Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 24 Cinta atau Obsesi?
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (24)
Padahal ia semakin berdiri lama juga karena tidak enak pada teman-teman suaminya yang sedang berbicara pada suaminya.
" Bagaimana perasaan Mas bertemu dia lagi?,"
Rama melihat ke arah istrinya.
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Kenapa? Kamu cemburu?,"
Salma diam. Cemburu kah dirinya? Jawabannya iya. Bohong jika dia bilang tidak cemburu. Nyatanya, ia pernah mendengar dengan telinganya sendiri suaminya bilang masih mencintai mantan istrinya disaat sudah bersamanya.
" Diammu aku anggap iya." Rama menyimpulkan sendiri pendapatnya.
Salma hanya diam. Tidak berani menyangkal ataupun membenarkan.
Rama menghela nafas. " Kita lanjut ngobrol di rumah ya. Bukan bahasan yang bagus juga jika di dengar oleh Ical."
Salma melupakan bahwa ada pangeran kecil di antara mereka. Ia mungkin belum paham, tapi ia memiliki rasa penasaran yang tinggi akan banyak hal. Apalagi mereka sedang membicarakan ibu kandungnya.
" Namun yang pasti di sini..." Rama menarik tangan Salma untuk menyentuh dadanya. "Kini hanya terukir namamu. Dia hanya masa lalu '
Salma merona mendengar perkataan suaminya. Hatinya menghangat. Perjuangannya untuk mendapatkan cinta dari suaminya akhirnya membuahkan hasil.
" Bukan gombal. Ini kenyataan." tegasnya. "Kamu percaya kan, sayang?,"
" Iya, aku percaya. Maaf."
Rama tersenyum. " Pulang sekarang?,"
Salma mengangguk.
...******...
Di sebuah rumah, tepatnya di dalam sebuah kamar, Dewi membanting semua barang yang ada di kamarnya. Hingga kamarnya menjadi berantakan bak kapal pecah.
" Arghhhh. Kenapa kamu mempermalukan aku RAMA!!!," teriak Dewi melampiaskan amarahnya.
Setelah turun dari pelaminan, semua teman-temannya berubah menjadi wartawan yang menanyai hubungannya dengan Rama sekarang. Niat hati menjatuhkan Salma, malah dia yang mendapatkan cibiran.
Teman-temannya membandingkan apa yang ia ceritakan dengan apa yang mereka lihat. Bahkan masalah Faisal pun mereka pertanyakan. Mereka aneh karena Faisal terlihat acuh padanya namun, berbanding terbalik saat bersama ibu sambungnya.
Akhirnya, ia malah jadi bulan-bulanan teman-temannya sendiri.
" Lihat saja, akan aku buktikan bahwa aku masih bertahta di hatimu. Dia hanya selingan bagimu," geram Dewi yang kini melemparkan botol parfum miliknya tepat di cermin meja riasnya.
Pyarrrr
Di luar ibunda Dewi yang baru tiba terkejut saat mendengar suara yang nyaring dari kamar Dewi.
"Astaghfirullah Dewi!!," Bu Ana tak percaya kamar anaknya yang biasanya rapi kini berantakan.
Perlahan ia menghampiri Dewi yang tengkurap di atas kasur. Menyusupkan kepalanya ke bantal. Terdengar tangis yang memilukan.
Bu Ana duduk di samping Dewi dan mengusap pundak sang anak. " Ada apa?,"
Dewi tidak menjawab. Ia masih terisak.
" Kamu bertemu Rama?," tanyanya lembut. Bu Ana tahu bahwa putrinya itu akan pergi ke pernikahan sahabatnya Rama.
" Dia mempermalukan aku di depan teman-teman ku, Bu."
" Mempermalukan bagaimana maksudnya?," Bu Ana bingung. Rama yang ia kenal tidak memiliki watak seperti itu.
Dewi pun langsung duduk di hadapan ibunya dan menceritakan semuanya.
Bu Ana hanya menghela nafas.
" Kenapa harus marah?" tanya Bu Ana akhirnya.
" Ibu membela Rama?,"
" Bukan. Tapi, ingatkah kamu, dulu siapa yang memilih meninggalkan suami dan anak demi orang lain karena lebih kaya?," Bu Ana ingin menyadarkan putrinya agar tidak melakukan kesalahan lagi di kemudian hari.
Dewi diam. Dialah yang meninggalkan Rama lebih dulu.
" Tapi, aku menyesal, Bu. Aku baru sadar, hanya Rama yang sangat menyayangiku, mengerti aku juga menjadikan aku ratunya. Tidak seperti orang itu." Dewi menundukkan kepalanya. Ia sangat menyesal karena sudah tergoda dengan laki-laki lain.
" Jika Rama masih sendiri, mungkin tidak masalah jika kamu mencoba untuk kembali mengambil hatinya. Tapi, dia kini sudah menikah dengan wanita yang baik. Yang mau menerima Ical dengan tangan terbuka bahkan menyayangi Ical sepenuh hatinya." jelas Bu Ana.
Sekalipun Rama telah menjadi mantan menantunya, namun Bu Ana sesekali masih menemui rumah mantan besannya. Untuk bertemu dengan cucunya. Tidak sering tapi selalu menyempatkan diri menemuinya.
Hanya saja setelah kakak iparnya sakit keras, ia dan suami sibuk mengurusnya yang tinggal di luar kota. Sehingga intensitas pertemuannya dengan Faisal semakin berkurang. Sehingga Faisal tidak lagi mengenalinya saat terakhir mereka bertemu.
" Kenapa ibu lebih membela wanita itu daripada anak ibu sendiri?," Dewi melemparkan tatapan kebencian pada Ibunya.
Ibu Dewi menghirup udara sebanyak-banyaknya. " Ibu tidak membela siapapun. Ibu hanya tidak ingin kamu jadi orang ketiga. Gelar p3lakor itu bukan sebuah kebanggaan, Wi."
" Aku hanya mengambil kembali apa yang seharusnya jadi milikku, Bu. Rama, Ical. Mereka milikku bukan milik Salma. Dia tidak berhak memiliki keduanya." Sisi egois Dewi berontak. Ia tidak terima Rama menjadikan wanita lain sebagai ratunya.
" Harusnya aku yang ada di posisi Salma, Bu. Di cintai Rama. Di sayang Ical. Dia mengambil posisi milikku, Bu. Dia merampasnya." Lagi-lagi Dewi menyalahkan Salma atas apa yang terjadi.
" Berhenti menyalahkan orang lain, Wi. Salma tidak mengambil posisimu. Sejak awal sampai detik ini, kamu adalah ibu kandung Ical. Sedangkan Salma adalah ibu sambungnya. Tidak akan ada yang bisa menyangkal itu.
Namun, posisi sebagai istri Rama, telah kamu lepaskan bertahun-tahun yang lalu. Dengan sadar kamu meninggalkan mantan suami dan anakmu yang membutuhkanmu. Ingat Wi, dengan sadar. Tidak ada yang memaksamu." Tegas Bu Ana.
Dewi hanya mendengus. Sisi manusiawinya muncul. Tak terima di salahkan walaupun dia memang salah.
Bukan sekali dua kali Bu Ana mengingatkan anaknya. Namun, Dewi yang tidak siap hidup susah lebih memilih laki-laki yang saat itu lebih mapan dari Rama.
" Salma datang kehidupan mantan suami dan anakmu baru dua tahun lalu saat Ical masuk sekolah dimana Salma mengajar. Baru satu tahun setelahnya Rama menikahi Salma demi memberikan keluarga utuh untuk anakmu. Lihatlah, betapa Rama sangat memperhatikan kebahagiaan anak kalian."
Kecewa, Bu Ana sangat kecewa saat anaknya melepaskan Rama, menantu yang tanpa cela di matanya. Padahal, masalah ekonomi bisa di perbaiki apalagi Rama juga tidak hanya ongkang-ongkang kaki. Namun, Dewi yang kesabarannya hanya setebal tissue lebih memilih jalan pintas.
" Dengar Wi, kamu harus sadar. Kamu bukan mencintai Rama. Kamu hanya terobsesi padanya. Kamu tidak terima orang yang dulu sangat menyayangimu jadi acuh dan lebih menyayangi wanita lain.
Namun, kamu harus ingat posisimu. Kamu hanya mantannya, dan dia adalah istri sahnya. Carilah kebahagiaanmu sendiri. Jangan merusak kebahagiaan orang lain."
Bu Ana pergi meninggalkan Dewi seorang diri di kamarnya. Sampai berbusa sekalipun ia menasehati Dewi, Dewi tidak mau mendengarkannya. Dewi tetap pada pemikirannya.
Harus bagaimana lagi hamba menasehatinya Ya Allah. Hamba khawatir dia akan melakukan hal-hal yang akan merugikan dia dan juga orang lain.
Bu Ana berbicara dalam hati sambil menutup pintu kamar putrinya.
TBC