"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
"Kalian berdua ngapain?"
Aldi tak menjawabnya, dia justru pergi begitu saja.
"Vivi, kamu main belakang sama Aldi?"
Meskipun itu hanya sebuah pertanyaan tapi terasa sangat menyakitkan di hati Vivi. Pertanyaan itu sama saja seperti tuduhan baginya. "Nggak! Aku nggak mungkin selingkuh dengan Aldi. Gila apa!" Vivi kembali masuk ke dalam kamarnya.
"Vivi, memang aku gak tahu siapa kamu?" Raina mengikuti Vivi masuk ke dalam kamarnya. "Dari dulu kamu suka menggoda Aldi. Aku masih ingat, kamu akan mencium Aldi waktu masih SMP."
"Apa kamu bilang? Aku gak pernah lakuin itu, dia yang maksa aku."
"Kamu itu wanita pengggoda. Bukan cuma Kak Rey yang kamu goda, tapi juga laki-laki lain. Belum puas kamu sudah mendapatkan Kak Rey."
Vivi hanya menatap nanar Raina. Selama ini dia menganggap Raina sahabat terbaiknya tapi justru ini yang ada dipikiran Raina tentangnya.
"Kalau Kak Lena tidak meninggalkan Kak Rey, kamu juga tidak mungkin menikah dengan Kak Rey. Kak Rey sekarang udah cinta sama kamu tapi kamu masih menggoda laki-laki lain. Kak Rey belum pulang tapi kamu sudah memakai lingerie gini, kamu pasti sengaja kan."
"Iya, aku memang sengaja, tapi aku menunggu Kak Rey di dalam kamar. Aku gak tahu kalau Aldi mengetuk pintu kamar ini dan memaksa masuk. Kamu jangan seenaknya menuduh aku, yang seharusnya kamu salahkan itu Aldi. Buka mata kamu, jangan dibutakan cinta."
"Hubungan aku dan Aldi sudah semakin dekat, kamu selalu saja merusaknya. Kamu sadar diri dong, sekarang tinggal dimana!"
Bagai ditusuk pisau berulang kali mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Raina. Dia tidak menyangka cinta telah mengubah sikap Raina.
Vivi hanya terdiam dan duduk di tepi ranjang. Saat Raina keluar dari kamarnya. Iya, dia mengerti, dia hanya menumpang di rumah orang tua Reynan yang mungkin kelak akan menjadi rumah Raina.
Vivi menutup pintu kamarnya, seketika air mata itu jatuh dengan deras di pipinya. "Aku tidak seperti itu."
Kemudian dia memakai celana dan lengan panjangnya, lalu memasukkan ponselnya begitu saja tanpa melihatnya bahwa panggilan itu sudah terhubung dengan Reynan. Dia juga memasukkan dompetnya ke dalam tas selempang.
Dia memakai tas itu dan mengusap air matanya yang tidak bisa berhenti mengalir. Kemudian dia keluar dari kamarnya dan berjalan jenjang keluar dari rumah.
...***...
"Akhirnya semua pekerjaan selesai juga." Reynan meregangkan ototnya lalu dia menutup laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas.
Saat dia menatap layar ponselnya, kebetulan sekali Vivi menghubunginya. Dia mengangkat panggilan itu. "Hallo, Vivi..." Tapi yang terdengar justru suara Aldi dan Vivi.
Reynan mengeraskan suara panggilan itu dan merekamnya.
"Aldi! Shit! Farid cepat antar aku ke rumah sekarang juga!" Reynan membawa laptopnya lalu berjalan jenjang menuju lift. Dia masih mendengarkan percakapan mereka dari ponselnya saat berada di dalam lift.
Hingga akhirnya terdengar teriakan Aldi dan Vivi berlari menjauh.
"Aldi siapa?" tanya Farid. Dia kini masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Reynan yang duduk di sampingnya.
Reynan tak menjawabnya, dia semakin serius mendengar percakapan Raina dan Vivi. "Kenapa Raina bicara seperti itu! Farid cepat jalan!"
"Iya maaf." Saking fokusnya mendengar perdebatan itu, Farid tak juga menjalankan mobilnya. Barulah kali ini dia melajukan mobilnya cukup kencang menuju rumah bosnya itu.
"Raina!" teriak Reynan karena perkataan Raina sangat keterlaluan pada Vivi. Dia semakin kesal karena dia tidak bisa melindungi Vivi saat ini.
Kemudian tidak ada lagi suara Raina. Hanya ada suara isak tangis Vivi yang menggema.
"Vivi maafkan aku tidak bisa melindungi kamu. Farid cepetan!"
"Iya Pak, ini sudah cepat."
Reynan mengacak rambutnya sendiri karena sekarang sudah tidak terdengar apa-apa di ponselnya meskipun panggilan itu masih terhubung.
"Vivi... Vi..." Masih tidak ada sahutan dari Vivi.
Reynan menyudahi rekaman suara panggilan itu dan membiarkan ponselnya tetap terhubung dengan Vivi.
Setelah sampai di depan rumahnya, Reynan segera turun. Dia berjalan jenjang menuju kamar Aldi.
"Rey, ada apa?" tanya Rangga yang baru saja datang dengan istrinya.
Reynan tak menjawabnya. Dia mendobrak pintu kamar Aldi yang tertutup rapat itu. Kemudian dia menyergap Aldi dan melayangkan satu pukulan di wajahnya. "Apa yang sudah kamu lakukan sama Vivi?"
"Aku tidak melakukan apa-apa."
Reynan memukul perut Aldi lagi.
"Rey, stop! Kita bicarakan dulu baik-baik," kata Rangga.
"Papa, dia berani masuk ke dalam kamar aku saat Vivi sendiri di dalam."
"Kak Rey, ada apa?" tanya Raina. Dia melepas tangan Reynan dari kaos Aldi.
"Apa yang sudah kamu katakan pada Vivi?"
"Vivi sudah mengadu apa sama Kak Rey?"
Reynan menunjukkan bukti rekaman suaranya. "Kamu dengar, siapa yang menggoda Vivi."
"Kenapa Vivi membuka pintu itu kalau bukan Kak Rey yang datang?"
Reynan berdengus kesal. "Kali ini aku kecewa sama kamu Rain. Oke, kalau kamu sudah tidak menganggap Vivi sahabat kamu, harusnya kamu tetap menghormati dia sebagai kakak ipar kamu."
Reynan kembali menatap tajam Aldi. "Aku akan tuntut Aldi!"
"Kak Rey, Vivi tidak kenapa-napa. Tidak perlu sampai lapor ke polisi," kata Raina. Dia masih saja membela Aldi.
"Rain, kamu lebih belain pria breng sek seperti dia daripada keluarga kamu sendiri!" Emosi Reynan semakin tersulut. Dia tidak menyangka hanya karena cinta Raina sudah berubah.
"Rain, kali ini kamu salah. Papa akan pecat Aldi dan mencarikan kamu bodyguard yang lain," kata Rangga.
Raina membuang napas kasar lalu dia membalikkan badannya dan berlari ke kamarnya.
"Rey, biar Mama yang menasihati Raina. Kamu lihat kondisi Vivi saja."
Kemudian Reynan berjalan jenjang menuju kamarnya. "Vi?" Dia mencari Vivi di dalam kamarnya tapi kamar itu kosong, hanya ada gaun tidur merah yang tergeletak di atas ranjang.
"Vivi kemana?" Reynan melihat ponselnya lagi. Panggilan itu masih terhubung dengan Vivi.
"Vi? Vivi..."
💞💞💞
Like dan komen ya...
dari dimanfaatin aldi & sekarang masih aja betah jadi artis
udah resiko kalau ada adegan gitu , jadi jangan sok nangis