Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.
Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.
"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.
"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.
"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"
Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
"Kenapa kamu lakuin itu?" tanya Al serius, membuat Bella bingung dengan apa yang dia tanyakan.
"Maksud kamu?"
"Kenapa kamu sengaja numpahin kopi di tangan kamu sendiri dan malah menuduh Alin yang melakukan itu? Apa salah dia sama kamu sampai kamu tega berbuat begitu?"
Wajah Bella berubah kesal, dia berdecak lalu berdiri dari duduknya. "Karena dia suka sama kamu dan ingin miliki kamu, dia ingin rebut kamu dari aku. Aku nggak terima kamu makin dekat sama dia, Al."
"Tapi nggak harus kayak gitu caranya. Gara-gara kamu aku sampai nyakitin dia atas apa yang udah kamu lakuin," ucap Al yang juga berdiri.
"Kenapa? Kamu merasa bersalah, iya? Ingat, Al, ayahnya udah buat kamu kehilangan orang yang kamu sayang dan---."
Ucapan Bella terhenti karena Al langsung menyelanya dengan cepat.
"Cukup, Bella, cukup! Udah cukup kamu ngomongin ini terus. Aku udah bosan dengarin kamu ngomongin dendam terus. Aku tau kamu peduli sama aku, aku tau kamu juga sayang sama adik aku. Tapi nggak harus dengan cara kayak gini juga. Mulai hari ini aku putuskan untuk berhenti balas dendam sama Alin. Ayahnya memang udah membunuh adik aku, tapi aku sadar, nggak seharusnya Alin menerima balasan atas sesuatu yang bukan kesalahannya. Dia gadis yang baik, Bella. Dia nggak pantas menerima semua ini!" tegas Al dengan suara yang meninggi.
Bella terkekeh hambar. "Aku .tau itu bukan alasan kamu berhenti balas dendam, Al. Alasan kamu berhenti balas dendam karena kamu udah mulai jatuh cinta, kan, sama dia? Iya, kan, Al?" sentak Bella.
Al terdiam lalu ia membalikkan badannya membelakangi Bella. Raut wajahnya berubah sendu. "Kamu salah, aku lakuin itu karena aku hanya kasihan sama dia, bukan karena cinta."
"Berarti kamu cinta sama aku, kan?" Mendengar jawaban Al, Bella tersenyum senang lalu memeluk Al dari belakang.
Al menghela napas dengan kasar lalu berkata. "Maaf, Bel ... aku juga nggak cinta sama kamu."
Mendengar itu, Bella terkejut lalu langsung melepaskan pelukannya pada Al.
"A---apa maksud kamu, Sayang?" tanyanya yang bingung dengan ucapan Al. "Kalau kamu nggak cinta sama aku? Kenapa kamu mau jadiin aku pacar kamu?"
",Aku harap kamu jangan salah paham sama aku, Bel. Sebenarnya, aku lakukan semua ini karena aku berhutang nyawa sama kamu karena kamu udah nyelamatin nyawa aku saat aku kecelakaan dulu. Saat aku tau kamu suka sama aku, aku berpikir menjadikan kamu pacar adalah satu-satunya cara untuk balas budi ke kamu," ucap Al.
Perlahan tangan Al meraih tangan Bella mengelusnya dengan lembut. "Maaf kalau aku baru jujur ke kamu sekarang. Tapi cinta nggak bisa di paksa, Bel. Aku nggak bisa cinta sama kamu karena aku ... sedang menunggu seseorang yang dulu pernah mengisi hati ini sampai saat ini. Tapi kamu tenang aja, aku nggak akan pergi ninggalin kamu, karena kamu adalah satu-satunya orang yang aku punya saat dalam keadaan sesulit dulu," ujarnya lalu melepaskan tangan Bella perlahan.
"Kalau gitu aku pulang dulu, Bella. Ohya, selamat hari jadi hubungan kita yang ke satu tahun. Ini kado spesial dari aku buat kamu." Al memberikan sebuah kotak kecil berwarna merah pada Bella. Kemudian dia pun pergi meninggalkan Bella yang berdiri mematung dengan napas yang memburu penuh kemarahan.
Setelah Al menghilang di balik pintu, Bella membuka kotak kecil itu. Di dalam kotak itu terdapat cincin berlian yang sangat indah. Dengan perasaan marah, dia melemparnya ke sembarang arah lalu kembali meraih ponselnya yang masih terhubung dengan Charles.
"Kamu udah dengar itu? Dia pikir dia itu siapa, beraninya dia ngomong kayak gitu sama aku! Aku udah muak dengan sandiwara ini, aku pengen dia mati sekarang juga," amuk Bella dengan marah.
[Kamu tenang dong, Sayang. Jangan sampai kemarahan kamu ini bisa membuat usaha kita selama ini sia-sia. Dengar, aku udah atur segalanya, satu langkah lagi, kita akan dapatkan apa yang kita mau, setelah itu, kita akan habisi Al]
"Tapi kapan? Aku udah nggak tahan lagi, aku pengen lihat mayatnya masuk ke lubang kubur."
[Sabar. Sebelum minggu datang, dia akan mati. Dan besoknya, Garentar Company akan jadi milik kita. Ya udah, kita lanjut nanti, ya, soalnya aku mau ngirim berkas penting untuk Tuan Besar]
Setelah mengatakan itu, mereka menyudahi panggilan mereka.
"Lihat aja, Al, gue pastiin, waktu lo nggak lama lagi di dunia ini," ucap Bella tersenyum menyeringai.
***
Sementara di kantor Al, terlihat Raja yang sedang memikirkan sesuatu sampai-sampai dia tidak fokus dengan pekerjaannya.
"Gue harus lakuin apa, ya, biar Alin nerima gue jadi pacarnya dia? Gue beliin baju sama sepatu mahal kali, ya?" monolognya bingung.
"Tapi kayaknya, Alin bukan cewek yang suka ama ke gituan deh. Dia, kan, tipikal cewek sederhana dan apa adanya, akh, Benar-benar wanita pujaan gue banget," pujinya sambil tersenyum sembari membayangkan wajah Alin yang cantik, yang selalu menari-nari dalam relung hatinya.
"Gue tanya aja sama Putri kali, ya? Dia, kan, temannya Alin. Siapa tau Putri bisa bantuin gue." Lalu dia pun meraih ponselnya di atas meja kemudian menekan nomor Putri di kontak teleponnnya.
[Halo, Bang. Ada apa? Tumben nelepon aku?] tanya Putri di sebrang sana setelah panggilan terhubung.
"Halo, Put, kamu lagi sama Alin, nggak?"
[Aku lagi di kampus, Bang, bentar lagi aku mau ke kafe. Aku nggak lagi sama Alin, soalnya dia lagi pulang kampung]
Dahi Raja seketika mengerut kala mendengar jawaban Putri yang mengatakan jika Alin sedang pulang kampung. "Pulang kampung? Tapi, kok, gue nggak tau, ya, kalau Alin pulang kampung?" batin Raja bertanya-tanya.
[Bang, kok, diam? Kenapa Abang neelepon aku?] tanya Putri lagi yang membuyarkan lamunan Raja.
"Ah, iya. Andre udah kasih tau kamu sesuatu belum?"
[Belum. Bang Andre belum kasih tau apa-apa sama aku. Emang apa yang Bang Andre belum kasih tau sama Aku?]
Raja mendengus pelan. Ia merutuki Andre yang ternyata belum mengatakan pada Putri tentang niatnya yang ingin mengutarakan perasaannya pada Alin dan menjadikannya kekasihnya.
"Gini, Put, Abang suka sama Alin. Jadi, Abang mau nembak dia secepatnya."
[Apa? Abang mau nembak Alin?] tanya Putri dengan agak keras membuat Raja menjauhkan ponselnya dari telinganya.
"Eh, buset, cempreng amat tuh suara. Beda banget ama Andre yang kalem," batin Raja sambil mengusap telinganya yang baru saja mendapat serangan kaget.
"Iya, Put. Abang nelepon kamu karena Abang butuh saran gimana caranya buat Alin nerima Abang. Kamu kan, sahabatnya, pasti kamu tau dong, apa yang di sukai sama dia. Kamu mau, kan, Put, bantuin Abang?]
[Oke, aku bakal bantuin Abang. Aku lihat-lihat, Abang sama Alin cocok juga. Ya udah, gini, aku bakal kasih tau Abang gimana caranya buat Alin nerima Abang]
Lala dengan cermat Raja mendengarkan setiap ucapan Putri, pria itu mengangguk beberapa kali pertanda setuju dengan apa yang dikatakan Putri padanya.
"Terima kasih idenya, Put," ucap Raja setelah Putri menjelaskan apa yang harus dia lakukan.
[Sama-sama, Bang. Kapan Abang mau nembak Alin?]
"Besok malam, setelah jam kerja kalian selesai."
[Tapi awas, ya, kalau Abang berani nyakitin sahabat aku. Aku nggak mau, ada yang nyakitin dia yang ke dua kalinya. Cukup Leo aja yang nyakitin dia, orang lain jangan. Kalau sampai dia nangis karena Abang, siap-siap aja, Abang orang pertama yang aku cari] ancam Putri yang menekan setiap kata-katanya, menegaskan bahwa ancamannya tak pernah main-main.
"Iya, iya, nggak akan kok. Ya udah makasih idenya, ya, Abang mau lanjut kerja dulu. Assalamualaikum."
[Wa'alaikumsalam]
Raja pun meletakkan kembali ponselnya lalu melanjutkan pekerjaannya. Tiba-tiba saat sedang fokus, ada yang mengetuk pintu ruangannya lalu diapun mempersilahkan orang itu masuk.
"Udah selesai belum, Pak?" tanya Charles yang masuk setelah Raja mempersiapkan.
"Bentar lagi, char. Nanti pas makan siang lo antarin berkasnya ke rumah Al, ya?"
"Oke, Pak. siap!"
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏