Menolak dijodohkan, kata yang tepat untuk Azalea dan Jagat. Membuat keduanya memilih mengabdikan diri untuk profesi masing-masing. Tapi siapa sangka keduanya justru dipertemukan dan jatuh cinta satu sama lain di tempat mereka mengabdi.
"Tuhan sudah menakdirkan kisah keduanya bahkan jauh sebelum keduanya membingkai cerita manis di Kongo..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Mengawalmu bertugas
Pluk!
Sepasang sandal itu jatuh begitu Aza mengangkat tiang infusan. Namun seleranya untuk berkeliling keburu habis sebab ia sudah terlalu letih berkeliling demi mencari sendal. Akhirnya ia memilih bersandar di dinding sejenak bermaksud meluruhkan rasa lelah dan jengkelnya.
Tak ingin kehilangan moment itu, Jagat segera menghampirinya dengan berlari, setelah sebelumnya ia mampir ke kantin mengambilkan Aza sebotol air mineral.
"Sudah kelilingnya?" senyum lebarnya adalah bukti nyata jika pelakunya adalah lelaki ini. Ia menyodorkan botol air mineral itu pada Aza, lumayanlah untuk pasien yang baru saja bangkit dari ranjang, olahraga mencari sandal sudah cukup.
Aza mendongak dengan alis mengkerut dan mata tajam mendelik, "oh jadi bang J yang umpetin sendal aku?!!" Aza langsung merebut botol itu bukan untuk ia minum isinya namun sebagai alat untuk menumpahkan kekesalannya dengan niatan membuat Jagat menerima akibatnya meski ia tau pukulannya tak akan cukup berarti untuk Jagat.
"Daripada cari-cari perwira yang telan jank dada lebih baik nyariin sendal, kan?" Jagat masih melindungi dirinya dari serangan Aza, tidak berniat membalas apalagi menghentikannya.
"Heh! Ihhhhh!" Aza membeliak, dan justru lebih keras lagi memukul-mukuli Jagat, refleks dengan tangan yang masih terpasang infusan hingga membuat ia mengaduh ketika itu mulai terasa sakit, serangannya pun terhenti dengan sendirinya.
"Usil banget ih, jahat!" Aza manyun dan membalikan badannya untuk kembali masuk ke dalam kamar. Namun langkahnya berpapasan dengan seorang junior Jagat yang memang tergesa menemui Jagat.
"Ndan, dimohon segera menghadap 'ndan Jalak dan bergabung bersama unit kapten untuk berangkat menuju pangkalan militer Kongo!" lapornya masih bisa terdengar oleh Aza yang kembali menoleh penasaran.
"Ya."
Tatapan Jagat mendarat dan bertemu dengan pandangan Aza, pria itu berlalu begitu saja setelah mengulas senyuman tipisnya.
Aza masih mematung disana menatap punggung Jagat hingga punggung tegap itu menjauh dan mengecil di pandangan. Ia mulai berpikir, seperti apa pekerjaan Jagat dan pasukan perdamaian, apakah seberat tentara negri yang mengusir pemberontak atau hanya sekedar membantu otoritas militer dan pemerintah negri setempat saja, tanpa tugas perang berarti.
"Za, ya Allah nih pasien satu emang pecicilannya!" seru Nisa mengejutkannya di gawang pintu dan memintanya untuk masuk kembali, "cairan infusan udah abis belum, sini gue lepas alatnya..."
Di tempat lain
"Admit it !"
"Where's your boss?!"
"Who?!"
Sudah hampir 8 jam mereka menginterogasi namun tak jua kedua orang ini membuka mulutnya, meski sudah diancam dan mendapat pukulan.
"Barang bukti dimana?"
"3 orang pemuda yang masih dibawah umur sudah dikembalikan ke desa mereka berasal dan bukti senpi serta obat-obatan terlarang sudah di gudang pangkalan militer ini." Lapor personel unit 3 pada kapten Yuda.
Kapten Yuda mendekat, "Jaguar.."
"Siap kapt," Jagat langsung bersikap sempurna.
"Coba tolong ikut periksa dan data barang bukti apakah ada indikasi jumlah banyak dan didistribusikan lagi?"
"Siap, kapt."
Jagat bergegas beranjak ke arah gudang markas, dimana ia ditemani personel militer Kongo.
\*\*\*
"Here.." tunjuknya pada Jagat yang diangguki Jagat, sebuah mobil RV yang memuat setidaknya beberapa puluh kilo pasokan obat-obatan terlarang, bertepatan dengan masuknya obat untuk kolera, campak untuk para pasien warga sipil dari pemerintah dan bantuan medis dari perserikatan bangsa.
"Mereka mengambil waktu yang sama dengan waktu diantarkannya obat-obatan, vaksin untuk warga, ndan." Jelas Taulan seorang personel unit 3 yang bertugas dan berhasil melumpuhkan pendistribusian ini.
"3 orang pemuda asal Desa Y dibawa juga, sepertinya mereka merekrut para pemuda di bawah umur untuk bergabung dengan kartelnya." Jagat mengangguk paham.
"Bongkar..." ia menunjukan pula surat perintah untuk membongkar barang bukti.
"Oh God..." decak Letnan Nelson melihat jika tidak hanya obat berkemasan saja yang ada disana, melainkan zat adiktif nar koba pun di selundupkan diantara jok pengemudi dengan jumlah banyak.
"Jackpot." kekeh Taulan, "kalo dijual berapa ya bang..."
Jagat hanya mendengus, "ini bukan mobil, tapi uang berjalan mereka..." jawabnya, ia dengan sarung tangannya melihat dan mengecek senpi rakitan yang beberapa item perakitnya memiliki kode produksi, "hm..." Jagat melengkungkan bibir, negara-negara itu memanglah penghasil senpi terbaik di dunia.
.
.
.
Aza tersenyum puas, tak perlu lagi terikat dengan tiang infusan, meski masih sedikit pusing persis diayun-ayun di bibir pantai, namun ia merasa jauh lebih baik dari 2 hari sebelumnya. Bahkan ia sudah bisa bergabung kembali dengan unit nakes untuk bertugas.
"Cieeee udah lulus jadi pasien nih!" sambutan itu yang menyapa Aza ketika mereka memulai kembali pertemuan di ruang dokter fasilitas kesehatan.
Aza hanya tertawa renyah saja menerimanya, "maaf sudah merepotkan!" ia membungkuk sopan namun langsung dihujani cibiran dan acakan di rambutnya oleh yang lain, "dasar konyoll!" Yuan bahkan sudah merangkul Aza, "di kamar sepi ngga ada lo, Za."
"Oke. Sudah lengkap lagi semua kan?" tanya dokter Alteja.
"Sudah dok!" seru mereka menjawab.
"Ini hari ke berapa ya kita disini?" tanya nya hampir lupa, jangankan dokter Teja, mereka saja tidak menghitung lagi yang penting dinikmati saja.
"Hari ke sekian dok," jawab Yuan langsung dihadiahi Aza dengan dorongan kepala.
"Untuk lusa, beberapa dari kita akan melakukan kembali kunjungan medis ke desa-desa yang belum tersentuh kemarin. Namun bedanya sekarang kita adakan edukasi dasar juga untuk anak-anak dan orangtua." Jeda dokter Teja, dan mereka mengangguk-angguk.
"Untuk lusa, saya sudah membentuk timnya masing-masing..." dokter Teja menyerahkan kertas dengan tulisan tangan dimana ia menyertai Aza sebagai aksi pamungkasnya menutup laporan tentang Aza pada profesor Suwitmo sang kawan.
Mereka berebutan untuk melihat dan saling menunjuk ketika menemukan nama mereka satu sama lain.
"Hemmm, ngga bareng!" Laras mengeluh manja pada Hera. List berjuluk Desa Y dimana nama-nama itu mencakup nama Aza, Yuan, mbak Nitia, dan dokter Alteja. Sungguh bukan senior-senior yang asik membuat Yuan manyun, untung saja masih ada Aza disana.
"Siap?!"
"Siap dok!"
"Oke....sekarang silahkan persiapkan diri dan kembali bertugas."
"Siap dok!" mereka mulai membubarkan diri. Sementara Aza, ia menahannya untuk berbincang sebentar.
"Za, bisa ikut saya?"
"Oh, boleh dok...kemana?"
"Jalan-jalan sebentar sambil cari angin..." jawabnya diangguki Aza.
"Minta ditemenin sama yang cakep Za, udah sonoo...lebih dari seminggu ngga ketemu bojo, meleyot..." bisik Yuan langsung dihadiahi kikikan Aza, "emangnya gue cewek apakahhh..." nadanya dibuat-buat seperti ben conkk taman lawang.
"Si alan!" Yuan mati-matian menahan tawanya.
"Azalea..." panggil dokter Teja sudah menunggunya di gawang pintu.
\*\*\*
Langit biru menyapa dengan goresan awan putihnya, seolah ikut mendukung dan melindungi kegiatan kemanusiaan ini. Para nakes dan beberapa unit prajurit sudah berkumpul bersama di lapang.
"Semesta aja mendukung...." ujar Nisa berbisik pada Hera merujuk pada langit, membuat pandangan Nisa teralihkan dari para abang-abang tentara di depannya, "iya mendukung banget, semoga semakin mendukung pengawalannya..." kikiknya memandang kapten Yuda.
"Ngga usah ngarep, tentara ganteng tuh biasanya udah sold out!" jiwir Hera di hidung Nisa.
Yuan berlari ke barisan yang berantakan dan seadanya itu, maklumlah mereka bukan prajurit, upacara pun jarang mereka ikuti kalau bukan upacara kenegaraan di halaman RS saja.
"Ck! Telat!" omel dokter Teja ditertawai dokter Dimas. Ia paling senang kalo para juniornya itu mendapat omelan dokter Teja terlebih Yuan dan Aza, "tunggu gongnya nih..." bisik dokter Dimas.
"Maaf dok...ndan..." angguknya sopan pada komandan pasukan yang garangnya keliatan sejak dari 5 meter lalu.
"Heuhh, kemana aja baru nongol, dokter Teja udah melotot dari tadi." omel Nisa pada pemuda yang rambutnya masih basah ini.
"Si Aza mana?" tanya Hera ikut nimbrung.
"Di belakang, gue rebutan air sama tuh orang," kikiknya.
Jagat resah mencari Aza, kebiasaan. Bahkan bukan hanya Jagat yang mencarinya namun yang lain termasuk Toni, "mbak Aza masih sakit, ngga ikut?"
Tak lama gadis itu berlari dengan tas ranselnya, dan kotak bekal di tangan yang belum sempat ia masukan, rencananya ia akan sarapan di mobil saja.
"Hufftt..." ia terlihat ngos-ngosan meski rambutnya masih terlihat lembab selepas keramasan "maaf---maaf...maaf telat."
"Huuu!" Yuan dan dokter Dimas justru menyorakinya usil dan memancing kepalan tangan Aza, lantas mereka tertawa.
"Kebiasaan!" decak dokter Teja, "harusnya khusus kamu saya mesti bikin pengumuman jam 5 subuh..besok-besok saya titip dokter satu ini, ndan biar dilatih kedisiplinan bareng taruna..."
"Setujuuuu!" seru beberapa tentara dan para perawat itu membuat Aza melotot.
Komandan Jalak tersenyum tipis, "bisa diatur."
Dan meledak lagi tawa dokter Dimas.
Aza berjalan menyamping layaknya kepiting dan masuk ke dalam barisan demi meninggalkan dokter Teja sepaket omelannya.
Jagat menggeleng dan yang lain sama halnya Hera sedang bersusah payah menahan tawanya di depan komandan pasukan.
"Sudah. Kita mulai saja apel pagi ini...."
(..)
Jagat, Toni, kapten Yuda serta seorang perwira yang bertugas menjadi supir berada dalam satu unit mengawal dokter Teja ke desa Y.
Aza dan yang lain mulai berjalan ke arah mobil masing-masing, "makan dulu sarapanmu..." bisik Jagat yang entah sejak kapan kini berada tepat di belakang Aza dan sedikit membungkuk demi menyamakan tinggi bibirnya dengan telinga Aza.
Aza menoleh membuat jarak itu *semakin saja* terkikis bahkan hanya tinggal beberapa centi saja hidungnya menyentuh pipi Jagat, matanya membulat untuk itu.
"Takut kamu lupa lagi..." Jagat menyodorkan sebotol tumbler berisi air mineral untuk Aza.
.
.
.
.
.
lanjut