Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia sangat tampan
"Sepertinya Presdir di perusahaan Alexander sedikit menyeramkan." Gumam Naina sambil membayangkan wajah Presdirnya.
Jemari Naina pun mulai menari di atas ponselnya membalas pesan dari Sasa.
Terimakasih infonya, Sasa. Aku akan datang lebih pagi esok hari. Balas Naina pada Sasa. Naina pun segera mematikan data selulernya dan mematikan layar ponselnya. Tubuhnya yang sudah sangat lelah dan juga mengantuk membuat Naina dengan cepat menyusul Zeline ke alam mimpinya.
*
Suara langkah kaki Naina terdengar tergesa-gesa saat memasuki lobby perusahaan Alexander.
"Naina..." Sapa Sasa saat melihat Naina berjalan ke arahnya.
"Sasa..." Balas Naina tersenyum pada Sasa yang sedang mengantri untuk memasuki lift.
"Kau baru sampai?" Tanya Sasa yang diangguki oleh Naina.
"Syukurlah... Aku sangat takut jika kau terlambat dan mendapatkan amukan dari Presdir kita." Seloroh Sasa. Karena Sasa yakin Naina tidak mungkin terlambat karena Sasa dapat menilai jika Naina adalah wanita yang bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
Naina tersenyum. "Untung saja jalanan pagi ini tidak terlalu macet." Balasnya.
"Ayo masuk, Nai!" Ajak Sasa menarik tangan Naina masuk ke dalam pintu lift yang sudah terbuka.
Saat sudah masuk ke dalam ruangan kerja mereka, Naina dibuat terkejut melihat Aga sudah duduk di belakang meja kerjanya sambil mengetikkan sesuatu di layar komputernya. Sedangkan bagi Sasa, melihat Aga datang lebih dulu dari pada mereka adalah hal yang biasa. Karena ketua divisinya itu memang selalu datang lebih awal dari pada mereka.
"Dia sudah datang?" Bisik Naina yang diangguki oleh Sasa.
"Ketua rajin..." Seloroh Sasa sambil terus berjalan menuju meja kerjanya.
"Pagi Kak Aga..." Sapa Naina saat melewati meja kerja Aga.
Aga sejenak menghentikan aktivitasnya kemudian mengangguk.
"Dia datar sekali." Gumam Naina begitu pelan hingga tak terdengar oleh Aga maupun Sasa.
Tak lama kemudian, Dimas dan Thoriq pun ikut nampak masuk ke dalam ruangan sambil bercanda tawa.
"Selamat pagi ketua..." Sapa mereka saat melewati meja Aga.
Aga hanya mengangguk tanpa menyahut.
"Kulkas... Kulkas..." Seloroh Thoriq yang dengan cepat mendapatkan sikutan dari Dimas.
Beberapa menit berlalu, Mbak Wiwin pun nampak masuk ke dalam ruangan divisi Humas sambil membawa beberapa dokumen di tangannya.
"Selamat pagi semuanya..." Sapa Mbak Wiwin pada Aga, Naina, Sasa, Dimas dan Thoriq.
"Pagi Mbak Wiwin..." Balas mereka berbarengan.
"Pagi ini perusahaan kedatangan Tuan Alexander bersama dengan Nyonya Alexander setelah sekian lama menetap Inggris. Maka dari itu saya harap kalian dapat menyambut kedatangan mereka dengan baik karena divisi kita mendapatkan tanggung jawab sebagai penyambut kedatangan Tuan dan Nyonya Alexander beserta Presdir di lobby pagi ini." Terang Mbak Wiwin.
"Yang bener, Mbak?" Balas Sasa begitu bersemangat.
Mbak Wiwin mengangguk membenarkan.
"Asyik... Akhirnya kita bisa lihat wajah tampan Presdir muda dari dekat." Ucap Sasa begitu bersemangat.
"Baiklah kalau begitu, sekarang juga kalian bersiap-siaplah menuju lobby untuk menyambut kedatangan Presdir dan kedua orang tuanya karena mereka sudah dalam perjalanan menuju perusahaan." Titah Mbak Wiwin yang diangguki paham oleh mereka.
Setelah kepergian Mbak Wiwin dari ruangan divisi Humas, mereka pun segera beranjak mengikuti langkah Mbak Wiwin untuk turun ke lobby menyambut kedatangan orang tua Presdir dan Presdir mereka.
"Apa kau tahu Nai jika Presdir kita itu sangat tampan?" Bisik Sasa saat mereka sudah berdiri sejajar di depan pintu lobby.
Naina menggeleng. "Aku tidak tahu." Balasnya polos.
Dimas dan Thoriq yang mendengar pertanyaan Sasa pada Naina pun mendengus.
"Tentu saja Naina tidak tahu, karena dia sama sekali belum pernah bertemu dengan Presdir!" Timpal Dimas merasa jengah.
"Kau..." Geram Sasa terputus saat mendengarkan intruksi dari Mbak Wiwin jika Presdir mereka beserta kedua orang tuanya sudah sampai.
***
Selamat membaca☺
lanjut??
Mohon beri dukungan untuk karya author dengan cara memberikan like, komen dan votenya☺
Semakin banyak dukungannya... Maka author juga makin semangat upnya, hihi☺☺
Buat mengetahui jadwal update, kalian bisa bergabung di grup chat author, ya☺
sini tak bikin pusing beneran....
Aku getok kepala mu pake palu gada.. hhuuhhh....
DASAR KUDANIL
tan tadi tatanya beli boneta telinci.. tok tetalang dadi boneta bel uang? 🤣🤣🤣