LADY OF DARKNESS
Jalanan setapak di tengah hutan rimbun terasa sangat mencekam,ketika tetesan air hujan turun semakin deras,hujan deras diikuti kabut tebal membuat hutan terlihat seram dan menakutkan.
Seseorang menyeret tubuh manusia yang sudah tak bergerak di tengah gelapnya malam di bawah guyuran hujan. Langkahnya kian cepat agar tidak ada seorang pun yang melihatnya.
Tubuh yang terbalut kain hitam,di penuhi darah yang terus keluar dari tiap luka menganga yang di dapat.
Tanpa disadari bahwa ada seseorang yang tengah melihat dengan jelas perbuatan keji yang di lakukan oleh pelaku pembunuhan tersebut.
Raeba—gadis dengan pakaian jubah tudung hitam dengan cadar tipis menutupi sebagian wajahnya. Diam-diam mengikuti kemana seseorang itu membawa tubuh yang tengah di seret, hingga akhirnya berhenti di sebuah jurang dalam yang tidak tersentuh oleh tangan manusia.
Raeba—gadis iris mata berwarna hijau kekuningan dan pupilnya berwarna hitam pekat,tak ubahnya dari sebuah permata yang bersinar terang saat terpapar sinar matahari.
Demi melindungi diri gadis itu bersembunyi di balik pohon besar yang berjarak 10 meter dari tempat seseorang membuang tubuh tak berdaya itu.
Tidak terfokus pada apa yang terjadi di depan sana, karena Raeba merasa belum aman, mungkin saja orang itu mempunyai komplotan lainnya.
Untuk tetap berjaga-jaga. Raeba, menajamkan indera pendengarannya. Peridotnya yang terus bergerak liar menandakan bahwa dirinya juga takut akan ketahuan.
Setelah kepergian seseorang tersebut. Raeba, keluar dari persembunyiannya dan berjalan menuju pinggiran jurang.
"Tuhan, tolong jaga aku!" Pintanya dengan terus mengedarkan pandangannya.
Raeba,dengan rasa takutnya menghampiri manusia yang tergeletak di pinggiran dasar jurang, untungnya belum terlalu ke dasar utama,jika hal itu terjadi,sudah di pastikan seseorang itu akan hanyut terbawa arus sungai yang mengalir deras.
Sebelum memeriksa lebih detail, Raeba, terlebih dahulu memeriksa denyut nadi dan napas orang tersebut.
"Cukup memprihatinkan." lirih Raeba setelah selesai memeriksa kondisinya.
Sebagai anak dari seorang tabib tentu saja Raeba tidak melupakan obat-obatan,dan alat medis,jika keluar dari kediamannya. Hal ini sudah biasa ia lakukan semenjak berusia 8 tahun.
Ia, yang sangat penasaran dengan dunia luar,ingin sekali merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang pengembara. Hingga membuat gadis berkulit putih itu diam-diam keluar dari kediaman di saat malam tiba.
Tanpa menunda waktu, gadis dengan tanda lahir di pipi itu segera menjahit luka sayatan yang menganga,ada lima luka yang cukup serius, tapi jauh lebih serius luka yang di dapat pada mata bagian sebelah kirinya.
"Pasti sangat sakit,kau bertahanlah sebentar,jangan mati dulu. Jika kau sembuh mungkin kau bisa membalas orang yang sudah menganiayamu." Raeba, berbicara pelan di dekat telinga seseorang tersebut.
"Untung tidak mengenai bagian vital mu,kau lelaki yang kuat dan tangguh,aku yakin kau akan selamat dari masa kritis ini."
Raeba, bangkit dari duduknya setelah selesai mengobati luka pemuda itu. Obat yang di berikan oleh Raeba adalah obat yang dapat menyembuhkan dalam waktu cepat,dan juga mengurangi bekas luka-luka yang di dapatkan pemuda tersebut.
Karena Hujannya turun semakin kuat. Raeba mencari dedaunan yang dapat menutupi tubuh pemuda itu,agar obat yang baru saja di berikannya menyerap dengan sempurna.
Malam pekat bukan berarti peridotnya tak dapat bekerja dengan baik. Raeba, adalah gadis keras kepala yang sangat akut, semenjak beberapa tahun yang lalu ia belajar ilmu bela diri dengan Hul Dasegton—seorang kakek tua yang tinggal di hutan Weliya. Hutan yang terletak tidak jauh dari kediaman,Raeba.
Hul dasegton selalu mengajarkan Raeba banyak hal setiap malamnya,tidak ada absen sehari pun bagi,Raeba. Meski tengah sakit gadis itu tetap datang ke hutan untuk latihan,dan belajar banyak dari kakek,Hul.
Takut akan ada orang lain yang diam-diam mengawasi, Raeba, segera pergi dari tempat tersebut. Masih ada hal yang harus di kerjakan oleh gadis itu.
Turun sangat mudah, saat naik ke atas permukaan jurang Raeba mengalami sedikit kesulitan. Tanah yang basah terasa licin saat di pijak,alhasil membuat gadis itu gagal untuk naik ke atas beberapa kali.
"Hah,aku harus cepat pergi sebelum matahari terbit." batinnya,dan berjalan menuju tempat kudanya di letakkan.
Menunggangi kuda dengan kecepatan penuh hingga kini ia sampai di sebuah pohon besar yang rimbun. Banyak pohon besar di sekelilingnya. Ia, mengikatkan kuda pada sebuah pohon kecil yang cukup tersembunyi.
"Semoga aku tidak salah tempat." ucapnya membatin seraya melangkahkan kakinya menuju sebuah Gua yang terdapat di tengah hutan,Bageo.
Di pandangnya Gua itu dari jarak tiga meter, jika orang biasa yang melihat tidak ada tanda-tanda akan adanya manusia yang tinggal di dalamnya. Namun, sesuai prediksi insting gadis itu ia merasakan adanya orang yang tinggal dan menginap di dalam Gua tersebut.
Berjalan pelan dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap situasi. Sayup-sayup terdengar suara dari dalam Gua setelah ia masuk beberapa meter ke dalamnya.
"Banyak racun yang bisa kita gunakan untuk membunuh mereka secara perlahan. Tapi, tidak sekarang."
"Kenapa,Ayah?"
"Kita belum memiliki kesempatan untuk menyusup ke dalam kediamannya. Oia,jangan sampai ada siapapun yang mengetahui keberadaan Gua ini, karena semua racun yang sudah Ayah racik,di sembunyikan di sini. Kau jagalah Ibumu dan adikmu,Ayah akan berjaga di sini sampai minggu depan."
"Apa Ayah tidak takut berjaga,seorang diri?"
"Tidak perlu khawatir, tempat ini sangat aman. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali Ayah dan kau. Kembalilah sebelum matahari terbit!"
"Baik, Ayah."
Raeba, jongkok di balik batu-batu yang terletak di dalam Gua. Mempermudah gadis itu untuk bersembunyi dari seorang Ayah dan Anak laki-lakinya yang tengah berbicara hal di balik batu sana. Di atas batu yang di jadikan sebagai kursi.
"Ternyata,aku tidak salah orang. Dia adalah lelaki yang tadi aku lihat." ucap Raeba membatin.
Sebelum anak lelaki itu keluar dari dalam Gua, Raeba lebih dulu keluar. Malam yang sebentar lagi berakhir membuatnya harus sedikit lebih cepat.
"Aku akan kembali besok." lirihnya setelah keluar dari mulut Gua.
Tidak terburu-buru menuju dimana kudanya berada, Raeba, memastikan terlebih dahulu bahwa anak laki-laki itu benar-benar keluar dan pergi dari tempat tersebut.
Setelah kepergian lelaki itu barulah Raeba mengambil kudanya dan mengambil jalan yang berlawanan dengan lelaki itu.
Membutuhkan waktu dua jam lebih dari hutan Bageo ke hutan Weliya, jika menunggangi kuda dengan kecepatan tinggi.
Untungnya tidak ada hambatan selama di perjalanan. Memudahkan Raeba untuk kembali ke kediaman. Ia, segera mengandangkan kuda.
"Kamu baru kembali?" Tanya,kakek Hul yang terbangun saat mendengar suara di belakang rumah kecilnya.
"Kakek,Hul? I—iya, karena malam ini perjalanannya cukup jauh." jawabnya sambil berjalan mendekat ke arah kakek Hul.
"Kembalilah ke kediaman sekarang. Jangan membuat orang tuamu kembali memarahimu!" nasihat Kakek Hul dengan lembut, namun ada penekanan pada ujung kalimatnya.
"Baik, Kakek Hul. Terimakasih kudanya, besok malam aku akan kembali,dan mungkin akan lebih lama." Ucapnya, sebelum benar-benar pergi.
Kakek Hul hanya menggelengkan kepalanya, tidak tau harus merespon apa. Karena gadis itu memiliki tingkat penasaran yang sangat tinggi. Jangankan Kakek Hul, orang tuanya sendiri sering menjadi target kebohongan,Raeba.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
🇮🇩🍁ꪶꫝFAIZ 𝓐𝔂⃝❥❣️🤎
Sungguh cerita yang menegangkan, aq sampai ikut kuatir Raeba ketahuan
2024-12-10
0