She'S My Wife

Karena terus didesak oleh Andin, akhirnya dengan terpaksa salah satu pembantu yang paling tertua mengijinkan, tapi dengan syarat harus di temani oleh mereka agar jka ada sesuatu yang terjadi pada Andin, mereka siap siaga.

Andin nampak sumringah dan segera menyelesaikan mencuci piring nya.

Beberapa saat kemudian, Andin kembali berkutat dengan alat-alat masak.

Ia akan membuat pangsit goreng, karena ternyata di dalam pendingin makanan hanya ada stok kulit pangsit beserta ayam suwir dan sayur nya.

"Nona mau buat apa?" tanya Bibi Miah menghampiri Andin yang sibuk memotong-motong wortel menjadi bentuk memanjang.

"Mau nyoba buat pangsit" jawab Andin masih fokus pada potongan wortel nya.

"Bibi bantu ya Non?" tawar Bibi Miah membuat Andin berpikir.

"Bibi bantu doa aja ya? Hehe" balas Andin sembari melirik Bibi Miah dengan cengiran menggemaskan.

Bibi Miah tersenyum gemas melihat tingkah Andin. "Baiklah kalau mau Nona begitu. Kalau ada apa-apa panggil Bibi aja ya, Bibi ada di sini kok"

"Oke siap Bibi Miah" seru Andin kembali berkutat pada pisau dan sayur-sayuran.

Andin nampak lihai dalam melipat menggulung bahkan menggoreng pangsit itu.

Membuat Bibi Miah dan pembantu yang lain juga ikut takjub dengan hasil yang benar-benar memuaskan.

"Kalian boleh cobain, Andin bikinin ini buat kalian kok" ucap Andin saat sudah menuangkan pangsit yang sudah jadi di atas piring.

"Benar Nona?" salah satu pembantu dengan antusias.

Bibi Miah menegur dengan pelan agar tak terlalu gegabah dalam berucap.

Andin tersenyum. "Iya, tapi kalau kalian masih ragu takut ngira nya Andin masukin racun, kalian bisa cek sendiri dari tadi Andin juga ikut makan pangsit nya kok" jelas Andin membuat para pembantu tak enak hati.

"Kami coba ya Nona" ucap Bibi Miah segera mengmabil satu pangsit dan menggigitnya sedikit karena masih lumayan panas.

Kress

"Enak Nona!" pekik Bibi Zira langsung melahap habis pangsit di tangan nya.

Begitu juga Bibi Miah dan yang lain, rasa pangsit yang benar-benar pas tak ada yang kurang, sangat cocok di lidah.

"Kurang saos atau sambel aja nih sebagai cocolan" cetus Bibi Zira membuat Bibi Miah berbalik ke meja makan.

"Ini ada saos tomat sisaan, pakai ini aja Ra" sahut Bibi Miah segera mencocol pangsit nya ke saos tomat di ikuti yang lain.

"Wahh jadi makin enak, Nona hebat banget bisa masak begini. Saya nggak bohong Nona" seru Bibi Zira, memang di antara para pembantu Bibi Zira lah yang paling banyak mengoceh.

"Udah cocok nih buat buka usaha" sahut Bibi Alsa yang sejak tadi tak berhenti untuk mencocol.

Andin tersenyum. "Kalian habisin ya, Andin naik ke atas dulu" Andin sudah merasa puas dengan hasil tangan nya sendiri yang banyak di sukai orang, hanya tinggal Bapak nya, Gevano dan mertua nya serta Grandma yang belum Andin buatkan makanan.

"Habisin apa?"

Deg

Jasline tiba dan langsung menerobos ke dapur saat terdengar suara berisik.

Andin mencoba untuk tetap tenang sesekali melirik ke arah pangsit yang hanya tersisa satu.

"Bikinan siapa ini?" tanya Jasline menatap para pembantu secara bergantian.

"Bikinan.. Anu Nyonya--"

"Andin yang buat Ma" Andin lebih dulu menyela, dia akan jujur pada Jasline.

Jasline menoleh ke arah Andin. "Kamu bisa masak? Nggak di sangka ya" ucap Jasline segera mengambil pangsit terakhir itu dan menggigit nya sedikit.

Reaksi nya hanya bisa terdiam menatap pangsit itu lalu menatap Andin.

"Nyonya.. Di cocol saos tomat ini, enak loh" usul Bibi Zira membuat Bibi Miah menyenggol nya.

"Oh ya?--" Jasline pun mencocol sedikit dan kembali di buat terdiam.

"Kamu serius yang bikin pangsit ini kamu?" tanya Jasline, setahu nya dari Gevano. Andin tak bisa masak dan sangat-sangat di larang untuk menyentuh kompor atau alat masakan.

Andin mengangguk. "Mama jangan bilang-bilang ya ke Gevano kalau Andin masak" ucap Andin dengan wajah memelas.

Ohh. Jasline mengetahui nya sekarang, Andin setiap memasak selalu sembunyi-sembunyi dari Gevano.

"Oke Mama rahasiakan dari Gevano.. Tapi ada syarat nya" Andin mendongak tegang saat mendengar ucapan Jasline yang terakhir.

"Apa itu Ma syarat nya?"

Jangan yang susah! Jangan nyuruh ninggalin Gevano! Jangan sampai di usir dari rumah ini!

Pikiran negatif mulai muncul di otak Andin yang membuat Andin tak bisa berpikir jernih.

"Kamu bikinin Mama dimsum ala-ala Korea" Jasline seperti orang ngidam yang menginginkan sesuatu.

Andin terdiam sejenak setelah mendengar syarat itu, barulah dia tersenyum dan membuang semua pikiran negatif nya tadi.

"Mau kapan Ma? Biar Andin siapin bahan nya" ucap Andin dengan semangat empat lima.

"Nggak usah hari ini, besok aja. Mama pulang buat jemput kamu, mau Mama bawa ke salon buat perawatan" ujar Jasline membuat Andin mengernyit.

"Kenapa harus perawatan Ma?" Andin merasa tubuh nya sudah bersih dan terawat.

Jasline terkekeh pelan. "Kamu nggak lama lagi Gevano bawa loh, jadi kamu harus terlihat menawan, dan lagi biar kamu jadi lebih cantik dari yang sekarang" ucap Jasline menjelaskan.

"Dan lagi, Mama akan selalu bawa kamu ntah itu ke salon, ke mall, atau ke mana pun yang berhubungan dengan perawatan untuk kita sebagai wanita" lanjut Jasline sembari menarik selembar tissue dan mengelap bibir nya yang sedikit belepotan saos tomat.

"Sekarang kamu siap-siap, Mama tunggu 15 menit ke langsung ke salon" titah Jasline tak ingin di bantah.

Andin menghela nafas pelan. "Bi, minta tolong di cuci ya ini alat-alat nya yang habis Andin pakai" pinta Andin di angguki Bibi Miah.

"Baik Nona, sudah jadi tugas kami mencuci dan membersihkan" sahut Bibi Miah.

Andin segera melangkah meninggalkan area dapur bersamaan dengan Jasline.

"Mama nunggu di ruang tamu, kalau udah selesai dandan nya langsung ke ruang tamu, right?" Andin mengangguk dan segera naik ke lantai atas.

Dia tak ingin membuat Jasline terlalu lama menunggu, jadi Andin memilih untuk memakai dress di bawah lutut dengan warna cerah, dan memoles tipis wajah nya dengan bedak serta lipstik.