“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abraham, Mari Kita Akhiri Pernikahan Ini
“Apa!”
“Abraham, mari kita akhiri pernikahan ini,” Alea kembali mengulangi ucapannya.
Abraham hanya tersenyum kecil, lelaki ini sama sekali tidak menanggapi ucapan Alea sedang serius, mana mungkin wanita yang selalu bergantung dan menguntit dirinya selama bertahun-tahun, menginginkan perpisahan.
“Alea, aku lelah,” timpal Abraham seraya menapakkan kakinya di setiap anak tangga.
“Abraham, aku serius,” ucap Alea kembali, dia tau jika lelaki itu menganggap ucapan adalah lelucon.
Abraham mengendurkan dasi Maroon yang melilit di lehernya, ia kembali turun dan mendekati Alea, tatapannya sangat dingin namun menusuk, “Apa kamu marah?” Tanyanya.
Marah!
Alea langsung menggeleng, “Tidak!”
“Atau kamu sedang sakit?” Tanya Abraham kembali dan Alea kembali menggeleng, “Tidak!”
“Atau, uang yang aku berikan pada Ibumu kurang?”
Uang! Ibu!
Untuk pertanyaan kali ini Alea tidak meresponnya, karena dia benar-benar tidak mengerti, uang apa?
Abraham terkekeh dengan senyum mengejek, “Alea, katakan saja jika uang yang aku berikan pada Ibumu kurang, bukankah aku selalu menuruti permintaanmu, apapun itu….” Abraham menghentikan ucapannya, ia membungkukkan badannya untuk mengimbangi Alea, Alea yang tidak siap dengan posisi yang berjarak kurang dari satu meter langsung mundur namun lelaki itu menahannya, dengan nada jahat, Abraham berbisik tepat ditelinga Alea, “Alea Kim, bukankah kamu yang menginginkan ini? Jadi, patuhlah padaku dan nikmatilah menjadi Nyonya Muda Abraham.”
Alea menelan ludahnya dengan kasar, rasanya amat pahit sampai ia tidak mampu untuk membuka mulut.
Abraham kembali menegakkan badannya, menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu pergi meninggalkan Alea yang masih mematung tidak berdaya. Lelaki itu baru saja memperingati Alea, agar tidak bertindak diluar persetujuannya.
Abraham tidak akan mungkin melepaskannya begitu saja, bukan karena ingin mempertahankan Alea sebagai istri, tapi ingin membuat wanita itu menderita seumur hidupnya.
Tapi keputusan Alea sudah bulat, dia sudah memikirkan ini selama berhari-hari. Dia harus pergi.
“Nyonya!” Suara Sekertaris Lee, mengejutkan Alea.
“Sekertaris Lee, apa sejak tadi kamu berdiri di sana?”
“Ya.”
“Apa kamu juga mendengar? Dan apa kamu juga berpikir jika aku sedang menggertak atau membuat lelucon?”
“Entahlah, hanya Anda dan Tuhan yang tau,” sahutnya acuh dan kembali berkata, “Nyonya, Tuan Muda butuh istirahat, Tuan Muda baru kembali dari perjalanan jauh, mohon mengerti.”
“Apa dia pergi bersama, Jessika?”
Sekertaris Lee sedikit terkejut! Jessika! Kenapa harus pergi dengan gadis itu?
Tapi Sekretaris Lee tidak mau menjawab pertanyaan yang tidak penting.
“Nyonya, sebaiknya Anda jangan berpikir terlalu jauh. Saya permisi, selamat beristirahat.”
**
Kini Alea berdiri di balkon kamarnya, menatap gelapnya malam yang selalu menemani kesendiriannya. Ada puluhan pertanyaan hadir dibenaknya.
Ada apa dengan Abraham, seharusnya dia senang kan. Dengan mengakhiri pernikahan ini dia bisa menikah dengan Jessika, memberi keturunan yang selalu dipertanyakan Mama Sandra?
Apa dia ingin memberi aku kesempatan untuk melihat kebersamaannya dengan Jessika?
Yang jelas dia ingin menindas dan menghukumku atas kejadian tiga tahun yang lalu.
Lalu uang! Uang apa yang dimaksud?
Alea yang bingung, pusing dan stres. Tertidur di kursi panjang yang ada di balkon kamarnya, tanpa selimut dan penerang.
\*\*\*\*
Keesokan harinya, Abraham melakukan aktivitas seperti biasanya. Keinginan Alea yang meminta untuk mengakhiri pernikahan sama sekali tidak mengganggu pikiran dan hatinya.
Apa benar?
Alea tidak mungkin berani dan mau, meninggalkannya. Pikir Abraham.
“Apa dia punya keberanian untuk pergi dariku!” Ucapnya tiba-tiba, dan ini membuat Sekertaris Lee yang sedang menjelaskan selembar dokumen, kaget bercampur bingung.
“Tuan?”
Abraham tidak menyahut, tatapan matanya tertuju pada jendela kaca besar.
Lelaki itu sama sekali tidak mendengar penjelasan yang sedang dijabarkan, Sekertaris Lee.
“Apa Anda sedang memikirkan Nyonya Muda?” Tanya Sekertaris Lee kembali, seraya meletakkan dokumen di atas meja tepat di depan Abraham membuat lelaki itu tersadar dari lamunan.
“Memikirkannya!? Kamu jangan gila. Cepat, lanjutkan.”
“Sajak dua puluh detik yang lalu, saya sudah menyelesaikan penjelasan isi dokumen itu. Tuan.”
Abraham melirik Sekretaris Lee, “Kalau begitu, kamu pergilah.”
“Baiklah.”
Sepertinya saya harus meminum secangkir kopi agar bisa mencerna ucapan Anda tadi, Tuan.
Villa Mars.
Alea memohon dan membujuk kepala pelayan agar mengizinkan dia keluar.
“Tidak Nyonya, tetaplah di Villa.”
“Aku mohon pak, aku ingin pulang sebentar saja,” pinta Alea dengan mengatupkan kedua tangannya.
“Tidak Nyonya, seperti apapun Anda meminta dan dengan alasan apapun, saya tidak akan mengizinkan Anda keluar Villa, tanpa izin dari Tuan Muda atau Sekertaris Lee.”
Keras kepala! Dia benar-benar sangat patuh dan taat pada peraturan Abraham.
“Baiklah, aku yang akan meminta izin pada Sekertaris Lee,” ujar Alea dan kembali masuk kedalam kamarnya.
“Pak Tan, aku sudah mendapat izin dari Sekertaris Lee,” kata Alea, setelah dua puluh menit dia mengurung diri dikamar dan keluar, menunjukkan bukti izin dari Sekertaris Lee.
Kepala pelayan meneliti.
“Ini, bacalah pesan dari Sekertaris Lee,” Alea mendekatkan ponsel pada, kepala pelayan. Masih dengan mimik curiga, kepala pelayan memeriksa keaslian pesan itu.
Benar-benar dari Sekretaris Lee.
Alea tersenyum, “Jadi aku bisa keluar sekarang, kan?”
“Iya, tapi Anda harus kembali sebelum Tuan Muda pulang.”
Belum tentu dia pulang hari ini.
“Baiklah.”
Alea bergegas keluar Villa Mars, namun dalam pengawasan sopir Villa, yang diminta kepala pelayan untuk menemani Alea. Tidak masalah, yang penting dia bisa keluar.
Apa bukti izin yang Alea tunjukkan asli?
Tentu saja tidak!
Alea memalsukan pasan itu dan beruntungnya kepala pelayan tidak sadar, mungkin karena dia sudah hampir tua jadi tidak terlalu teliti.
Alea nekat dan terpaksa melakukan ini dengan segala resiko yang sudah dicatat dalam buku hariannya, Abraham jarang pulang, jika lelaki itu pulang ke Villa tiga hari kemudian tentu kepala pelayan tidak akan melaporkan jika aku pergi kan! karena dia sudah lupa.
Ada sesuatu yang harus dia lakukan di luar sana. Terutama pulang ke rumahnya.
\*\*\*\*
“25 miliar! Untuk apa, Bu!?” Alea benar-benar terkejut saat mengetahui jika Ibunya benar-benar meminta uang sebanyak itu pada, Abraham.
“Memperbaiki gedung peninggalan Ayahmu, dan Axel akan mengelolanya.”
“Tidak, aku tidak setuju tolong kembalikan uang itu pada, Abraham.”
“Apa kamu sudah gila? Bukankah kamu sudah berjanji akan menebus semua jasa-jasaku! Inilah waktunya," tolak Vika.
Sekujur tubuh Alea bergetar, saat ia memutuskan ingin mengakhiri pernikahan dengan Abraham, saat itu juga Alea memutuskan untuk tidak akan lagi bergantung pada lelaki itu, termasuk menghentikan keluarganya yang selalu mengandalkan Abraham.
“Apa dengan uang 25 miliar itu, aku sudah bisa menebus jasamu, Ibu?” Tanya Alea, meskipun dia tahu jika jasa seorang Ibu tidak akan pernah bisa ditebus dengan apapun.
Tapi Nyonya Kim, menjawab, “Ya. Aku akan menganggap itu adalah bayaran untukku, yang telah mempertaruhkan nyawa untuk melahirkanmu.”