Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB TiGA PULUH EMPAT
Sutrisno hari ini sudah rapih dengan setelan santainya, ketika ia hendak menutup pintu kontrakan terlihat tetangga yang terhalang satu rumah dengannya nampak melamun.
"Mikirin apa toh sampai segitunya, kayaknya berat banget beban hidup," ucap Trisno, sambil berjalan
menuju motor yang terparkir didepan rumahnya.
Bu Ani yang tadi asik memandang anaknya langsung menoleh,"ngomong sama siapa kamu?" ucapnya, malah balik bertanya.
Sutrisno yang kesal karena yang diajak bicara malah balik bertanya, langsung bicara menghadap ban motornya,"sama kamu, kenapa toh kamu jalan harus didorong orang memangnya gak bisa jalan sendiri,"
"Wong edan! bicara sama ban kayak orang stres," ucap Bu Ani bergidik.
Trisno menghadap tetangganya,"ya saya bicara sama ibu, malah balik tanya,"
"Oh, bilang dong. Ini lagi galau mas Bara kok gak balik lagi kesini?"
Trisno manggut-manggut mengerti kegalauan ibu-ibu tanggung ini," gak bakal pulang kayaknya, malah lanjut tinggal dikota,"
Bu Ani langsung berdiri terkejut," lah, kok bisa? terus disini gimana? apalagi perabotannya belum dipindahin, apa gak sayang ditinggalin gitu aja?"
"Mas Bara udah kaya, bu. Perabotan segitu mah secuil upil saya gak ada apa-apanya,"
Kini Bu Ani mengerti mengapa Bara bisa gampang membantunya disaat dia kesusahan. Padahal kerjaannya cuma dipabrik tapi bisa memperkerjakan dirinya. Apalagi ia melihat motor yang Bara selalu pakai, malah ada pada Trisno dan selalu dipakai jalan-jalan terus ternyata itu sebabnya.
"Sekaya apa sih, dia. Jadi penasaran?"
"Ibu, tau tempat kerja aku yang sekarang?"
"Tau lah, kan banyak orang sini kerja disana,"
"Nah itu, milik opa mas Bara,"
Bu Ani jadi membayangkan, gimana enaknya jadi istrinya Bara. Kayaknya tinggal ongkang kaki dirumah nonton film ikan terbang, didepannya tersedia banyak makanan yang dia suka. Anaknya yang masih toodler ini diasuh sama baby sitter.
Trisno yang melihat senyum misterius Bu Ani, langsung nyeletuk,"Gak usah mimpi, Bu. Nanti jatuh sakit tak tertolong terus meninggal. Banyak tuh diberita gara-gara ngayal terus gila," ucapnya nyelekit.
"Kamu ngomong asal jeplak aja, pake bilang stres segala sih. Lagian dari mana kamu tau saya lagi ngayal?"
"Ya elah, udah keliatan pelangi diatas kepala ibu." ucap Trisno, lalu mengeluarkan kanebo didalam jok motor untuk mengelapnya sampai kinclong.
"Dia kata kartun spons kuning kali ada pelanginya," gumam ibu Ani.
Ketika selesai mengelap motor, tiba tiba ada yang berhenti didepan rumah Trisno. Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam mengkilap. Bu Ani yang sedang makan malah berakhir mangap melihatnya, juga Trisno terdiam bak patung saking syoknya kedatangan orang kaya. Apalagi saat daun pintu terbuka terlihat lelaki gagah dua orang keluar dari sana.
"Permisi, apa benar ini rumah Supri eh Sutrisno," tanya seseorang, menghampiri Trisno.
"Ad-ada ap-pa ya? Cari saya, perasaan saya gak punya hutangan," ucap Trisno malah balik bertanya.
Pria itu tersenyum,"bukan penagih hutang, mas. Saya ditugaskan opa buat bantu selidiki kasus dipabrik,"
"Tapi, kok. Gak ada yang bilang bakal lanjutin penyelidikan?"
"Bara belum bilang memangnya, kalau saya sebagai ganti penyelidikan?"
Trisno menggeleng,"Gak ada, mas."
Tak lama ponsel disaku celana milik Trisno berdering, saat ia mengambil dan membukanya terlihat ada panggilan masuk dari Bara. Segera ia angkat.
"Halo, mas?"
"Supri, orang dari gue udah ada disana buat bantu lu. Apa belum datang?"
"Iya, mas. Ini udah nyampe sini."
"Oh syukur deh. Nanti dia bakalan bantuin Lo cari bukti lagi yang kurang,"
"Iya, mas. Saya ngerti."
"Kalau gitu gue tutup dulu telponnya,"
Setelah telpon mati, Trisno memasukan hp nya ke saku celananya lagi. Lalu menghadap lelaki tampan yang mengangkat alisnya bertanya.
"Mas, tadi saya udah diberitahu mas Bara, soal penyelidikan itu. Kalau boleh tau siapa nama mas-mas ini?"
"Kenalkan saya Arga dan ini Anton. Bisa kita bicara didalam rumah saja?" tawar Arga, karena takut ada yang bocor dari pembicaraan m.ereka.
"Boleh, mas."
Bu Ani yang dari tadi memperhatikan mereka langsung bersuara,"aduh gantengnya mirip sama mas Bara, ya. Tapi ini dewasa banget bikin ambyar," ucapnya, sambil menopang dagu di pembatas antar kontrakan dengan gaya centilnya.
Arga hanya tersenyum canggung, membalasnya.
Trisno langsung berjinjit untuk berbisik ditelinga Arga, dikarenakan tinggi yang menjulang," mas udah masuk saja ke dalam biar ini saya yang urus, takutnya mas malah sawan,"
"Heh, bisik apa kamu? mau fitnah kan kamu," tudingnya.
Setelah melihat Arga dan kawannya masuk rumah, barulah Trisno membalas ucapan Bu Ani,"ibu dari pada kepo urusan orang, mending masak deh entar suami pulang gak ada makanan ribut lagi,"
"Ya terserah saya dong, mau masak atau enggak juga. Apa urusannya sama kamu,"
Lalu tak lama suara motor mendekat ke rumah Bu Ani terlihat suaminya baru saja datang, terlihat begitu garang karena tampangnya yang penuh tato dengan pakaian berandalan ala preman pasar.
Trisno hanya bisa bergumam dengan suara pelan," tuh kan apa saya bilang,"
Saat menoleh ke arah suami Bu Ani terlihat sedang menatap dirinya tajam.
"Ngapain kamu ngobrol sama istri saya, hah!" sentak suami Bu Ani bernama Indra. Membuat Trisno berjengkit sambil mengusap dada karena terkejut, padahal suaminya itu tipe lelaki galak tapi setiap ada lelaki lain yang mengobrol dengan istrinya selalu dicemburui.
"Maaf, nih, mas Indra. Saya cuman ngobrol aja gak goda istri anda, kok," bantah Trisno.
"Alah, banyak alasan lu! Lo pikir gue percaya heh. "Awas aja sekali lagi lihat kalian ngobrol, gue usir nanti dari sini," ancamnya, sambil berlalu pergi masuk kerumahnya.
Sutrisno mendelikan mata, menggerutu," Halah sok banget, kayak yang punya kontrakan aja. Sama-sama ngontrak juga sok keras,"
"Kenapa gak ngomong sama orangnya langsung kalau kesal? malah ngedumel sendiri," ucap seseorang dibelakang Trisno membuatnya kaget.
"Ampuh deh, mas Arga ini bikin kaget saya tau -tau dibelakang. Kayak temennya Mbah kunkun,"
Arga mengangkat sebelah alisnya, karena tak mengerti lalu Trisno menjelaskan," itu yang rambut panjang pake daster putih kan temennya jailangkung, hehe,"
"Oh, gitu."
"Iya, mas. Ya udah sekarang kita kedalam dulu, kan tadi katanya mau diskusi takutnya nanti kelamaan apalagi sekarang udah mulai malam,"
"Ayo kalau gitu,"
Setelahnya mereka melanjutkan diskusi didalam rumah sampai menghabiskan waktu dua jam. Karena hari mulai malam, terpaksa Arga dan juga temannya menginap di rumah Trisno.
"Mas, mau langsung pulang sekarang atau nginep disini," tanya Trisno.
"Kebetulan Bara sudah kasih kunci kontrakannya untuk Anton, jadi dia nginap disana saja,"
"Mari kalau begitu saya antar kesana,"
Lalu mereka akhirnya pergi ketempat kontrakan untuk menginap, dan Arga memutuskan untuk pulang ke hotel.
paksa hancurkan pernikahan anaknya..