Tak ada satupun orang tahu bahwa sang casanova rupanya masih perjaka. Telah banyak wanita yang tidur dengannya, tapi rupanya tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya bergairah.
Trauma di masa lalu membuat Andra Struick menjadi seorang pria impoten. Sehingga dia mencoba mengencani banyak wanita untuk bisa membuatnya sembuh dari impontennya.
Tapi bagaimana kalau ternyata satu-satunya wanita yang bisa membuatnya bergairah adalah musuh bubuyutannya? Apakah Andra akan menerima takdirnya? Atau memilih tidak menikah sama sekali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Malam ini terlihat Steve yang sedang berdiri di sebuah balkon kamar, pria itu nampak menghela nafas beberapa kali sambil memandangi ponselnya.
Steve sedang berusaha untuk menahan diri agar dia tidak menghubungi Sadrina, akan tetapi dia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri bahwa dia sebenarnya sangat merindukan wanita itu.
"Sedang apa dia sekarang?"
"Mengapa tadi dia berbelanja banyak sekali?"
"Apakah dia sedang memikirkan aku?"
Hati Steve telah dipenuhi dengan tanda tanya. Ingin sekali dia menemuinya dan mengungkapkan perasaannya bahwa dia sebenarnya sangat menyukai Sadrina, tapi dia tidak mungkin melakukannya. Dia sudah menerima perjodohannya dengan Aline.
Steve merasakan ada sepasang tangan sedang memeluknya dari belakang. Steve pun menoleh ke belakang, dia pura-pura tersenyum kepada Aline yang terlihat memakai lingerie, "Aline."
"Mengapa malam ini hanya satu ronde saja? Padahal aku masih ingin melakukannya lagi, sampai pagi pun aku sanggup." Rengek Aline. Saat ini mereka sedang berada di sebuah kamar hotel.
Bagaimana pun juga Steve adalah seorang pria normal dan sudah dewasa, tentu saja dia sangat membutuhkan kehangatan. Faktanya sebagian pria bisa bercinta dengan wanita manapun tanpa adanya cinta, begitu pula dengan Steve, dia memang sering melakukannya dengan wanita malam. Dan malam ini kebetulan Aline yang menawarkan diri, karena kehidupan Aline pun sama dengannya, begitu bebas. Sehingga selama satu minggu mereka berkencan, hampir setiap hari mereka melakukannya.
Steve memang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Sadrina, ketika melihat Sadrina datang bersama dengan ayahnya di acara pernikahan ayah tirinya dan ibu kandungnya tiga tahun yang lalu. Saat Sadrina terlihat sangat cantik sekali, ditambah ternyata Sadrina adalah putri dari seorang pengusaha kaya raya. Sehingga Steve pun mulai mendekati Sadrina, memberikan banyak perhatian padanya.
Tentu saja sebagai seorang pria normal yang sudah sering bercinta dengan banyak wanita, dia pun pasti sangat menginginkan Sadrina. Tapi dia berusaha menahan diri ketika mendengar bahwa Sadrina memiliki prinsip, Sadrina ingin menyerahkan kesuciannya kepada seseorang yang sangat dia cintai setelah menikah nanti. Steve ingin terlihat menjadi pria yang baik di depan Sadrina, sehingga dia tidak pernah menunjukkan sisi buruknya itu kepada wanita tersebut.
Namun, setelah Sadrina jatuh miskin. Steve mulai menjauhi Sadrina, karena merasa bahwa wanita itu tidak selevel lagi dengannya.
Steve pikir, perasaannya kepada Sadrina mungkin hanya sesaat. Dia pikir dia akan cepat melupakan wanita itu. Tapi ternyata dia malah merindukannya. Ingin sekali menemuinya.
Steve melepaskan pelukan Aline, dia memaksakan diri untuk tersenyum kepada wanita itu. "Maafkan aku, sayang. Aku malam ini sangat lelah sekali. Jadi aku harus pulang cepat."
Aline memanyunkan bibirnya. "Hm sayang sekali, padahal aku masih ingin terus bersama kamu."
"Masih ada hari esok. Aku janji besok kita melakukannya sampai pagi."
...****************...
Setelah mengantarkan Aline pulang ke rumahnya, Steve tidak dapat menahan diri, dia sudah benar-benar sangat merindukan Sadrina, sehingga dia ingin bisa melihat Sadrina dari kejauhan.
Akan tetapi, Steve dibuat penasaran, mengapa rumah kontrakan yang ditempati oleh Sadrina terlihat sangat gelap dan sepi. Seakan tidak ada penghuninya.
"Kemana Sadrina? Apakah dia belum pulang?" Gumam Steve.
Steve tidak sengaja melihat ada seorang ibu-ibu berjalan melewati mobilnya. Dia segera keluar dari mobil, dan memberanikan diri untuk bertanya kepada wanita tersebut. "Maaf, Tante. Saya ingin bertanya, apakah Sadrina masih menginap di rumah kontrakan sana?" Tanya Steve sambil menunjuk sebuah rumah kontrakan.
"Saya dengar satu minggu yang lalu dia sudah pindah, Mas." Jawab ibu-ibu tersebut.
Steve tercengang mendengarnya, dia pun bertanya kembali kepada wanita paruh baya itu. "Kalau boleh saya tahu, dia pindah kemana?"
"Kalau masalah itu saya kurang tahu, Mas."
Setelah ibu-ibu tersebut pergi, Steve masuk kembali ke dalam mobilnya. Dia terlihat sangat kecewa, karena dia tidak tahu kemana Sadrina pindah.
Steve segera merogoh ponsel di saku kemeja yang dia kenakan, dia ingin menghubungi wanita itu, ingin bertanya kepadanya kemana wanita itu pindah rumah. Tapi Steve mengurungkan niatnya, seharusnya dia memanfaatkan kesempatan ini untuk melupakan Sadrina.
Steve segera menghapus nomor kontak Sadrina, walaupun sebenarnya hatinya sangat merasakan berat. Ini demi kebaikannya dan masa depannya. Jika dia terus masih menyimpan nomor wanita itu, yang ada dia akan semakin tersiksa karena ingin terus menghubungi Sadrina.
"Bukankah memang seharusnya begitu? Kamu jangan pernah tahu dimana Sadrina tinggal dan kamu tidak boleh menghubunginya. Ingat Steve, kamu sudah memiliki Aline yang lebih segalanya dari Sadrina. Jadi lupakan Sadrina. Apa yang kamu harapkan dari perempuan miskin itu? Yang ada hidup kamu akan bermasalah jika kamu berhubungan dengannya." Steve mencoba untuk memperingatkan dirinya sendiri. Dia sangat yakin dia pasti bisa segera melupakan Sadrina.