Demi menghindari kejaran para musuhnya, Azkara nekat bersembunyi di sebuah rumah salah-satu warga. Tanpa terduga hal itu justru membuatnya berakhir sebagai pengantin setelah dituduh berzina dengan seorang wanita yang bahkan tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Shanum Qoruta Ayun, gadis malang itu seketika dianggap hina lantaran seorang pemuda asing masuk ke dalam kamarnya dalam keadaan bersimbah darah. Tidak peduli sekuat apapun Shanum membela diri, orang-orang di sana tidak ada satu pun yang mempercayainya.
Mungkinkah pernikahan itu berakhir Samawa sebagaimana doa Shanum yang melangit sejak lama? Atau justru menjadi malapetaka sebagaimana keyakinan Azkara yang sudah terlalu sering patah dan lelah dengan takdirnya?
•••••
"Pergilah, jangan buang-buang waktumu untuk laki-laki pendosa sepertiku, Shanum." - Azka Wilantara
___--
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 - April Mop?
Jika Renaga saja sampai berpikir sejauh itu tatkala mendengar pengakuan Azkara, yang lain tentu tidak jauh berbeda. Sejak awal memasuki gerbang utama tiga orang yang berjaga di pos satpam sampai melongo dan berkali-kali menggosok mata demi memastikan siapa yang dibawa putra Keyvan Wilantara.
"Papa sedang pergi, dan Mama masih di rumah sakit ... apa perlu aku telepon?"
"Tidak, Kak, jangan mengusik pekerjaan mama, nanti kalau selesai juga pulang," sahut Azkara tampak menggampangkan segalanya.
"Iya sudah, bawa istrimu menghadap opa dan oma dulu jika begitu," titah Renaga sembari menurunkan koper besar milik Shanum layaknya sopir pribadi.
Harga diri Renaga sebagai pemimpin perusahan benar-benar seakan tidak berarti di mata Azka. Terbukti saat ini, Azkara tidak hanya sekadar minta jemput di terminal, melainkan meminta Renaga untuk membawa koper tesebut menuju rumah utama.
Sementara dirinya mengikuti perintah Renaga untuk mendatangi kediaman opa dan omanya lebih dulu. Tanpa melepaskan tangan Shanum yang terasa dingin, sampai-sampai hal itu dapat Azkara rasakan.
"Kamu kenapa?" tanya Azkara menatap sang istri yang merasa seperti melayang sejak memasuki tempat itu.
Tiga istana mewah dengan design tak jauh berbeda yang berjejer di depannya sukses membuat Shanum berasa di negeri dongeng. Jelas saja dia gugup dan juga sedikit takut. Bagaimana tidak? Yang terjadi kini jauh di luar dugaannya sewaktu di Yogya.
Sejak awal Shanum sudah menduga Azkara bukan orang biasa. Terbukti dari jaket dan sepatu yang dia gunakan sebenarnya. Akan tetapi, Shanum tidak menyangka jika sang suami bukan orang kaya, tapi sangat amat kaya.
Sebuah rumah atau tepatnya istana yang rasanya sangat mustahil didapatkan dalam waktu singkat. Walau Shanim bukan termasuk kategori wanita yang menjadikan harta sebagai patokan dalam memilih pasangan, tapi sedikit banyak dia bisa menyimpulkan bahwa Azkara bukan orang yang baru kaya, melainkan sudah dari sejak pendahulunya.
Tujuan pertama ialah rumah dengan design paling tua di paling kiri, rumah opanya. Dalam bayangan Shanum, opa Azkara adalah sosok pria dengan pakaian super mahal yang hanya duduk manis di sofa ala-ala bangsawan sembari menatapnya sebelah mata.
Siapa sangka, begitu Azka memasuki ruang tamu sembari "Opaa, Azka pulang!!" seorang pria berisi dengan kaos dalam dan sarung kotak-kotak berlari ke arah mereka.
Rambutnya sudah memutih dan tampak tipis. Usianya sudah begitu lanjut, tapi pria itu masih cukup bugar untuk orang seusianya.
"Azkara?"
"He-he ... Opa kangen aku, 'kan?" tanya Azkara nyengir kuda dan merentangkan tangan dengan maksud memeluk opanya.
Alih-alih dipeluk, begitu jarak mereka semakin dekat, tangan gempal pria itu seketika mendarat tepat di ubun-ubun Azkara "Kau kemana saja anak nakal?"
Mata Shanum sontak membeliak tatkala menyaksikan adegan itu. Sama sekali tidak Shanum kira jika pemilik tubuh yang rasanya amat renta itu ternyata masih bertenaga sampai-sampai sang suami meringis dan mengusap kasar bagian sakitnya.
"Ya Tuhan, Opaaaaa!! Kenapa dipukul segala?!"
Mendapati Azka berani berteriak, Opa Mikhail semakin menjadi dan menjewer telinga cucu paling meresahkannya itu.
"Sini kau!!" teriak Opa Mikhail memaksa Azkara untuk berhenti dan tetap berada di hadapannya.
"24 jam menghilang tanpa kabar sampai-sampai kedua orang tuamu bertengkar dan sekarang masih bisa cengar-cengir di depan Opa? Mau Opa tanam di bawah pohon pisang, Azka?! Hah?!"
"Aaww!! Ampun, Opa ... aku tidak semp_"
"Halah alasan!! Kau benar-benar tidak bisa berubah ternyata, cepat katakan dari mana?!"
"Itu ... cari istri," jawab Azkara sembari menunjuk Shanum yang sejak tadi terpaku menatap ke arah mereka.
Tatapan Opa Mikhail sontak beralih pada wanita cantik yang kini menunduk dan mengulas senyum padanya. Hal itu tidak membuat Opa Mikhail terlena, kemarahannya pada Azkara memang luar biasa karena akibat ulah cucunya ini, Mikhayla dan Evan perang di tengah malam lantaran Azka tak pulang-pulang.
"Heih? Istri?" tanya Opa Mikhail mengerutkan dahi, dia menatap lekat-lekat cucu menantunya untuk beberapa saat.
.
.
"Istri?"
Suara itu menyadarkan ketiganya, tatapan mereka seketika beralih pada wanita cantik dengan beberapa kerutan di wajahnya.
Wanita itu mendekat, saat itulah Opa Mikhail melepaskan telinga sang cucu yang sudah memerah tersebut.
"Is? Istri siapa, Ka?" tanya Oma Zia setelah cukup lama terdiam, uluran tangan Shanum bahkan sampai tidak mereka sadari karena terlalu fokus memandanginya.
Di saat bersamaan, Renaga yang tadi sempat memasukan koper Shanum kembali dengan membawa istri dan anaknya.
"Tuh, Sayang ... kamu lihat sendiri!! Memang benar Azka bawa istri."
Belum sempat menjawab pertanyaan omanya, kini sang kakak datang dan jelas sama bingungnya.
"Azka? Se-serius ini istrimu?"
"Serius dong, Kak, kenalin Shanum namanya!!"
Krik krik krik
Bahkan ketika Azkara mencoba mengenalkan Shanum sebagaimana yang dia lakukan pada Renaga, mereka tetap diam sembari menatap Azkara tak percaya.
"Ka-kalian kenapa? tidak percaya padaku masa?" tanya Azkara frustrasi karena memang sama sekali tidak ada yang percaya, begitu Azka menyebutkan istri tatapan mereka pasti aneh semua.
"Bu-bukannya begitu, tapi masa sih? Kok dia mau ... eh maksudnya, kok bisa?" tanya Zavia dengan wajah tak percaya. "Tunggu dulu, in_ ini pasti April mop, 'kan?"
"April mop apanya? Demi Allah dia istriku, Kak!! Tanya padanya kalau tidak percaya," cicit Azka benar-benar frustasi menghadapi keluarganya ini. "Demi Allah!! Aku sudah demi Allah kenap_"
"Iya-iya percaya!! Tidak perlu menangis, cengeng banget jadi laki-laki," pungkas Zavia yang pada akhirnya mengalah tatkala mata Azkara sudah berkaca-kaca. Sesaat kemudian, dia beralih pada wanita cantik yang Azka akui sebagai istrinya itu.
"Welcome di Megantara Family, Shanum ... semoga betah, dan tidak menyesal menjadi istrinya Azkara."
"Menyesal kenapa? Dia sayang banget sama aku asal Kakak tahu ya!!" ungkap Azkara dengan suara lantang yang membuat dada Shanum seketika berdegub tak karu-karuan. "Dia mendengar ucapanku?"
.
.
- To Be Continued -
Noted :
Assalamualaikum, author mau kasih info sedikit ... author melakukan perbaikan di bab 15, hal ini terkait Azka pulang ke Jakarta naik apa, dari mana uangnya dan bagaimana bisa. Karena dikhawatirkan scene-nya agak membingungkan bahkan berakhir cacat logika, jadi Author mengubah sedikit tentang itu yang mana mereka pulangnya dengan menggunakan Bus, bukan pesawat (Silahkan baca ulang untuk yang ingin baca lebih detailnya, tapi ini author kasih tahu sebagai penjelas saja jadi tidak perlu dibaca ulang juga tidak masalah) Mohon maklumi dan maafkan kesalahan Author ya, Author memutuskan untuk revisi selagi baru tayang dalam waktu kurang dari 24 jam. Terima kasih❣️
kanebo kering manaaaa
gak boleh num-num