Diharapkan bijak dalam memilih bacaaan
Rosaline Malorie adalah seorang wanita sederhana, tidak suka pakaian terbuka, cantik, rendah hati, tapi selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Dalam hidupnya tidak sekalipun mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan kakak satu- satunya, bahkan dijadikan jaminan untuk mempertahankan perusahaan ayah yang tidak mengangapnya.
Tapi semua penderitaan Rosaline berubah, ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang CEO dari perusahaan terkenal di Spanyol dan termasuk jajaran orang terkaya di Eropa. Pria itu mengklaim bahwa Rosaline adalah wanitanya.
Rhadika Browns adalah seorang CEO berkedok Mafia. Jarang orang yang mengetahui wajah dari ketua Black Sky ini.
Bagaimana kisah pertemuan mereka?
Apakah Rosaline besedia menjadi milik Rhadika, dan menjalani takdir yang mempermainkannya ketika masa lalu pria itu muncul kembali?
Apa alasan Adijaya selalu mengabaikan Rosaline?
So,Yuk kita baca selanjutnya di cerita Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The Winner Purba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita Menyebalkan
Seorang pria terlihat turun dari sebuah pesawat nan mewah. Diikuti oleh asistennya yang kaku. Wajah tampan dan rahang tegas itu terlihat sangat serius dan menyeramkan saat ini.
"Bagaiman? Apakah sudah ada info?"
"Sudah tuan! Sudah dimarkas."
"Kita menemui Feli dulu."
Dua orang itu mulai memasuki sebuah Bugatti mewah. Tidak ada tatapan ramah dan hangat. Wajah menyeramkan, dingin, kaku adalah ekspresi utama yang dimiliki dua orang itu.
Disebuah rumah sakit, beberapa dokter dan pemilik rumah sakit itu menunggu kedatangan seseorang. Seorang pria mulai turun dari mobil setelah sang asisten membukakan pintu untuknya.
Direktur rumah sakit mulai menjilat pria itu. Namun sangat disayangkan, acuh adalah sikap yang ditunjukkan pria yang sudah ditunggu-tunggunya. Dia tidak suka penjilat tak berguna dan berbobot seperti itu.
"Tunjukkan ruangannya!"
Pemilik rumah sakit mulai mengarahkan pria dan asistennya yang sangat disegani pemilik rumah sakit itu. Pria itu adalah Rhadika bersama asisten dinginnya, Max.
"Pergi!" Mereka semua meninggalkan Dika dan asisten Max disana. Tak ada pertanyaan atau penolakan yang terdengar. "Max, pastikan tidak ada rumor yang beredar. Dan satu lagi, pastikan identitas Feli tidak bocor?" "Baik tuan."
Disana Melvin sudah mulai resah. Namun, dia tetap berdiri tegap dan menatap tuannya. 3 orang pengawal bayangan termasuk Melvin mulai mempersiapkan diri untuk menerima konsekuensi akibat kelalaian mereka.
BUG BUG BUG BUG
2 kali pukulan mengenai perut Melvin. Sedangkan pengawal lainnya hanya sekali. Melvin dan pengawal lainnya tetap berdiri tegap. Jatuh? artinya siap mati. Sakit, tentu saja. Itu belum seberapa dari hukuman yang menanti mereka.
Rhadika tidak menggunakan seluruh kekuatannya. Max yang berdiri disana dan melihat hukuman yang diberikan sang tuan ke anak buahnya hanya menatap datar, tanpa rasa iba.
"Menjaga satu wanita saja tidak beres, bodoh."
"Bagaimana keadaan adikku?"
"Nona akan sadar besok pagi tuan. Nona masih dalam pengaruh obat bius. Puluru hanya menyenggol usus nona tuan."
"Hanya?" Terima hukuman kalian dari Max!" Mereka sangat bersyukur, meskipun dihukum. Jika Max yang menghukum, itu berarti tidak sampai terlalu parah. Jika sang tuan dapat dipastikan, salah satu anggota tubuh akan menghilang, bahkan kematian sekalipun bisa menjemput mereka.
Sebenarnya Dika tidak terlalu marah terhadap Melvin. Dia meretas CCTV rumah sakit. Tepat saat itu adalah ketika dokter keluar dari ruang operasi.
Dia melihat Melvin memegang kerah baju pria berjas putih itu.
"Apa yang terjadi sialan?" Wajah marah bercampur kesal, baju berdarah-darah, rambut acak-acakan adalah keadaan Melvin saat itu.
"Maaf tuan, nona yang didalam sebelum operasi sadarkan diri. Awalnya kami tidak mendengar jelas, tapi nona itu berusaha menyampaikan maksudnya. Nona itu mengatakan jangan memberitahu apapun pada orang yang diluar.
Ancaman Melvin mampu membuka suara pria berbaju putih itu. "Apakah kamu ingin dipecat? Baiklah." Melvin mulai mengambil teleponnya, namun dihentikan pria yang dihadapannya.
"Tuan, nona yang didalam sudah ditangani. Besok dia akan sadar. Itu dipengaruhi oleh obat bius saat operasi, sehingga mempengaruhi proses kesadaran." Melvin bernapas lega.
Rhadika terkekeh melihat ekspresi Melvin. Melvin adalah salah orang kepercayaan yang paling tenang dan mudah mengendalikan emosi di klan miliknya. Tapi ini, "Melvin bodoh," ucap Rhadika melihat rekaman CCTV yang diretasnya.
Dika melihat sebentar ke arah Feli dari kaca transparan itu. Dia tidak masuk, karena takut menggangu pengobatan sang adik.
"Pesan satu kamar untukku disebelah ruangan Feli!" Max langsung mengerjakan perintah tuannya. "Besok kita kemarkas!" Max mengangguk dan meninggalkan ruangan tuannya.
Tepat pukul 08.00 pagi Rhadika sudah berada dimarkas miliknya. "Cih, wanita j*lang rupanya. Siram dengan air dingin!" perintah Dika pada anaak buahnya.
Byurr
Seorang anggota Black Sky menyiriamkan air dingin ke tubuh wanita itu. Wanita itu adalah anak dari mafia lokal yang meremehkan Felice di bar Blood Moon. Namanya Selena Buenas
Anak manja dan sombong yang memiliki anak di usia mudanya. Memanjakan putri tunggal yang dimilikinya adalah kesalahan terbesar Bahrat Buenas. Putrinya malah bersifat seperti j*lang dan menghasilkan anak di usia yang terbilang muda.
"Lepaskan! Siapa kalian hah. Apa kalian tidak mengenalku. Ayahku seorang mafia. Aku akan membunuh kalian," teriak Selena.
"Tutup mulutnya! Berisik, telingaku sakit mendengar suara wanita itu. Ambil alih Melvin! Tanganku terlalu berharga untuk menyiksa wanita tidak berharga itu." Saat Melvin ingin menyayat kulit Selena, Max buka suara.
"Tuan, nona sudah bangun."
"Kita kerumah sakit!" Bagaimanapun juga keadaan adiknya adalah yang terpenting. Dia datang ke negara ini dan meninggalkan istrinya dimalam pertama demi adiknya.
Melvin juga ikut, masalah wanita itu akan dipikirkannya nanti. Sebelum berangkat dia telah meminta izin kepada tuannya.
Tap Tap Tap
Terdengar suara derapan langkah menuju sebuah ruangan wanita yang sedang diperbaiki infusnya.
"Bagaimana? Apakah masih sakit?" Dika berusaha membuat suara yang lebih hangat. Yah, dia akan bersikap lembut kepada adiknya saat sakit.
"Saat sakit saja, sok lembut," cibir wanita sakit itu." I'm seriously."
"I'm okay kak, seperti yang kakak lihat." Sedangkan Max tetap berdiri tanpa menanyakan keadaan wanita yang sedang duduk di salah satu bankar rumah sakit itu.
"Maaf nona, saya kurang hati-hati menjaga anda," terdengar suara Melvin.
"Tidak apa-apa Melv." Setelah mendapat jawaban dari korban kelalaiannya, Melvin undur diri.
"Max, tidak ada ekspresi mu yang lebih menyenangkan? Kamu sudah seperti es yang tidak akan pernah mencair." Felice mencibir Max yang tidak pernah berubah.
"Anda terlihat baik-baik saja nona. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," Max menjawab dengan wajah datar tanpa ekspresi. Dia kemudian duduk di sofa dekat tempat tidur Felice.
Diruangan putih itu, kakak dan adik itu mulai berbicara dan saling melepas rindu. Tepatnya, Felice yang menyuruh kakaknya mengusap kepalanya saat ingin tidur.
Dika bukan pria yang lembut. Dia melakukan itu karena alasan adiknya yang mengatakan jika orang sakit harus dirawat dan dituruti permintaannya.
"Aku akan memberitahukan mu satu hal." Feli yang tadinya ingin menutup mata, duduk kembali.
"Apa kak?" "Aku sudah menikah tadi malam."
"What, kakak tidak mengundang ku? Aish, kaka menyebalkan." Felice menunjukkan wajah kesalnya.
"Hanya resepsi kecil, belum di publish."
"I'm sure. Kakak pasti memaksanya." Tebak Feli, dia sudah mengetahui tabiat kakak satu-satunya ini.
"Tidak juga." "Ck, i know your habits, kak." (Aku tau kebiasaan mu). "Up to you." ( Terserah kamu).
"Wait, diamana kakak ipar? Apa kakak meninggalkan nya? Oh tidak. Bagaimana malam pertama kakak?"
"Dia di Spanyol. Aku meninggalkannya."
"Maaf kak, ini karenaku," sesal Feli.
"Benar, ini karenamu." Dika tidak menyayangkan kecelakaan adiknya. Dika malah menuduh Felice adalah penyebab gagalnya malam pertama pengantin baru itu.
"Apa kamu tidak ingin melihat fotonya? Setidaknya kau harus mengenalnya."
"No kak, itu akan menjadi kejutan untukku nanti."
Feli tidak mau melihat foto kakak iparnya. Dia akan melihat kakak iparnya secara langsung. " Dan ingat kak, jangan pernah menunjukkan wajahku padanya!"
"Kenapa?"
Mereka mulai berdebat tentang privasi Felice. Ditengah perdebatan mereka ponsel Felice berbunyi.
Drtt...Drtt..Drttt
Feli melihat nama yang tertera di layar ponsel miliknya."Keluarlah Ka! Sahabatku menelepon."
"Kamu lebih mementingkan sahabatmu dibandingkan kakakmu sendiri?"
"Hmmm, dia juga sudah kuanggap seperti kakakku."
"Hmm, baiklah."
Max yang duduk tak jauh dari mereka mengernyitkan alisnya. "Really, mengusir kakak demi sahabat? Dan tuannya langsung menerimanya. Adik kakak yang aneh," monolog Max sambil keluar mengikuti tuannya.
"Halo Ros. Bagaimana malam pertamanya. Apakah menyenangkan?" Felice sudah sangat tidak sabar dan langsung menanyakan malam pertama.
"Ishhh, Felice kau langsung kemalaman pertama. Pernikahannya tidak ditanya dulu?" Ros mulai kesal akan rasa penasaran tinggi sahabatnya.
"No, it's not important. Just tell me how was your first night!" (Tidak, itu tidak penting. Beritahu saja malam pertamamu)
"Dia meninggalkan ku." Nada sendu Ros memicu emosi Felice.
"Pria b*jingan itu," geram Felice.
Pria diluar ruangan itu, tepatnya dikursi depan ruangan Feli awalnya masih tenang. Setelah mendengar ucapan adiknya dia mulai geram.
Max sudah menambahkan chip perekam suara di ponsel istri tuannya sebelum berangkat ke London. Apapun yang dilakukan istri kecilnya di ponselnya, pasti langsung ada notifikasi yang masuk ke ponsel Rhadika.
"Tenang Ros, sekitar 3 atau 5 bulan lagi aku akan kembali ke Spanyol. Aku akan menghabisi pria breng*sek itu." Felice tambah emosi.
" Benarkah Fel, aku sangat senang. Cepatlah datang kesini!" " Iya, tapi setelah kontak kerjaku selesai." Feli kembali teringat suami sahabatnya.
"Apa suami mu takut? Mungkin miliknya terlalu lemah Ros. Jadi dia kabur. Atau miliknya susah berdiri?" Felice mulai reda emosinya dan tertawa. Dia tidak tau siapa yang dihinanya.
Dan satu lagi fakta yang harus diingat bahwa orang itu mendengar ejekan memalukan itu.
"Pftt, mungkin Fel." Tawa Ros juga pecah di seberang sana.
"Kedua wanita ini, menyebalkan. Aku akan memberi pelajaran. Pertama kepada orang sakit itu dulu," geram pria yang sedang digosipi itu. Urusan istrinya setelah sampai di Spanyol nanti. Dika mulai berdiri dan berjalan kearah pintu. Dika memikirkan hukuman apa yang cocok untuk orang sakit.
Quotes untukmu
"Sederhana saja, jauhi yang menjauhimu, dekati yang mendekatimu, cintai yang mencintaimu."
Simpel bukan?
Jangan lupa dukung aku yah gays. Biar tambah semangat. Like, vote, komen😊