NovelToon NovelToon
Kesucian Istri Tuan Arrogant

Kesucian Istri Tuan Arrogant

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Angst
Popularitas:415.2k
Nilai: 4.6
Nama Author: ainuncepenis

Kembali Ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan s2-nya. Anindya harus dihadapkan masalah yang selama ini disembunyikan Abinya yang ternyata memiliki hutang yang sangat besar dan belum lagi jumlah bunga yang sangat tidak masuk akal.
Kavindra, Pria tampan berusia 34 tahun yang telah memberikan hutang dan disebut sebagai rentenir yang sangat dingin dan tegas yang tidak memberikan toleransi kepada orang yang membuatnya sulit. Kavindra begitu sangat penasaran dengan Anindya yang datang kepadanya meminta toleransi atas hutang Abinya.
Dengan penampilan Anindya yang tertutup dan bahkan wajahnya juga memakai cadar yang membuat jiwa rasa penasaran seorang pemain itu menggebu-gebu.
Situasi yang sulit yang dihadapi gadis lemah itu membuat Kavindra memanfaatkan situasi yang menginginkan Anindya.
Tetapi Anindya meminta syarat untuk dinikahi. Karena walau berkorban demi Abinya dia juga tidak ingin melakukan zina tanpa pernikahan.
Bagaimana hubungan pernikahan Anindya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 32 Memperlihatkan Kenyataan.

Kavindra tersenyum mendengarnya dan memegang dagu sang istri yang mengangkat dagu itu yang akhirnya wajah mereka sejajar, Tapi tetap saja pandangan mata Anindya masih kesana kemari yang tidak berani melihat suaminya yang tampan itu.

"Anindya! jika aku berbicara maka lihat aku," ucap Kavindra yang membuat Anindya memberanikan diri melihat sang suami dengan mata keduanya yang saling bertatapan.

"Jadi kamu tidak akan keberatan jika kita berdua tidur di dalam kamar ini?" Kavindra kembali mempertanyakan hal itu yang membuat Anindya menganggukkan kepala.

"Jika tuan juga tidak keberatan, maka saya tidak masalah sama sekali," jawab Anindya dengan pelan yang masih malu-malu.

"Baiklah kamar ini sangat luas dan kita bisa berbagi kamar, aku juga sangat malas harus memesan kamar lagi, karena sebelumnya Thalia sudah memesan beberapa kamar yang diperlukan sebelum berangkat ke Milan," ucap Kavindra yang membuat Anindya mengangguk.

Dari raut wajahnya tampak begitu bahagia, jika satu kamar dengan suaminya. Entahlah apa yang ada di pikiran Anindya.

"Kamu bersih-bersih terlebih dahulu, aku keluar sebentar," ucap Kavindra terdiri dari tempat duduknya.

"Tuan!" Anindya menghentikan Kavindra dengan memegang lengan Kavindra.

"Mau kemana? Bukankah kita baru saja sampai?" tanya Anindya.

Kavindra tidak menjawab dan menatap Anindya.

"Maaf tuan! Saya tidak bermaksud untuk terlalu ingin mengetahui," ucap Anindya yang takut jika pertanyaan itu justru membuat masalah.

"Aku hanya ingin mencari makan," jawab Kavindra.

"Kamu beres-beres terlebih dahulu dan aku akan segera kembali," ucap Kavindra yang membuat Anindya menganggukkan kepala.

Kavindra tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung keluar dari kamar dan Anindya tampak tersenyum. Mungkin benar dugaan Kavindra jika Anindya sudah mulai jatuh hati kepada suaminya dan mungkin begitu juga dengan Kavindra.

Hanya saja Kavindra lebih pintar menyembunyikannya dan sementara Anindya yang dari ekspresi wajahnya saja sudah terlihat.

***

Anindya yang baru saja menyelesaikan sholat dan bersamaan dengan Kavindra yang kembali memasuki kamar. Anindya mengambil sajadahnya dengan melipatnya.

"Apa itu tuan?" tanya Anindya saat Kavindra meletakkan satu lembar kertas kecil di atas meja di bagian tempat tidur Anindya.

"Tiket pesawat," jawab Kavindra.

"Tiket untuk apa?" tanya Anindya mengerutkan dahi.

"Ticket untuk kamu pulang ke Indonesia," jawab Kavindra.

Anindya kebingungan mendengarnya.

"Saya tidak menyuruh kamu untuk pulang ke Indonesia malam ini. Saya hanya membeli tiket terlebih dahulu. Jadi nanti tidak perlu membeli lagi," ucap Kavindra.

"Memang kapan kita akan kembali ke Indonesia?" tanya Anindya.

"Entahlah! Kapanpun itu yang terpenting aku sudah membeli tiket terlebih dahulu untukmu dan juga untukku. Ticket itu tanpa batas jadi bisa digunakan kapanpun. Kamu simpan ticket mu dan aku sudah menyimpan tiket ku," ucap Kavindra.

"Kamu memikirkan apa?" tanya Kavindra yang melihat ekspresi istrinya masih tampak kebingungan.

"Tidak tuan! Kita baru saja sampai dan belum juga istirahat dan tuan sudah menyiapkan tiket untuk kepulangan dan terlebih lagi kita juga datang ke tempat ini menggunakan pesawat pribadi dan kenapa pulangnya tidak menggunakan pesawat pribadi?" tanya Anindya.

"Pesawat itu pasti akan digunakan nanti dan maka dari itu aku menyiapkan ticket terlebih dahulu agar tidak mempersulit kepulangan kita nanti," jawab Kavindra.

"Begitu," sahut Anindya.

"Kamu jangan memikirkan apapun dan kamu simpan saja ticket itu. Jika kamu bosan berada di Milan dan ingin pulang maka bisa pulang sendiri," ucap Kavindra.

"Apa pekerjaan tuan sangat banyak di tempat ini dan membutuhkan waktu yang lama?" tanya Anindya.

"Entahlah aku tidak bisa memastikan apapun," jawab Kavindra yang membuat Anindya mengangguk saja dan menuruti apa yang dikatakan suaminya.

Anindya merasa heran saja dengan suaminya yang sudah menyiapkan tiket kepulangan dan padahal mereka sudah sampai. Alasan Kavindra cukup masuk akal tetapi kenapa harus Kavindra yang menyiapkan semuanya dan biasanya asistennya pasti sudah menyiapkan hal itu terlebih dahulu. Entahlah Anindya hanya menurut saja.

"Ada lagi yang kamu pikirkan?" tanya Kavindra.

"Tuan mengatakan pergi membeli makan dan kenapa pulang tanpa membawa makanan dan hanya membawa tiket?" tanya Anindya.

"Aku menyuruh Thalia mengantarkan makanan untuk kita," jawab Kavindra.

"Begitukah," sahut Anindya yang tidak mempertanyakan apapun lagi.

***

Berada di Milan cukup menyenangkan bagi Anindya. Kavindra pagi-pagi seperti ini sudah mengajaknya keluar agar tidak bosan di dalam kamar. Mereka hanya berjalan-jalan saja.

Pasti penampilan Anindya mencuri perhatian orang-orang, karena wanita asing yang berhijab dan apalagi bercadar terkadang membuat orang-orang berspekulasi negatif. Tetapi Anindya berusaha untuk santai yang tetap berjalan di samping suaminya.

"Tuan mengatakan ada pertemuan?" tanya Anindya.

"Kamu benar! aku sedang mengadakan pertemuan di gedung merah," jawab Kavindra yang menunjukkan gedung yang sekitar beberapa meter lagi agar sampai.

"Lalu apa saya akan ikut atau kembali ke hotel?" tanya Anindya.

"Kamu boleh ikut jika memang kamu ingin," jawab Kavindra.

"Apa tidak akan mengganggu tuan?" tanya Anindya.

Kavindra menggelengkan kepala.

"Jika aku mengizinkan maka tidak akan mengganggu. Jadi jika kamu tidak keberatan maka ikut denganku," jawab Kavindra yang memang tidak mempermasalahkan hal itu.

Anindya menganggukkan kepala, dia justru sangat senang jika diajak dalam kegiatan Kavindra dan Kavindra juga merasa tidak terganggu sama sekali.

Akhirnya mereka berdua sampai juga di gedung merah tersebut dan sudah disambut oleh sepasang suami istri. Tidak lupa Kavindra membawa pengawalan yang pastinya yang sejak tadi mengikuti mereka dari belakang dengan jarak yang cukup jauh.

Mereka terlihat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris dan Kavindra juga memperkenalkan Anindya sebagai istrinya. Wanita sekitar berusia 40 tahunan itu tampak welcome dan sangat ramah.

Kemudian Kavindra dan Anindya diajak masuk ke dalam gedung tersebut. Dari luar gedung itu terlihat seperti perkantoran dan tanpa diduga Anindya yang ternyata gedung itu adalah tempat hiburan.

Anindya cukup terkejut dengan kepalanya berkeliling yang terdengar suara musik yang begitu kencang dan Anindya juga melihat banyak meja-meja di mana orang-orang tampak berjudi.

Wanita menari-nari memberikan hiburan dan pelayan berjalan ke sana kemari dengan menawarkan minuman yang sudah dipastikan beralkohol.

Anindya kesulitan menelan ludah yang untuk pertama kali diperlihatkan keadaan seperti itu. Sisi gelap gedung itu yang terlihat biasa saja dari luar dan di dalamnya Anindya tidak bisa menjabarkannya.

Walau penampilannya seperti itu yang ternyata tidak mencuri perhatian orang-orang, karena orang-orang yang ada di sana sibuk dengan aktivitas mereka.

Walau memakai cadar Anindya tetap bisa mencium bau alkohol yang begitu sangat menyengat. Kepalanya terus saja berkeliling melihat kesana kemari sembari mengikuti suaminya yang tiba-tiba memasuki salah satu ruangan yang dibawa oleh pasangan suami istri itu.

Anak buah Kavindra yang tiba-tiba datang memberikan koper dan meletakkan di atas meja dan begitu juga dengan pria tersebut yang mengeluarkan koper dari bawah mejanya.

Anindya melihat jelas bagaimana mereka sama-sama membuka koper itu dan Anindya tampak terkejut yang berada di dalamnya senjata tajam, berupa pistol dan peluru dan satu koper lagi berisi uang. Ujung kelopak mata Kavindra tampak bisa melihat reaksi dari istrinya yang pasti sangat schok.

Entah apa maksud Kavindra membawa istrinya memperlihatkan semua itu. Padahal dia tahu Anindya pasti tidak pernah dihadapkan dengan hal-hal seperti itu yang sekarang membuat kepala Anindya berputar yang bertanya-tanya apa yang sekarang sedang dihadapinya.

Bersambung........

1
ayudya
jangan coba² melawan wanita pak, puyeng kan 😂😂😂
Maulina Akmalia
mana lanjutannya bikin penasaran
ika ramadani
jadi kasian lihat kavindra dalam hati sedih banget ternyata anindya gak pernah peka kpda suaminya...

apakah ada konflik yg lebih seru stlah ini ?
Maulina Akmalia
akhirnya berkumpul kembali semoga bahagia dunia dan akherat
Maulina Akmalia
sangat terharu dan tersentuh Sampek menangis kapan ya di satukan kembali
Naufal Affiq
anindya kamu jaga lah perasaan suami mu,jadi kamu harus menceritakan semua kepada suamimu,biar gak ada salah paham diantara kalian
karina
up lagi
Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲
sabar mas'e blm waktunya buka puasa. 😩😁🤣
Masya Allah tabarakaAllah 🙏🤲
akhirnya sekian purnama merindu, surprise plot twist dari kak author. 😘 terimakasih kak udh berusaha untuk tetap update teruus.... sehat " slalu 🤲
Chusnul Zazah
Anindya baik hati, tapi tidak peka sama sekali dengan sikap suaminya, dia bisa bersikap tegas sama Arlan?? tapi kenapa membiarkan anak2nya memanggil Arlan Daddy tanpa seijin suaminya??🤔🙄😇
Hrusnya Anindia yg lulusan sarjana LN, bisa memahami keadaan dan berpikir panjang? apalagi Arlan memang menyukainya?? seharusnya dia ajari anaknya untuk memanggilnya om?? selalu saja sikap Rania aneh sebagai seorang muslimah yg faham agama??🤔😇😇
partini: kalau faham agama mah ga mungkin kaya gitu ,,aku gedek ma wanita kaya gitu soalnya sepupu suamiku masa anaknya panggil om ke bapaknya ,,aku ngmg aja langsung istrimu ga ada otak bisa bisa nya panggil om istri macam apa itu
total 1 replies
partini
harusnya jangan panggil Daddy lah ,,Anin yg salah tau agama tapi segitu nya otomatis slah faham dari awal pangil om saja
wanita macam apa itu Anin behhh alim aliman
Busia Mtp
Kecewa
Busia Mtp
Buruk
ayudya
kalau istri kamu cuek nanti baru kamu tau rasa.
ayudya
aku baru mampir Thor, hehe
Kace Wulan
next lanjut
Chusnul Zazah
Ya Alloh Anindya sampai suamimu Kavindra berbicara mellow dipagi buta karena merindukanmu, meski kalian sudah dekat / serumah, tapi kenapa kamu gak nyadar juga akan keinginan suamimu?? 🤔🙄😇😇
Sabar Kavindra mungkin nanti kalau ada kesempatan berdua lgsg aja utarakan keinginanmu dengan jelas, biar isteri polosmu tahu 😂😂😂😂🤭
partini
istri yg baik soleha tapi masih kurang sedikit,kurang peka ihhh gemesss
Maulina Akmalia
yang tabah anindiya semoga suamimu cepat terbebas dari tuduhan
Esis Susilawati
masya alloh ini cerita sangat bagus dan unik lanjuy thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!