++ Iwan seorang pemuda usia 19 tahun, setelah ia menemukan sebuah cincin ajaib saat memancing disungai. Iwan mendapatkan kesaktian yang dipergunakan untuk memijat.
Seiring waktu banyak pasien yang telah disembuhkan, sehingga menjadi masalah karena banyak wanita yang menginginkan dia. Sehingga membuat ia terlena akan kenikmatan dunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jamal Nurcahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Iwan yang berkali kali mencoba pukulannya tetapi gagal, mulai kembali berfikir, " Mungkin kalau ditubuh manusia atau hewan bisa berakibat fatal, aku coba lewat telunjuk saja!" Gumam Iwan.
Iwan pun segera mencoba mengalirkan energi batinnya ke jari telunjuk, setelah terkumpul Iwan menunjuk kearah air tapi tak ada satupun energi batinnya sampai ke permukaan air.
" Kok aneh!" Gumamnya, dicobanya sekali lagi hasilnya tetep sama.
" Mungkin seperti main kelereng!" Batin Iwan. Segera Iwan mengambil kerikil dan dijentikkan ke air, kerikil itupun melesat menghujam kedalam air" CLUUUUP!"
"Wah berhasil, coba gak pakai kerikil!" Gumamnya, segera Iwan menjentikkan jarinya tapi energi batinnya hanya sampai di permukaan " PYOOOOK". Diambilnya kerikil dan diamati sungai itu, dikerahkan sedikit penglihatannya agak jauh. Saat ada Ikan gabus berenang dipermukaan air, Iwan segera membidik dengan menyentil kerikil kearah ikan gabus. Karena terlalu kuat ikan gabus itu langsung hancur. " Gila! Jarak 6 meteran bisa hancur" terkejut Iwan akan kekuatannya.
Iwan mencari beberapa kerikil kecil kecil lagi dan berburu ikan disepanjang sungai, ia yang berencana mancing menjadi lupa malah keasyikan melatih kekuatannya.
Setiap ada ikan yang menyembul ke permukaan air, Iwan langsung mengatur berapa banyak energi batin yang akan dikeluarkan untuk membidik ikan.
Dalam waktu kurang dari dua jam Iwan sudah mendapat lima ekor ikan nila, dua ikan patin dan delapan ikan gabus yang besarnya selengan orang dewasa.
Setelah mengemasi alat pancing dan ikan, Iwan segera pulang dan berhenti didepan rumah Bu Mi yang sering membeli ikan hasil pancingannya.
" Rumah Bu Mi kok sepi?, barangkali sedang pergi atau lagi tidur siang!" Gumam Iwan. Iwan segera melangkahkan kaki sambil berfikir ikan sebanyak ini mau dimasak apa, lalu ia teringat akan Dewi dan segera meneleponnya.
Iwan tersenyum saat Dewi mau ikan hasil tangkapannya dan berjanji untuk mengirim ikan kerumahnya.
Setelah menyiangi ikan, Iwan memasukkan enam ekor ikan gabus dan dua ekor ikan patin kedalam kantong plastik besar dan sisanya akan ia masak sendiri. Setelah selesai mandi Iwan menelepon Dewi kalau dirinya sudah mau berangkat kerumahnya.
Diteras, Dewi sudah menunggu kedatangan Iwan, segelas kopi dan makanan ringan sudah disiapkannya di meja ruang tamu.
Melihat Iwan sudah datang, Dewi segera menghampirinya. "Ini ikannya sudah aku siangi kata Iwan. Dewi yang mau mengambil kantong plastik dicegah oleh Iwan" Biar aku saja yang bawa kedalam!" Kata Iwan.
"Jangan biar aku saja mas!" Pinta Dewi sambil mengambil kantong plastik itu dari tangan Iwan. Setelah membuka kantong plastik Dewi pun terkejut melihat ikan yang besar besar dan Iwan hanya tersenyum melihat ekspresi Dewi.
Ayo masuk mas, kopinya nanti keburu dingin!" Kata Dewi menujuk kearah meja. Iwan segera duduk, sedang Dewi masuk kedalam untuk menyimpan ikan itu di kulkas.
"Mancing dimana mas kok dapat ikan besar besar?" Tanya Dewi
" Di sungai dekat rumah, jenuh gak ada yang datang jadi pingin cari Ikan" jawab Iwan.
"Yang sabar mas, kalau sudah terkenal nanti mengeluh karena banyak yang pijat!" Kata Dewi sambil tersenyum manis.
Melihat senyum yang teramat manis, Iwan tanpa permisi langsung sosor bebek angsa masak dikuali.
Nona minta dansa bibir tapi berujung dengan remasan dan pangutan yang bergairah. Saat Iwan menginginkan yang lebih dari dansa dibibir, Dewi segera menolak dan beralasan adiknya sebentar lagi pulang dari sekolah.
Karena takut tertangkap basah mereka hanya bercengkrama dan bercanda mesra.
Teringat ikan yang ada dirumah, Iwan segera berpamitan untuk pulang.Meski agak keberatan karena masih ada kerinduan Dewi mengantarkan Iwan sampai di depan pagar rumahnya.
" Aku pulang ya Wi!" Pamit Iwan
"Hati hati mas!" Pesan Dewi
Iwan mengangguk dan melajukan motornya pergi meninggalkan rumah Dewi.
Iwan mampir kepasar untuk membeli bumbu dan sayur, ia ingin masak asam asam ikan gabus dan patin . Setelah selesai membeli apa yang dibutuhkan, Iwan segera melajukan motornya sampai dirumah.
"Acara masak memasak sudah selesai tingal acara makan makan. Dilihatnya jam sudah pukul lima sore," Shinta sudah berangkat kerja" keluh Iwan, segera dikirimnya pesan ke Shinta. Sambil menunggu balasan dari Shinta, acara makan makan pun segera dimulainya.
Asam asam ikan gabus dan patin ditambah nila goreng dan tak ketinggalan sambal terasi plus lalapan membuat nafsu makan Iwan bergelora.
Shinta yang membaca pesan dari Iwan tersenyum dan membalas kalau ia pulang jam sepuluh malam.
Disela sela makannya Iwan membalas kalau akan menjemput Shinta ditempat kerjanya.
Setelah menghabiskan nasi sepiring yang tadi di beli dari warung mbak Ju, dan beberapa potong ikan gabus dan patin ditambah dua ikan nila goreng, membuat Iwan terkapar kekenyangan.
Untuk melengkapi rasa nikmat dinyalakan sebatang rokok dan dihisapnya, perpaduan rasa pedas yang masih terasa dimulutnya dan berpadu dengan asap rokok semakin membuat Iwan bagai disurga.
Malam pun telah datang, Iwan segera bersiap untuk menjemput Shinta ditempat kerjanya.
Dimasukkan asam asam ikan kedalam tupper ware dan nasi beserta sambal dan 1 goreng ikan nila di tupper ware satunya.
Dua tupper ware itu dimasukkannya kedalam kantong plastik dan Iwan bergegas pergi ke toko tempat Shinta bekerja. Sesampai ditempat kerja Shinta, Iwan segera mengirim pesan kalau dirinya sudah berada ditempat parkir.
Setelah mendapat balasan dari Shinta, Iwan menunggu sampai Shinta menghampiri dirinya.
" Kenapa gak masuk kedalam toko mas?" Tanya Shinta.
" Ndak gak enak kalau ketemu mbak Rita!" Jawab Iwan.
" Lho kan sudah kenal mas!" Jawab Shinta.
"Iya! terus diajak kerumahnya, dan disuruh menerapi mas Adam ! gagal rencana bercinta denganmu!" Kata Iwan menaik turunkan alisnya.
"Ih... Pikirannya selalu kesitu!" Kata Shinta sambil mencubit pinggang Iwan.
" Langsung ke kost atau ketempat lain?" Tanya Iwan.
" Pulang aja mas ketempat kost!" Jawab Shinta.
"Oh....iya, ini hasil masakanku tadi!" Kata Iwan sambil memberikan kantong plastik yang berisi tupper ware ke Shinta.
" Kalau kamu gak shif sore, pasti
nikmat rasanya bisa makan berdua!" Kata Iwan.
" Terima kasih!" Ucap Shita senang sambil menerima kantong plastik yang diberikan Iwan.
Mereka berdua segera menuju ketempat kost yang tak jauh dari tempat kerja Shinta. Setelah sampai ditempat kost Iwan dan memarkirkan motor dihalaman, mereka berdua segera masuk ke kamar kost Shinta.
Shinta yang ingin merasakan masakan Iwan mengambil sendok dan mencicipi nya," Ternyata mas Iwan pintar masak juga!" Puji Shinta, Iwan yang dipuji hanya tersenyum.
Shinta segera menghabiskan masakan Iwan, ada sekelumit rasa bahagia karena perhatian Iwan kepadanya.
"Kapan kamu libur Shin?" Tanya Iwan.
" Dua hari lagi!" Jawab Shinta.
" Aku jemput ya, kita bisa masak masakan dirumahku!" Kata Iwan.
"Enggak ah, nanti ganti aku yang kamu masak!" Kata Shinta.
" Tapi enak kan!" Kata Iwan sambil tersenyum.
"Ih..... mas Iwan ini!" Kata Shinta
"Kamu masak!" Kata Shinta.
" Tapi enak kan!" Kata Iwan sambil tersenyum.
"Ih..... mas Iwan ini!" Kata Shinta sambil menunduk malu.
" Udah malam, gak enak sama tuan rumah dan tetangga kost mu. Aku pulang ya!" Pamit Iwan sambil mengecup dahi Shinta.
" Iya mas hati hati!" Pesan Shinta sambil mencium tangan Iwan.
***
Bersambung....