NovelToon NovelToon
Aku Masih Normal

Aku Masih Normal

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / TKP / Kontras Takdir / Bercocok tanam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ruang Berpikir

Anzela Rasvatham bersama sang kekasih dan rekan di tempatkan di pulau Albrataz sebagai penjaga tahanan dengan mayoritas masyarakat kriminal dan penyuka segender.

Simak cerita selengkapnya, bagaimana Anz bertahan hidup dan membuktikan dirinya normal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ruang Berpikir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28_Muntah

Pandangan mata burung itu bagaikan melihat Anz dan yang lain dengan gerakan kepalanya yang sedikit patah-patah.

Sudut bibir Anz sedikit terangkat ke atas melihat ekor burung itu yang sangat panjang bagaikan ekor monyet dengan warnanya yang keemasan dan belang-belang warna hitam. Kaki dari burung itu bagaikan kaki burung elang, yang mampu mencengkram kuat ranting pohon dengan kukunya yang terlihat sangat tajam.

"Hey," teriak laki-laki yang paling banyak bicara semenjak tadi "nyawa kau dalam bahaya, betina," menekan kata terakhir, mengigit gigi gerahamnya sendiri melihat Anz yang begitu sibuk menatap seekor burung yang hinggap di ranting pohon "malah sibuk memperhatikan burung."

"Bentuk burungnya aneh," mengalihkan pandangan, melihat lawan bicaranya "baru pertama kali aku melihat burung seperti itu," ucap Anz polos dan hendak megalihkan pandangan kembali pada burung tersebut.

"Betina bodoh," melangkah mendekati Anz cepat, mengangkat kaki kanannya dan melayangkan kakinya itu menuju bagian telinga Anz.

Anz dengan sigap mundur, meloncat ke belakang sehingga ia yang hendak menendang Anz malah jatuh tersungkur dengan posisi telungkup di atas aspal.

Rekan-rekannya memelototkan mata mereka yang kemudian sebagian mereka mengalihkan pandangan ke lain arah dan sebagian lagi pura-pura tidak melihat namun masing-masing dari mereka menutup mulut mereka menahan tawa.

"SIALAN," teriak laki-laki yang jatuh itu. "Kalian," menatap tajam satu per satu rekan-rekannya "tidak ada yang boleh tertawa," bangun dengan cepat.

Mereka semua menunduk takut namun sebagian dari mereka belum bisa menguasai diri mereka sendiri untuk tidak tertawa.

Anz melihat punggung laki-laki itu, dan kepalanya yang menghadap ke kiri pada rekannya yang tertawa paling keras. Senyuman sinis Anz lakukan, tatapan matanya menatap miring laki-laki itu lantas setelahnya pandangan mata Anz teralih pada laki-laki yang baru saja di marahi itu "kalau mau tertawa, tertawa aja, itu hak kalian kok. Urusan dia terjatuh dan sakit, itu urusannya. Tertawalah," ucap Anz santai.

"Hahaha," tawa terbahak-bahak laki-laki berbadan paling kecil di antara laki-laki badan besar, dari rekan-rekannya itu.

"Nah, yaps," mengacungkan dua jari jempol "pinter. Gunakan hakmu, selayaknya hak. Jangan mau di atur oleh ia yang tidak berhak mengatur," ucap Anz.

Laki-laki jatuh telungkup tadi, diam, napasnya memburu menahan amarah yang semakin menggebu. Pandangan mata tajamnya menatap Anz sekilas, ia mencari kelengahan dari Anz. Setelah ia menemukan yang ia cari, dengan segera laki-laki itu bangkit, berjongkok, mengulurkan kaki kanannya yang kemudian memutar keseluruhan badannya itu.

Anz yang sedikit lengah itu, lipatan lututnya yang berdiri tegak harus menerima hantaman kuat sehingga ia terjatuh dan terduduk dengan lututnya sehingga celana panjangnya itu mengalami robekan di kedua sisi, lutut putih Anz berubah warna kemerahan.

Decakan kesal Anz lakukan "KAMU," teriak Anz "kalau mau menyerang kasih aba-aba dulu kenapa sih?"

Ahmed yang masih setia menonton, gempulan asap tebal masih saja ia keluarkan dari mulutnya akibat isapan rokok yang tiada henti ia hisap entah sudah berapa punting rokoknya itu ia buang asal di sampingnya. Ahmed tersenyum lebar sehingga menampilkan dua baris gigi bawah dan atasnya "ceroboh," ucap lirihnya sendiri, pandangan  mata tidak lepas memandang Anz.

"Emang kau siapa? Emangnya kau penting ha?" menatap mengejek Anz yang masih terduduk dengan lututnya dan menatap tajam diri Anz. Laki-laki berbadan besar itu yang sempat jatuh tadi, bangun dari posisi jongkoknya itu dan berdiri tegap kembali "aku adalah salah satu penguasa di pulau ini," menepuk-nepuk dadanya sendiri "dan mereka," menunjuk rekan-rekannya sendiri "adalah bawahanku."

"Penguasa miskin," menatap tajam "selembar kain saja tidak mampu beli," melihat sesuatu dari laki-laki itu yang berada di tengah-tengah badannya itu, bergelantungan dan berwarna gelap.

"Ini adalah kebanggaan kami," memegang dan mengelus pe nis nya sendiri "dan ini," mengangkat tangan, berpose gagah, menunjukan otot bisep dan trisep "bukti kekuatan kami," lanjut mengelus perutnya sendiri bagaikan bata yang tersusun rapi.

Gejolak dalam perut Anz memberontak bagaikan semua isi makanan yang telah Anz makan ingin segera keluar kembali "huek," menutup mulut, reflek Anz. Anz beranjak bangun dan berlari mendekati semak dan mengeluarkan semua gejolak yang ada di dalam perutnya.

Semua mata memandang Anz dengan pandangan mata yang tercengang sedangkan laki-laki berbadan besar itu meunjukan aura kemarahan yang luar biasa, menatap Anz.

Anz yang berjongkok, memuntahkan makanan yang ada dalam perutnya di semak-semak, kini ia bangun kembali setelah selesai dengan urusannya yang kemudian kelopak mata Anz terbuka lebar seakan-akan bola mata Anz loncat keluar melihat laki-laki yang jatuh tadi melayangkan tangannya pada Anz.

Langkah mundur lebar selangkah Anz lakukan, sepatu bot yang dipakainya menginjak muntahan yang baru saja di muntahannya tadi. Hembusan napas kasar Anz lakukan "kenapa lagi sih kamu, ha?" Menatap tajam.

"Aku adalah penguasa dan kau adalah budak di sini," terus melayangkan hantaman brutal dan cepat yang terus-terusan mampu Anz elak dengan tidak kalah cepat.

Tidak ada satu serangan pun Anz lakukan, ia, tetap terus mengelak dan mengelak.

"Kalian," menatap salah satu rekannya sekilas "ini bukan ajang tontonan gratis," ucap laki-laki berbadan besar itu.

Delapan orang lagi yang merupakan laki-laki yang dikatakan bawahan dari laki-laki berbadan paling besar itu maju, dan ikut menyerang Anz.

Hantaman, pukulan dan tendangan terus menerus di terima Anz. Sudah lebih dari lima menit Anz selalu mengelak saja tanpa memberikan serangan balik. Energi dan tenaga yang ada dalam tubuh Anz terasa semakin menipis dan lagi kemarin ia sibuk bekerja dan di tambah lagi semalam ia tidak tidur sama sekali "HIYAAA," teriak Anz.

Serangan yang diterima Anz, Anz berikan dengan serangan balik dengan serangan yang lebih dari apa yang diterimanya. Satu persatu, dari yang terlemah dari mereka, tumbang, berjatuhan, terbaring di aspal kehabisan tenaga dan merasakan kesakitan luar biasa. Darah dari hidung dan sudut bibir mereka mengalir ringan.

Pandangan mata Anz menatap setiap lawan yang memberikannya serangan dengan sangat tajam. Kurang dari dua menit waktu berlalu delapan orang itu tumbang semua, mereka semua memegangi anggota tubuhnya yang terasa sakit dan sebagian ada yang pingsan tidak sanggup menahan sakit yang diterimanya.

Hanya satu lagi yang tersisa, yang dengan sengaja Anz sisakan "kamu," ucap Anz, mengigit gigi gerahamnya sendiri kuat "mengaku jadi penguasa, lawan satu betina saja tidak mampu," meludah. "Lihat," menatap sekilas laki-laki yang sudah terkapar di aspal "penguasa tanpa bawahan bukanlah seorang penguasa."

1
Không có tên
Ceritanya bikin merinding, ga bisa lepas ya!
_Sebx_
Seneng banget nemu cerita sebaik ini, terus berkarya thor!
AcidFace
Jangan tinggalkan aku bersama rasa penasaran, thor! 😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!