Kaina Syarifah Agatha. Gadis cantik yang cerdas. Mengetahui dirinya dijodohkan dengan pria pujaannya. Sam.
Samhadi Duardja Pratama. Pria yang diidolai Kai, begitu nama panggilan gadis itu. Sejak ia masih berusia sepuluh tahun.
Sayang. Begitu menikah. Berkali-kali gadis itu mendapat penghinaan dari Sam. Tapi, tak membuat gadis itu gentar mengejar cintanya.
Sam mengaku telah menikahi Trisya secara sirri. Walau gadis itu tak percaya sama sekali. Karena Trisya adalah model papan atas. Tidak mungkin memiliki affair dengan laki-laki yang telah beristri.
Kai menangis sejadi-jadinya. Hingga ia terkejut dan mendapati kenyataan, bahwa ia mendapat kesempatan kedua.
Gadis itu kembali pada masa ia baru mengenal Sam selama dua minggu, sebagai pria yang dijodohkan dengannya.
Untuk tidak lagi mengalami hal yang menyakiti dirinya. Gadis itu mulai berubah.
Bagaimana kisahnya? Apakah Kai mampu merubah takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GARA-GARA REBUTAN MOTOR
Jam kantor sudah usai, Kai turun bersama dengan Sam dan Yosep, dua pria yang memiliki aura sama-sama dingin tetapi berwajah sangat tampan.
Ketika di lobby. Kai sudah dijemput oleh Mang Ujo, supir baru. Sam sedikit mengernyit.
"Kamu siapa?" tanyanya penuh kecurigaan pada Ujo.
Pria berusia tiga puluhan itu mengkerut. Ia menjawab dengan gemetar, jika ia adalah supir baru majikannya.
"Oh, hati-hati bawanya!' titahnya tegas.
"I-iya, Tuan," cicit Ujo.
Kai memutar mata malas. Ia selalu tak percaya dengan semua perhatian pria itu untuknya. Kai sedikit kesal ketika duduk di mobil.
'Motorku gimana nasibnya?' tanyanya dalam hati.
Butuh waktu satu jam untuk sampai rumahnya. Macet adalah alasan besar keterlambatannya. Sementara, ia melihat motornya sudah terparkir rapi di dalam.
"Ih, Ayah pasti udah di sampai duluan," protesnya cemberut.
"Assalamualaikum!" salam Kai ketika masuk rumah.
Umar tengah menyeruput kopi bersama Husain, Kakek Kai. Gadis itu mencium punggung tangan semuanya. Wajahnya ditekuk ketika menatap ayahnya.
"Kenapa mukanya begitu?" tanya Husain heran.
"Motor Kai ...."
"Ayah yang pakai sekarang motor itu!" putus Umar yang membuat Kai langsung merengek protes.
"Ayah!"
"Apa!" sahut Umar.
"Kamu perempuan, nggak baik jika naik kendaraan seperti itu. Lagi pula bahaya, Kai!" ujar Febri menasehati.
"Ayah," Kai masih merengek.
Gadis itu sudah tidak memiliki kekuatan. Setelah berebutan di kantor dengan Sam. Kini ayahnya mengambil kendaraan yang ia impikan sejak usia remaja.
"Oh, ya ... Nenek menemukan harta Karun dari kamarmu," lapor Febri lagi.
Kai menoleh ke wajah sang nenek. Gadis itu belum tahu apa maksud dari harta karun yang di maksud wanita paru baya tersebut.
"Nih, bisa jelaskan ini apa, sayang?" tanya Febri dengan wajah sendu.
Kai menatap kotak yang sangat ia kenali. Ia sangat yakin jika dirinya sudah menyembunyikan benda itu, bahkan warna kotak itu sama dengan dinding kamarnya.
"Sayang," panggil Umar sendu.
Pria itu memeluk putrinya erat. Meminta maaf berkali-kali. Husain juga memandang wajah cucunya dengan perasaan bersalah yang sangat dalam.
Kai hanya terdiam. Ia memang menyiapkan dirinya. Diacuhkan semenjak ia mengerti jika tidak ada satu pun yang mengharap kehadirannya. Ia belajar bela diri untuk melindungi dirinya suatu saat.
Mengumpulkan uang jajan, membuka usaha kecil-kecilan semenjak usai sepuluh tahun. Berdagang di sekolah. Hal itu membuat Trisya makin menghinanya saat itu.
Mengikuti semua pertandingan yang menghasilkan uang banyak. Ketika SMP, ia membeli rumah makan yang sudah bangkrut.
Gadis itu sudah menyiapkan semuanya, andai ia terbuang dari keluarga.
"Kai sengaja, Nek. Dulu, Kai mengira akan dibuang dan tak dianggap. Makanya, aku berlatih bela diri, agar bisa melindungi diri sendiri. Membangun usaha kecil. Agar bisa mencukupi hidup Kai nanti," jelasnya dengan mata menerawang.
Husain menitikkan air mata. Pria itu merasa sesak. Bahkan Umar sudah terisak tertahan. Febri tak kuasa menahan tangis.
Kai hanya menghela napas berat. Gadis itu mengingat kata-kata Trisya.
"Kakak dulu bilang. Aku tidak penting di keluarga ini. Suatu saat, aku dianggap angin lalu," jelas Kai.
"Sayang," Umar sangat menyesal dengan hal itu.
"Maafkan Ayah, Nak," lanjutnya.
"Sudahlah, itu semua sudah berlalu. Kami sekarang akan mengganti semua kesedihanmu yang lalu," putus Husain tegas lalu menghapus mukanya yang basah.
Febri juga mengusap genangan air di pelupuk matanya. Wanita itu juga akan membayar semua kesalahannya pada cucu perempuannya itu.
"Makanya Yah. Motornys biar Kai pakai ya," pintanya merayu.
"Tidak!" sahut Umar pendek.
"Ayah ... kan biar Kai cepet sampai kantor," jelas Kai masih merengek.
"Kai!" tegur Husain.
"Kakek," rayu Kai bersikukuh.
"Sekali tidak ya tidak. Oke!" putus Umar.
Kai akhirnya menangis mendengar keputusan ayahnya. Gadis benar-benar tidak mau berpisah dengan kendaraan favoritnya semenjak remaja.
Febri dan Husain hanya bisa menghela napas berat. Memiliki cucu perempuan yang tangguh dan sangat tomboy. Lagi-lagi, mereka merasa bersalah atas kelakuan Kai sekarang.
"Ya, sudah. Kai beli motor yang lain ... hiks ... hiks!"
"Ayah akan gantung motormu!" ancam Umar.
"Masuk ganti baju!" titah Umar benar-benar marah dengan anak gadisnya yang keras kepala itu.
"Ayah jahat!' pekik Kai langsung berhambur ke kamarnya.
"Astaghfirullah, anak itu!" sungut Umar tak habis pikir.
Di kamar, gadis itu menangis sejadi-jadinya. Ia begitu sangat kecewa dengan keputusan ayahnya yang merampas motor kesayangannya.
Febri masuk ke kamar cucunya itu. Perempuan paru baya itu hanya menghela napas panjang. Ia seperti berhadapan dengan anak kecil.
"Sayang," panggilnya.
Wanita itu duduk di tepi ranjang. Membelai rambut legam nan tebal milik Kai. Halus dan lembut. Bahkan aroma jeruk menguar. Kai masih setia dengan isakannya.
"Hei, sini sayang. Oh, cucu nenek yang cantik," rayunya lalu membalik tubuh mungil Kai.
Kai yang masih merajuk, membalikkan tubuh dan memeluk neneknya. Ia menenggelamkan mukanya di perut Febri.
"Sayang, kau ini perempuan, berbahaya jika naik motor, apa lagi banyak begal yang tak berhati di luar sana," jelas Febri menasehati.
"Sekarang, kau adalah seorang Agatha. Semua akan mengenalimu sebagai penerus perusahaan raksasa. Posisimu banyak yang mengincar, sayang," jelasnya lagi.
Kai menghentikan tangisnya. Gadis itu sesengukan. Febri terkekeh melihatnya. Benar-benar seperti anak kecil.
Febri menyadari kecantikan cucu perempuannya itu. Bulu mata tebal, panjang dan lentik. Hidung mancung dan bibir bervolume. Belahan dagu yang bebayang. Ia benar-benar cantik.
"Tapi, motor itu impian Kai semenjak remaja, Nek," rajuknya.
"Lagi pula, tidak ada yang tahu jika aku naik motor," lanjutnya.
"Sayang," panggil Febri memperingatkan. "Kami begini karena sangat menyayangi kamu. Apa mau kami tak peduli seperti dulu?"
"Jangan," rengek Kai manja.
"Maka itu. Sekarang, mandi sana. Sebentar lagi makan malam," titah Febri lagi.
"Nenek ...," Kai masih berusaha merajuk.
"Kai!" peringat Febri tegas.
Gadis itu akhirnya menyerah. Ia pun menurut. Febri menyiapkan dress bunga yang ia beli di sebuah butik ternama. Ia sudah mempersiapkan untuk merubah penampilan gadis itu secara perlahan.
Usai mandi Kai menatap dress bunga dengan malas. Febri sudah bersidekap. Ancaman neneknya itu adalah membuang semua kaos gambar kartun miliknya.
Usai memakai dress pemberian sang nenek. Barulah Febri tersenyum senang. Ia menarik gadis itu duduk di meja riasnya.
"Seorang gadis, harus mulai memperhatikan penampilannya. Tidak perlu berdandan lebih, biasa saja," ujar Febri memoles wajah ayu cucunya dengan bedak padat.
Wanita paru baya yang masih terjaga bentuk tubuh dan kecantikannya itu menyisir lembut rambut Kai yang wangi jeruk. Menghiasinya dengan bandana kain. Merapikan poni gadis itu.
"Selesai. Cantik, kan?" sahut Febri meminta pendapat.
Kai menatap wajahnya yang lebih berwarna dan tampak feminim. Cantik. Tapi, ini bukan dirinya. Sayang, lagi-lagi gadis itu harus terbiasa.
"Nenek akan membakar hoodie kartun bebek hitam itu di depan matamu!" ancamnya ketika Kai menolak semua alat kosmetik itu.
Kini dua wanita beda usia itu turun ke bawah. Di sana Umar tersenyum melihat anak gadisnya yang sudah sangat cantik. Husain sangat puas akan penampilan cucu perempuannya. Sedang Kai merasa kaget ketika Sam memandangnya dengan tatapan terpesona.
'Ini hari apa ya? Aku nggak ingat dia pernah datang untuk makan malam bersama di rumah semenjak Ayah bercerai?' gumam Kai dalam hati.
bersambung.
Nah kan. Langkah Sam memang benar-benar membuat othor kagum.
next?
mertuaq awalnya baik. tapi stlh operasi bypass jntng, mnm bnyk obat, jadi brubah spt kurang waras. ada yg brpndpt krn kravunn obat