Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 26
Di ruang makan, pak Naren dan bu Naina sudah duduk menunggu Rere turun. Beberapa lembar roti tawar rasa coklat sudah memenuhi piring datar berbentuk kotak yang tertata di atas meja. Dua keranjang kecil yang terbuat dari rotan dan berbentuk persegi panjang, berisi kroisan dan kue basah lainya. Tak lupa susu hangat dan juga teh hangat sudah tersaji dan membuat orang yang melihatnya berselera untuk memakanya.
"Pagi pa, ma....." sapa Rere yang mencium mama papanya bergantian.
"Pagi juga sayang..." jawab bu Naina yang melayani suaminya. Mengambilkan roti kesukaannya dan mengambilkan teh hangatnya.
"Nah begini dong, kamu bangun lebih awal, mama papa seneng liatnya..." ujar pak Naren yang memgang selembar roti tawar yang di ambilkan oleh bu Naina untuk kemudian segera menyantapnya.
"Iya ma, pa, mulai sekarang dan seterusnya Rere akan bangun lebih awal terus kok..." jawab Rere yang membuka satu bungkus kroisan untuk kemudian melahapnya dengan pelan.
"Oh iya, mobil kamu di mana...?" tanya pak Naren.
"Oh iya pa lupa ngasih tau, kemaren banya bocor terus Rere tinggal di kantor. Tapi tenang saja pa, udah di urus temen Rere kok..." jelas Rere yang membuat pak Naren manggut manggut.
"Oy ya sudah..."
"Re, lusa mama sama papa mau ke Bali, ada acara pameran lukisan, mungkin 3 atau 4 hari kami di sana..." ucap bu Naina.
"Waaahhh, sekalian liburan aja ma...." ujar Rere.
"Rencananya sih gitu, kamu ndak mau ikut....?" sahut pak Naren.
"Maunya sih gitu pa, tapi Rere kan ada tanggungan kerjaan pa, mana bosnya galak lagi...." masih mengunyah kroisannya.
"Kapan kapan aja kalau kamu ada libur panjang, kita liburan ke korea aja, soalnya mama pengen ke sana...." kata bu Naina dengan semangat sekali.
"Waaah ide bagus tuh mah, semoga saja ada keajaiban nanti dan Rere ada libur panjang...." sahutnya dengan ceria.
Sementara di apartemen Gilang, ia baru saja selesai mandi. Dengan handuk yang melilit menutupi perut ke bawah, ia berkaca dan menyisir rambutnya. Siulan kecil terdengar dari bibirnya. Gilang sangat bersemangat hari ini. Setelan yang telah ia siapkan segera ia kenakan.
"Perfect..." gumamnya setelah ia mematut diri dan merasa sudah rapi. Ia menyambar tas kerja yang ada di atas meja. Berjalan dengan agak cepat menuju dapur mininya.
"Perlu belanja nih, kosong begini...." gumamnya ketika ia melihat kulkasnya kosong. Cuma ada air putih dan dua buah apel saja.
"Ga papalah makan apel dulu, yang penting bisa ganjal perut."
Gilang mengambil satu apel dan segera mencucinya. Memotongnya menjadi beberpa bagian untuk kemudian segera menyantapnya. Ia menilik arlojinya. Masih ada waktu untuk nyantai sebentar. Karen masih 1 jam kelonggaran waktunya untuk berangkat kerja.
Di raihnya ponsel yang ia taruh di meja. Lalu berinisiatif mengirim pesan kepada Rere.
"Ah nggak usah lah..." lirihnya lagi lalu kembali menaruh ponselnya.
Rere selesai dengan sarapannya. Setelah berpamitan kepada mama dan papanya, buru buru gadis itu ke depan rumahnya, karena taksi online sudah menunggunya. Ia masuk ke dalam mobil, lalu memberitahu alamat kantornya.
Mendung menggelayut menyelimuti kota Rere. Beda dengan hari kemarin yang cerah tanpa awan hitam sedikitpun yang menghiasinya. Udara begitu dingin yang semakin lama semakin menusuk ke tulang. Rere sampai menyuruh pak sopir mengecilkan ac karena enggak kuat.
"Kenapa tadi gak bawa jaket si..." gumam Rere yang menyesal dan kedua tanganya bersedekap di depan dada. Awan hitam semakin menebal saja. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Walaupun sangat mendung, namun banyak orang yang tetap beraktifitas pagi itu.
Tak lama kemudian, taksi yang di tumpangi Rere sudah sampai di depan kantornya. Tepat kurang 15 menit sebelum jam kerja ia sudah tiba. Ia membayar dan segera keluar dari taksi. Dan benar saja, baru beberapa langkah ia berjalan di halaman kantornya, air hujan sudah menetes walau belum deras.
Rere berlari kecil agar sampai di lobby kantornya, agar tidak basah kuyup. Sesampainya di dalam lobby, ternyata Gilang juga ada di sana dan sedang duduk dan fokus dengan ponselnya.
"Mbak Rere...." sapa Gilang sebelum Rere menyapanya duluan.
"Gilang, baru nyampe juga...?" tanya Rere.
"Iya mbak, mbak nggak kehujanan kan...?" tanya Gilang.
"Enggak kok, ngapain di sini Lang, nggak langsung masuk....?" tanya Rere.
"Nungguin mbak Rere....." jawab Gilang selengekan.
"Heeemmm...."
Keduanya tertawa lalu segera masuk. Didalam ruangan, Kevin Sania Juna Cindy Mika dan Ata sudah menempati kursi masing masing.
"Selamat pagi semua...." sapa Rere dan Gilang bersamaan, membuat satu ruangan menoleh ke arah mereka.
"Widiiiihhh kemarin boncengan, sekarang berangkatnya barengan, cie cieeee....." seru Cindy yang sangat bersemangat sekali.
"Apa sih bukanya jawab salam malah di cie cie in,tadi aku ketemu Gilang di lobby dan kami barengan dari sana...." jelas Rere yang sudah menempatkan pantatnya di kursi kerjanya.
"Iya iya nona cantik, percaya kok...." seru Cindy lagi. Yang lainya hanya tersenyum sambil bermain mata satu sama lain.
Hem kayaknya mbak Rere ada hubungan nih sama Gilang. Tapi masa sih, gak mungkin.
Batin Sania yang terdiam menatap Rere dengan penuh selidik. Namun hal itu tak berlangsung lama, karena jam kerja sudah mulai. Dan semua sibuk dengan kerjaan masing masing.
Ting
Notifikasi pesan masuk, dan itu notif pesan dari ponselnya Mika. Dengan lirikan saja, Mika sudah tau kalau yang mengirim pesan adalah Ata, yang duduk di depanya.
"Semangat kerjanya ayank...." Mika menahan senyum manisnya dan melirik Ata yang juga senyum senyum dan meliriknya sekilas.
"Iya Ata....kamu juga semangat ya...." balasan Mika. Ata sedikit cemberut.
"Kok gak pake ayank si...." Mika melirik ke arah Ata. Dilihatnya Ata cemberut ke arahnya. Mika lagi lagi menahan senyumnya.
"Iya ayank..."
Wajah Ata seketika berbinar saat membacanya. Mika geleng geleng gak habis pikir.
Duh aduh pacaran sama bronis emang ribet, bucinnya nggak ketulungan.
Batin Mika lalu melanjutkan kerjanya lagi. Jam menunjukan pukul 10.30 Wib. Rere terlihat gelisah. Sesekali bibirnya ia gigit sendiri. Kini wajahnya terlihat pucat.
"Mbak Re.....?" panggil Gilang yang melihat Rere.
"Mbak Rere sakit....?" tanya Gilang lagi dan Rere hanya menggeleng seraya tersenyum.
"Mbak Rere kenapa...?" kali ini Sania ikut bertanya juga, dan hal itu membuat semuanya menujukan pandangan ke arah Rere. Memang benar, Rere tengah merasakan sakit di perutnya. Terlihat tanganya yang memegangi perutnya. Cindy dan Mika mendekat.
"Rere perut kamu sakit...?" tanya Mika memastikan.
"Iya Mik, nyeri sekali..." jawabnya lemah.
"Kamu lagii......." Mika tak melanjutkan ucapanya, karena Rere sudah mengangguk duluan.
"Mbak Rere kenapa mbak Mika...." tanya Gilang. Namun Rere menghentikan Mika dengan menekan tanganya agar tidak menjawabnya, karena malu kalau sampai Gilang atau yang lainya tau. Rere sedikit meringis karena nyeri di perutnya semakin menjadi.
"Aduh, gimana ini Mik...." lirih Rere sangat pelan dengan wajah pucatnya.
"Kenapa gimana....?" tanya Mika berbisik di telinga Rere.
"Kayaknya udah keluar, banyak lagi, aku gak bawa itu....." jawab Rere yang semakin pucat wajahnya. Gilang semakin penasaran.
"Coba kamu angkat dikit paha kamu..." pinta Mika. Rere mengikuti apa kata Mika.
"Waduh Re, bener....."
Setelah Mika berkata seperti itu, Rere semakin pucat dan khawatir. Pasalnya nyeri perutnya di karenakan ia lagi dapet. Dan sialnya ia lupa bawa pembalut.
Bersambung