Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26.Pengintaian Ke Dua.
Rain,dan Raeba, turun dari atas pohon besar, diam-diam bersembunyi hingga mendekati bibir,Gua.
"Kau yakin ini tempat persembunyian mereka?" Rain bertanya dengan suara kecil,agar tidak ada yang mendengarnya.
Raeba, mengangguk. Terus melangkah masuk dengan Rain yang berada di belakangnya.
"Aku yakin ini tempat persembunyian mereka, anak-anak yang berhasil di tangkap mungkin di sekap di dalam untuk beberapa waktu sebelum mereka jual ke rumah Batu tempat penampungan budak." Lirihnya,tak kalah kecil dari suara, Rain.
"Apakah Nona Devisa sudah pergi ayah?" Seorang pria yang mungkin seumuran dengan Rain bertanya pada seorang pria paruh baya dengan wajah hampir penuh brewok.
"Sudah. Dia hanya mengantarkan beberapa perlengkapan untuk kita berdiam diri dalam Gua ini, sampai waktunya kita kembali ke kota."
Rain, menggenggam tangan Raeba erat sambil memeluknya dari belakang,karena mereka berada di tempat yang sangat sempit. Bergerak sedikit saja maka mereka akan ketahuan oleh Pria brewokan itu dan putranya.
Tempat batu pijakan kaki merekapun tidak kuat menancap di tanah,membuat tubuh mereka gemetaran akibat menahan bobot tubuh keduanya.
"Rain?" Bisik Raeba, saat ia tak sanggup lagi menahan diri untuk tetap bertahan di atas batu yang bergoyang. Bisa-bisa mereka terjatuh karena batu itu yang tiba-tiba saja menggelinding.
"Tahan, sebentar. Setelah keadaan aman kita keluar." Jawab Rain berbisik tepat di telinga,Raeba. Membuat bulu kuduk gadis itu merinding.
Setelah aman Rain dan Raeba keluar dari dalam Gua, mereka akan melanjutkan pengintaian di hari esok. Karena sekarang sudah larut malam mereka juga tidak membawa Leader dan Aya untuk membantu mengawasi bagian luar Gua tersebut.
•••
Di sebuah rumah kosong yang begitu sepi. Dua orang terkulai lemah setelah menyatukan tubuhnya untuk yang kesekian kalinya.
"Aku harus segera kembali, nanti kedua anakku mencariku." Ucap wanita paruh baya dengan tubuh polosnya yang masih tertutup kain tipis.
Ia, bergerak cepat untuk memasang kembali pakaiannya. Menata rambutnya dengan perlengkapan yang selalu di bawanya dalam tas, memakai pewangi untuk mengurangi bau tubuhnya yang tidak enak setelah di hajar beberapa kali.
"Besok malam kita ulangi." Ucap pria itu dengan senyuman mesumnya.
Tubuhnya yang tinggi dan lebih berisi membuat lawan mainnya merasa puas saat tengah bercinta dengannya.
"Tentu saja. Aku pasti akan kembali menemuimu di tempat ini. Tapi,jika aku tidak datang, berkemungkinan suamiku sudah kembali dari luar." Jawabnya dengan memikirkan sudah beberapa Minggu ini suaminya belum juga kunjung kembali.
Tepat di saat dini hari wanita itu sampai di kediamannya. Melewati jalan rahasia yang biasa di gunakan suaminya jika kembali ke kediaman,dan langsung terhubung ke dalam kamar utama.
•••
Siang berganti malam. Kini Rain dan Raeba sudah berada di dekat Gua semalam yang belum sempat mereka masuki hingga ke dalamnya.
"Kalian ber jagalah di luar! Kami akan masuk ke dalam untuk melihat situasi di sana. Mana tau ada petunjuk yang bisa di jadikan bukti untuk di kirimkan ke penegak hukum." Rain, berucap tegas dengan matanya melirik ke arah, Leader, dan,Aya, secara bergantian.
Untuk anak-anak yang berhasil di pindahkan ke istana kerajaan Magthur adalah kejahatan dari sekelompok orang yang memperjual belikan budak. Sedangkan yang sekarang adalah mencari bukti orang mana saja yang terlibat di dalamnya.
Leader dan Aya, mengangguk dengan cepat. "Baik,Tuan."
Turun dari atas pohon besar yang kemarin di jadikan Rain dan Raeba untuk bersembunyi. Mereka melangkah cepat menuju posisi masing-masing.
Aya, berdiri di bagian kanan bibir Gua, sedangkan Leader di bagian sebelah kirinya. Mereka bersembunyi di tempat aman dan paling dekat dengan pintu masuk menuju ke dalam Gua.
"Rain? Ayo!" Raeba memberi kode kepada Rain saat di dalam Gua tidak ada siapapun dan itu sangat aman untuk mereka masuk ke bagian dalamnya.
Seakan tempat itu sepi,dan tidak ada tanda-tanda bahwa seseorang tengah berada di dalamnya. Di tempat Rain dan Raeba bersembunyi kemarin,juga tidak nampak penghuni di bagian tersebut.
"Apakah mereka tengah keluar dari dalam Gua? Atau mereka menjebak kita?" Raeba, berbicara pelan sambil terus merangsak masuk ke bagian paling dalamnya.
"Sepertinya, mereka sudah mengetahui gerak-gerik kita." Jawab,Rain.
Masuk ke bagian ruangan yang berbentuk bilik pergi. Mereka berdua menemukan bekas tempat tinggal seseorang, yang di beralaskan jerami yang masih sedikit basah.
"Mereka sudah kabur." Ucap Rain yang di angguki oleh Raeba.
Raeba, meraba jerami itu,guna merasakan apakah sudah dingin atau masih hangat. "Sudah dingin." Lirihnya, berjalan mendekati,Rain.
"Itu artinya, mereka sudah pergi sejak lama." Jawab Rain, yang kini berbalik badan hendak menuju arah pintu keluar.
"Eh, tunggu! Rain..apa kau mendengar suara seseorang?" Menghentikan langkah Rain sehingga pemuda itu membalikkan badannya menatap ke arah,Raeba.
"Kesini!"
Raeba, menarik tangan Rain menuju sebuah pintu ruangan yang berada di sebelah kiri mereka.
"Sebuah jebakan agar tidak ada yang tau bahwa mereka masih berada di dalam." Bisik Rain mengerti akan maksud mereka (pelaku).
"Sembunyi!"
"Terima kasih, Nona. Sebaiknya Anda jangan terlalu sering berkunjung ke tempat ini, karena bisa saja seseorang mengikuti,Anda."
"Mungkin ini yang terakhir kalinya. Lagi pula malam ini Ayahku telah kembali dari pekerjaannya, jadi aku tidak bisa keluar di saat malam hari."
"Berhati-hatilah, Nona. Semoga Nona selamat sampai di kediaman."
Pria itu berjalan kembali masuk ke dalam ruangan tersebut, sedangkan seseorang yang di panggil Nona itu langsung berjalan cepat, keluar dari dalam Gua.
Bug!
Raeba, memukul tengkuk leher pria itu tepat pada bagian vitalnya. Membuat pria itu tidak sadarkan diri.
"Aku,akan masuk ke dalam untuk memeriksa keadaan. Kau pergilah ke luar temui Leader dan Aya, untuk membantu kita mengikuti kemana perempuan itu pergi." Tutur Raeba menjelaskan. Ia, menarik tubuh pria yang sudah terkulai lemas di atas tanah basah dan lembab.
Gua, itu tidak terlalu besar, hanya ada empat ruangan kecil itupun sangat pendek. Hingga mereka sedikit merunduk saat melangkah di dalamnya.
"Hem. Berhati-hatilah! Jangan terlalu menampakkan diri,aku akan menyusul setelah memberi tahu Leader,dan,Aya." Sahut Rain.
Pemuda tampan itu segera keluar dari dalam Gua, menemui Leader dan Aya, kemudian menyusul Raeba ke dalam Gua.
Raeba,dengan sangat hati-hati melangkah. Menguatkan insting berburunya,dan bersembunyi di balik batu.
'Hanya dua orang anak remaja.' batinnya, menatap ke sebuah rantai yang menjuntai dari langit-langit Gua. Rantai itu mengikat kedua kaki remaja yang duduk bersandar dengan tubuh yang tidak berdaya.
'Aneh. Jika mereka menculik anak-anak itu untuk diperjual-belikan, tidak mungkin mereka menyiksa tubuh keduanya?' gumamnya yang berperang dengan pikiran-pikiran yang tidak biasa.
Saat ia akan keluar dari persembunyiannya,Rain, tiba dan menghentikan niatnya.
"Biar, aku yang keluar untuk memeriksa mereka. Kau? Tunggulah disini! Tetap pantau situasi, jangan sampai kita terjebak di dalam ruangan pengap ini." Ucap Rain terkesan dingin.
Raeba hanya bisa tersenyum tipis, lalu mengangguk. Dia seratus persen percaya dengan tunangannya. Rain, pasti bisa mengatasi semuanya dengan kedua remaja itu. Sedangkan dirinya cukup fokus pada pengetatan penjagaan.
Sedangkan di luar Gua. Leader dan Aya,berpencar, Leader di sisi kanan dan Aya di sisi kiri. Mereka mengikuti wanita itu yang mengambil jalanan setapak.
Berjalan kaki, tidak menggunakan kuda karena mereka mengintai dari jarak dekat. Kaki keduanya yang sudah sering terlatih untuk berjalan dalam senyap, tidak menimbulkan suara-suara yang memungkinkan akan di ketahui oleh wanita tersebut.
Setelah berjalan cepat selama setengah jam lebih kurang, akhirnya mereka berhenti di sebuah perkebunan bunga. Wanita yang mereka ikuti sudah masuk ke dalam rumah bertingkat, Ia, melewati pagar pembatas dan jalanan samping kamarnya.
"Dia seorang bangsawan di kota Delia." Ucap Aya di sela pengintaiannya.
"Nona Devisa. Putri dari penjaga perbatasan kerajaan Magthur. Marquess Gavrielon Direxnoba Zaken dan Marchioness Vastielian Alacane Zaken." Sahut Leader yang mengetahui siapa latar belakang wanita itu.