum manis. Kedua mata yg selalu berair setiap saat kini terpejam tanpa sedikit pun membuka.
Seluruh tubuh ku di penuhi luka , luka itu membiru, aku masih terlelap di atas ranjang rumah sakit yg menjadi saksi akan semua ini, mentari pagi ini memang sangat cerah, tetapi itu tak membuat Ellena dan papah bahagia karna aku masih belum sadarkan diri.
Bunyi monitor saling menyahut, alat medis itu kini menjadi teman baru ku, Di pojok dekat jendela papah duduk dengan sisa air mata membasahi pipi nya.
" Hiks.....Mas bangun lah" Ellena menunduk di penuhi butiran bening membasahi kedua pipi nya , pagi ini dia sudah datang di temani Eza dan tante Dwi.
" Sayang, sabar ya, kita harus banyak berdoa" Tante Dwi mengelus lembut punggung Ellena , tak bisa di pungkiri memang jelas cinta nya sangat tulus untuk ku.
" Bun , aku takut kalau sampe mas Ebby kenapa - kenapa, aku pengen liat senyum nya lagi" Ellena mengusap pipi basah nya , air mata itu menjadi saksi akan ketulusan nya padaku.
" Bunda tau, tapi kita harus kuat, biar Ebby bisa berhasil melewati semua nya, bunda juga sedih karna dia anak yg baik" Tante Dwi mengusap pipi Ellena tangan nya sangat lembut, membuat Ellena sedikit tenang setelah bunda nya memeluk tubuh nya.
Ellena hanya tersenyum melihat wajah ku yg sangat pucat, tangan lembut itu membelai kepala ku.
Sementara di rumah, Kak Ryan sudah mengetahui semua nya, tetapi dia tetap tak peduli walau rasa khawatir menyelimuti hatinya. Dia duduk di atas buk dekat Gazebo.
" Pagi ini sangat indah, apa kamu nggak mau ke rumah sakit? Anak itu sekarang belum sadar juga" Mamah menghampiri sambil membawa sepiring donat coklat dan keju buatan nya plus segelas air putih.
" Nggak mah, aku nggak mau ribut sama papah, Adi bener - bener keterlaluan tapi aku nggak bisa membantu papah buat ngelindungi dia, jujur aku sedih tapi seketika bayangan itu terlintas lagi" Kak Ryan memakan donat coklat itu sambil memandangi mamah.
" Iya, ikatan saudara memang kuat , tapi mamah juga nggak sanggup buat ngeliat dia, soal nya dia sangat mirip dengan almarhum papah kalian, kamu nggak begitu mirip, kalo suara kamu emang sama kayak papah tapi wajah beda, kalo dia semua nya sama kayak papah, mamah berasa papah masih hidup ketika melihat wajah nya, tapi jujur mamah belum sanggup" Mamah menyeka air mata nya sambil mengusap pipi kak Ryan.
" Mah, apa kita terlalu kejam kah pada nya? Aku kayak di hantui terus, setiap malem aku selalu mimpiin dia, walau aku tau mimpi itu nggak mungkin nyata." Kak Ryan meminum air putih itu dengan pelan suara nya mulai serak ketika dia mengingat semua itu.
" Iya, tapi jujur mamah belum bisa menerima semua kenyataan pahit ini , mamah juga merasa kasian tapi jujur semakin mamah liat dia papah selalu muncul di depan mamah, kenangan masa lalu itu terlintas lagi,begitu banyak kenangan indah yg terukir bersama papah , sampe mamah nggak ikhlas kalau papah pergi" Mamah memeluk kak Ryan dengan penuh kasih, air mata nya kini tak dapat lagi di bendung.
" Mah, aku pengen ngasih dia kasih sayang tapi aku belum sanggup,aku......." kak Ryan tak bisa melanjutkan lagi kata - kata nya tangis itu pecah di pelukan mamah.
Kak Ryan dan mamah ingin melihat senyum ku lagi, tapi karna semua itu mereka berpura - pura acuh dan tidak peduli.
Di rumah sakit, papah mengusap kepala ku sambil menahan air mata nya.
" Sayang bangun , senyum lah buat papah sedikit aja" Papah menunduk di penuhi air mata , Ellena , Eza dan tante Dwi hanya bisa diam di temani air mata, bibir nya bergetar.
" Nak, udah, kita lebih baik ke mushola yuk!" nenek merangkul papah mengajak nya ke mushola untuk melaksanakan shalat duha.
" Iya bu" Papah bangkit dan menyeka air mata nya, bibir itu bergetar, sementara Ellena dan keluarga nya hanya tersenyum sendu, mereka menunggu ku agar tidak ada orang jahat lagi.
Mereka begitu sedih atas semua nya yg menimpa ku.
Mereka ingin aku tersenyum kembali, bahagia dengan hal kecil itu.kebersamaan yg menghangatkan .
Sementara di Sukabumi , Kak Adi mengamuk membuat keluarga papah kaget.
"Gua di sini gara - gara elu By, gua nggak akan ngebiarin elu bahagia bersama Ellena akkkkhhhh!!!" Teriak kak Adi membuat Roby menghampiri nya dan langsung menampar nya.
Plakkk" tamparan itu mendarat sempurna di pipi kak Adi, seketika bibir nya mengerucut , lalu memalingkan muka sebal nya.
" Elu terlalu jahat! pantas aja elu di sini!" Roby putra sulung paman Ridwan.
" Gua nggak terima cewek yg gua cinta dia ambil seenaknya aja!" Kak Adi mengelus pipi nya yg terasa panas itu.
" Kalo dia milih Ebby berarti dia nggak cinta ama elu, dia lebih nyaman ama Ebby karna dia nggak kayak elu yg arogan!" Roby melenggang meninggalkan kak Adi sendirian .
" Akkkhhhhh!!!" Teriak keras kak Adi meremas rambut nya , tubuh itu tersungkur ke tanah, air mata nya jatuh mengingat semua yg terjadi.
Di kamar , Paman Ridwan menghubungi papah .
" Hallo , gimana kondisi Ebby?" Paman Ridwan memulai sambil duduk di atas kasur nya .
" Masih sama kak, dia belum sadar, luka cambukan itu sangat dalam, membiru juga" Papah menjawab dengan suara serak nya, air mata itu masih turun membasahi pipi nya.
" Sabar ya, kakak nggak bisa ke sana , soal nya sibuk, akhir - akhir ini juga banyak urusan yg melelahkan" Jawab paman Ridwan sambil menghela nafas berat nya.
" Iya kak, aku akan terus menunggu dan memberikan kasih sayang untuk Ebby, dia belum bahagia" Papah menghela nafas nya sambil menyeka air mata itu.
" Iya , putra mu emang kayak setan , dia terlalu jahat, padahal Ebby nggak pernah membuat masalah , tapi karna cinta dan wanita jadi seperti ini" paman Ridwan meluruskan kaki nya.
" Bener kak, aku juga pusing, semua sangat beda dengan sifat ku, dia lebih mirip kayak almarhum kakek" papah menyeka pelan wajah nya yg basah penuh air mata.
" Sabar ya, nanti kita sambung lagi, kakak mau istirahat dulu capek rasa nya" paman Ridwan merebahkan tubuh nya di kasur empuk nya.
Papah pun mematikan panggilan itu, papah mendekati ku lagi.
Senyum nya hanya sebuah pengelabuan belaka agar nenek tidak terlalu sedih padalah beliau sangat hancur ketika kak Adi melakukan ini pada ku.
