BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Eca pada Efan
"Makasih ya sayang, masakan kamu nggak pernah berubah" Efan terlihat lahap memakan masakan Eca.
Sementara Eca yang mendapat pujian serta panggilan sayang membuat pipi Eca bersemu merah.
Hari ini memang hari minggu, Eca sengaja memasak untuk Efan dan datang ke kontrakan pria itu untuk pertama kalinya.
"Maaf ya, kontrakan ku sempit. Rencananya bulan depan aku baru mau cari rumah di sini"
"Nggak papa kok Fan. Namanya juga sementara, tapi kamu yakin mau beli rumah di sini? Bukannya keluarga kamu ada di Jawa ya?"
Efan tampak menelan makanan, pria manis itu juga meneguk minumannya lebih dulu.
"Sayang, kamu ingat kan alasan aku ke sini itu untuk apa? Kalau kamu selamanya bakalan di sini, otomatis aku juga mau di sini sama kamu. Apa kamu nggak mau kalau aku mulai merancang masa depan buat kita?"
Eca menunduk menyembunyikan senyumnya. Jujur Eca merasa haru dengan niat baik Efan itu.
"Kamu makin gemesin kalau lagi malu-malu kaya gini" Efan mencubit hidung Eca dengan gemas.
"Aku cuma seneng aja ternyata kamu benar-benar serius sama hubungan kita"
"Kita udah dewasa, bukan waktunya buat kita cuma main-main dalam hal asmara Ca. Aku mau serius karena aku nggak mau kehilangan kamu. Aku benar-benar cinta sama kamu Ca" Efan mengusap tangan Eca yang kini sudah ada di dalam genggamannya.
"Aku percaya Efan, aku juga cinta sama kamu"
Bagaimana mungkin Eca tak percaya. Pria itu bahkan rela mengikutinya pindah ke Jakarta hanya untuk menemaninya.
Tapi sayangnya, kehidupan di kota besar itu tak sesuai harapannya walau baru beberapa hari.
"Kamu kenapa kok sedih gitu?" Efan menyadari perubahan di wajah kekasihnya.
"Emm, sebenarnya aku mau cerita sama kamu Fan"
"Tentang?"
Eca menimbang-nimbang apa yang akan dia ceritakan pada Efan dan mana yang tak pantas ia beritahukan pada Efan.
"Kamu tau sendiri kan alasan aku pulang ke sini untuk apa? Itu semua karena permintaan Mbak Ola. Dia juga yang minta aku buat tinggal di rumahnya. Tapi.."
"Tapi?" Efan menunggu Eca melanjutkan ceritanya.
"Kayaknya aku mau keluar aja dari sana Fan" Eca kembali menunduk dengan sendu.
"Keluar, maksudnya? Mbak Ola yang minta kamu pergi dari sana? Kalian ada masalah?"
Efan tentu saja terkejut dengan keputusan Eca. Dia juga merasa kasihan karena Eca harus keluar dari rumah Kakaknya sendiri.
"Bukan Mbak Ola Fan, tapi Kakak Iparku, Mas Bara"
"Dia nyakitin kamu?" Efan tak akan terima jika ada yang menyakiti Eca.
"Enggak, tapi yang aku lihat sejak pertama kali aku datang ke sana, dia kaya nggak suka sama aku Fan. Dia nggak pernah negur, caranya lihat aku juga kaya lihat musuh gitu. Aku jadi nggak enak Fan, lebih baik emang aku cari tempat sendiri Fan"
"Tapi kamu udah bilang belum sama Mbak Nola?"
"Belum. Aku baru ngomong sama kamu aja. Lainnya belum termasuk Mbak Ola. Aku takut membuat Mbak Ola sedih"
"Ya udah, lebih baik kamu bilang dulu sama Mbak Ola. Setelah itu kamu baru pertimbangan lagi. Kalau emang kamu mau keluar dari sana, nanti aku bantu cari tempat tinggal. Kalau di sini jelas belum boleh karena kita belum menikah"
"Aku juga tau Fan. Makasih ya karena kamu udah mau kasih solusi. Rasanya sedikit lega"
"Sama-sama sayang. Kamu kan pacar aku" Efan menaik-turunkan alisnya hingga membuat Eca terkekeh.
Jam pun berlalu, kini hari semakin petang dan Eca harus segera pulang. Pasalnya dia saat ini ada di rumah orang, tentunya dia harus menjaga adapnya agar tidak menimbulkan masalah pada Kakak Iparnya.
"Besok kalau mau berangkat kerja bareng aku aja ya? Kan kita sekantor sekarang ini"
Besok adalah hari pertana Eca bekerja di perusahaan yang cukup tertutup akan latar belakangnya.
Tapi Eca mendengar kalau pemilik perusahaan itu begitu baik kepada karyawannya hingga gaji yang karyawannya terima cukup besar. Hingga Eca benar-benar tertarik dan ingin mencoba melamar menjadi sekretaris di sana dan nyatanya dia di terima dengan cepat dan besok adalah hari pertama dia memulai karirnya di perusahaan barunya.
"Besok aku kabari dulu ya, kan jarak dari sini ke rumah juga cukup jauh. Kasihan kamu kalau kalau harus bolak balik"
"Nggak papa sayang, kan cu.."
"Faann" Tegur Eca dengan lembut.
"Iya deh iya"
Mereka berdua larut dalam obrolan, canda tawa dan juga pembahasan tentang masa depan mereka.
Eca tak menyangka jika Efan begitu serius menjalani hubungan dengannya. Efan sudah menyiapkan semuanya untuk masa depan mereka.
Bahkan katanya Efan sudah siap jika harus menikahi Eca saat ini juga. Tapi Eca belum siap, di samping mereka baru menjalani hubungan yang serius, Eca juga belum ingin melepas masa lajangnya dalam waktu dekat. Mungkin dua atau tiga tahun lagi.
Eca tiba di rumah Kakaknya saat hari sudah mulai petang. Dia di antar oleh kekasihnya hanya sampai di depan rumah Bara.
"Makasih ya Fan, kapan-kapan aku kenalin kamu sama mereka. Tapi untuk saat ini, kamu tau sendiri kan?"
"Iya sayang nggak papa" Efan mengusap kepala Eca dengan penuh kasih sayang.
"Kamu hati-hati ya?"
"Iya, masuklah"
Eca masuk ke dalam rumah sesaat setelah melihat mobil Efan pergi dari sana.
Perlahan Eca membuka pintu rumah mewah itu. Dia berharap kalau saat ini dia tidak akan bertemu dengan Bara karena tadi dia melihat semua mobil Bara ada di rumah. Tapi....
Deg...
Baru saha Eca berbalik setelah menutup pintu, mata Eca bersinggungan dengan mata elang milik salah satu penghuni rumah itu. Ahh tidak... lebih tepatnya pemilik rumah itu.
"M-mas?" Sapa Eca dengan gugup dan takut. Dia tak berani lama-lama menatap mata Bara.
Kedua tangannya saling mere*mas dengan kuat. Tubuhnya juga langsung gemetar ketika harus berhadapan denhan Bara.
"Di antar pacar kamu?"
Eca kembali mengangkat kepalanya. Selama beberapa hari Eca tinggal di sana, baru kali ini Bara membuka suaranya untuk bertanya kepadanya. Bahkan Bara terlihat ingin tau tentang dirinya.
"I-iya Mas"
"Jadi perempuan itu harus bisa jaga diri. Biar nggak kelihatan murahan!"
Deg....
Ucapan Bara langsung menghantam dada Eca. Eca tidak tau apa maksud ucapan Kakak Iparnya itu. Eca sendiri bingung harus mengartikan ucapan Bara itu apa.
Mungkinkah Bara memang sedang menasehatinya, tapi kenapa kata-katanya malah seolah sedang menghinanya?
Eca masih terpaku karena ucapan Bara, sementara orang yang telah menyinggungnya itu kini telah melenggang pergi begitu saja.