Remake dari karya berjudul Emas yang belum lama di rilis dan karya teman penguasa berlengan satu yang sudah di drop.
Kisah seorang pria yang selalu di hina akibat dia hanya memiliki satu lengan. Dia di khianati istri yang sewaktu smp di tolongnya sampai mengorbankan lengannya. Mertua dan iparnya menganggap dia sampah karena dia sering di pecat karena kondisi nya.
Dia sempat berpikir mengakhiri hidupnya dan di tolong, dia mendapat lengan bionik karena kebetulan dan sempat mau di bunuh oleh selingkuhan istrinya, namun di saat kondisinya sudah kritis, lengan bionik nya malah menolongnya dan memberinya kekuatan untuk mengubah nasib. Bagaimanakah kisah perjalanan hidup baru nya ?
Genre : Fiksi, fantasi, drama, komedi, supranatural, psikologi, menantu terhina, urban.
100 % fiksi, murni karangan author. mohon like dan komen nya ya kalau berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Selesai berkeliling, Mark dan Amanda duduk di sofa yang berada di kantor Richard bersama Richard, Tristan dan Hiro.
“Jadi bagaimana dokter Mark, apa anda tertarik menjadi dokter di rumah sakit ini ?” tanya Richard.
Mark menoleh melihat Amanda di sebelahnya yang juga sedang melihatnya, menunggu jawaban dari mulutnya, kemudian dia menoleh melihat Richard di depannya,
“Baiklah pak Richard, saya bersedia,” ujar Mark.
Wajah Richard dan Tristan langsung berubah, keduanya langsung berdiri menjulurkan tangan kepada Mark yang juga ikut berdiri. Mark menjabat tangan Richard dan Tristan, menyatakan kalau dirinya bergabung. Setelah kembali duduk,
“Nah dokter Mark dengan kemampuan nya yang luar biasa, saya beri jabatan dokter kepala rumah sakit ini, bagaimana dokter Hiro ?” tanya Richard.
“Tentu saja pak Richard, saya sangat setuju,” jawab Hiro sambil menunduk dan tersenyum.
“Tapi apa ga masalah saya di beri jabatan itu ?” tanya Mark.
“Yah...tentu ada beberapa dokter senior yang merasa diri mereka hebat akan merasa keberatan, tapi saya rasa tidak masalah, saya termasuk senior juga kan dan saya malah mendukung anda,” jawab Hiro.
Mark terdiam sebentar untuk berpikir, kemudian dia kembali menatap Richard, Tristan dan Hiro yang terlihat mengharapkan prestasi dirinya di masa depan karena terpancar jelas di raut wajah mereka walau mereka tidak mengatakan apa apa.
“Baiklah, saya mengerti,” balas Mark.
Dia menoleh melihat Amanda yang nampak senang, bahagia dan sedikit bangga sampai meremas tangannya dengan kencang. Setelah itu, Richard keluar untuk menemui Kate di depan agar dia membuatkan surat kontrak nya dan memberikannya pada bagian legal untuk di proses. Setelah itu, Mark di minta menyiapkan berkas berkas nya dan kembali lagi keesokan harinya. Tristan mengantar Mark keluar dari kantor CEO untuk turun ke bawah.
Sementara itu, di dalam kantor CEO, Hiro bergegas ke sofa bekas tempat duduk Mark kemudian memeriksanya dengan seksama,
“Ada apa dok ?” tanya Richard.
“Pak Richard, ijinkan saya memeriksa dna dokter Mark,” jawab Hiro.
“Loh...memang ada apa ?” tanya Richard kaget.
“Saya sedikit curiga, nanti kalau sudah ada hasilnya akan saya beritahu,” balas Hiro yang menemukan sehelai rambut Mark dan mengangkat nya.
Sementara itu di lobby, Tristan berdiri dan menjulurkan tangannya sekali lagi kepada Mark dengan wajah tersenyum,
“Terima kasih ya dokter Mark,” ujar Tristan.
“Terima kasih kenapa ya pak ?” tanya Mark sambil menjabat tangan Tristan.
“Terima kasih sudah menuruti kemauan ku dan papa hahaha,” jawab Tristan.
“Oh...ok, sama sama pak,” balas Mark tersenyum.
“Kapan kapan keluar sama saya ya, kita makan malam sama sama,” balas Tristan.
“Boleh pak, baiklah pak, saya dan istri saya permisi dulu,” balas Mark yang segan untuk menolaknya.
“Hati hati di jalan ya dok, simpan nomor saya,” ujar Tristan sambil mengacungkan smartphone nya.
Setelah bertukar nomor, Mark dan Amanda berjalan keluar dari lobi menuju ke tempat parkir motor. Setelah di tempat parkir,
“Kita mau kemana lagi nih ?” tanya Mark.
“Pulang aja ah mas,” jawab Amanda.
“Kamu cape ?” tanya Mark.
“Enggak sih, tapi pengen di rumah aja,” jawab Amanda.
“Ok kalau gitu,” balas Mark.
Keduanya menaiki motor mereka dan langsung melesat pulang ke rumah mereka. Ketika sampai di depan komplek, mata Amanda menoleh melihat sekolah tempat Andika bersekolah dan tempat dia berjualan kue kue buatan nya di sana sehari hari. Setelah sampai di depan rumah dan turun dari motor,
“Mas, kalau aku mulai dagang kue lagi boleh ga ?” tanya Amanda.
“Hmm boleh aja, tapi masa keliling sih,” jawab Mark.
“Um...kalo ga keliling gimana ?” tanya Amanda.
“Sewa toko aja, sekalian buat roti dan kue, gimana,” ujar Mark.
“Eh...sewa toko ? dimana ?” tanya Amanda.
“Di depan komplek kan ada komplek ruko, kita cari saja yang di sewakan dan buka toko,” ujar Mark.
“Gitu,” balas Amanda merenung.
“Loh kenapa ? kamu ga mau ?” tanya Mark bingung.
“Um...gini mas, kamu kan sekarang kerja, aku di rumah sendirian, kalau ada emak dan Dika masih mending karena ada teman nya, jadi maksud nya aku juga mau cari kegiatan biar aku tidak diam saja,” jawab Amanda.
“Oh...trus masalahnya apa ?” tanya Mark lebih bingung.
“Tapi kalo buka toko apa ga berlebihan ? belum biaya sewa, trus kompor, oven besar dan bahan bahan nya, maksud ku sih kecil kecilan aja,” jawab Amanda.
“Hmm kalau gitu pelajari aja dulu gimana cara buka toko dan hitung perkiraan biayanya,” ujar Mark.
“Iya sih, ya udah deh, kita bahas pelan pelan, tapi ada satu yang bikin aku penasaran mas,” ujar Amanda.
“Apa itu ?” tanya Mark.
“Aku sama sekali tidak tahu apa apa tentang mas, aku mau tahu mas, aku istri mas kan,” ujar Amanda.
Mark tersentak, dia menatap wajah Amanda dan melihat ekpresinya, Amanda bukan meragukan nya dan takut padanya, melainkan sebaliknya, dia mencintai dirinya namun dia merasa kecil karena tidak tahu apa apa soal orang yang di cintai oleh nya. Mark menghela nafas dan mengajak Amanda masuk ke dalam.
Begitu masuk, mereka duduk bersebelahan di sofa ruang tamu, Mark menceritakan semua tentang dirinya sejak dia kecil sampai dia kehilangan lengannya ketika masih smp, dia juga menceritakan kehidupannya setelah itu dan dia juga mengatakan pernah menikah namun bercerai. Amanda yang mendengar kehidupan Mark, menutup mulutnya, dia langsung berbalik dan memeluk Mark,
“Manda sekarang bersama mas, Manda tidak akan meninggalkan mas,” ujar Amanda.
“Iya, makasih Manda,” balas Mark.
“Tapi kok mas bisa dapat tangan itu ? bagaimana caranya ?” tanya Amanda.
“Oh...kakek ku meninggalkan warisan yang cukup banyak, lalu aku berobat dan memasang lengan ini (semoga percaya),” jawab Mark mengarang indah.
Amanda terdiam sejenak, dia memegang lengan kiri Mark yang berwujud seperti lengan manusia biasa,
“Aku mengerti, pantas uang mas Mark banyak walau ga kerja,” ujar Amanda.
“Hehe...iya (hufff...dia percaya, syukurlah), tapi kamu ga keberatan kan menikah dengan duda seperti ku ?” tanya Mark.
“Ga masalah mas, malah senang,” jawab Amanda tersenyum.
“Makasih ya sayang,” balas Mark memeluk Amanda.
“Iya, sayang,” balas Amanda yang membalas pelukan Mark.
Namun ada sesuatu yang mengganjal di kepala Mark, yaitu pertemuannya dengan Vania kemarin,
[Tidak usah khawatir tuan, diri anda yang lama sudah di nyatakan meninggal oleh polisi.]
“Tapi Vania sudah tau belum ?” tanya Mark.
[Sebentar lagi dia akan tahu.]
“Psiuuu,” sesuatu melesat keluar dari punggung tangan kirinya dan melesat keluar dari rumah, Mark terus memeluk Amanda walau melihatnya.
******
Beberapa saat kemudian, di kantor polisi, “blak,” seorang polwan masuk ke dalam ruang penyidik,
“Letnan Bara,” sapa nya.
Bara yang sedang melihat berkas berbalik, dia melihat rekan nya Desi berdiri di depan pintu dengan wajah seperti habis melihat hantu. Dia langsung menaruh berkas nya di meja dan menghampiri Desi,
“Ada apa Des ?” tanya Bara khawatir.
“Cepat ikut aku let, kita ke gudang kemarin,” jawab Desi.
Bara langsung mengambil jaketnya dan berlari keluar ruangannya bersama Desi, mereka langsung turun ke bawah dan keluar kantor kemudian menaiki mobil dinas mereka, setelah masuk,
“Coba katakan dulu ada apa,” ujar Bara sambil memasang seatbeltnya.
“Baru saja ada laporan, di temukan sisa potongan tubuh di dalam gudang, kebut ya let,” balas Desi yang langsung menyalakan mobil dan menginjak gas pol.
“Oh...siapa yang melapor ?” tanya Bara.
“Seorang pemulung yang sedang mencari sisa sisa barang di dalam gudang,” jawab Desi sambil mengemudikan mobil.
“Baiklah, kita kesana,” balas Bara.
Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit, mobil mereka sudah sampai di depan gudang hangus terpencil yang berada sedikit di luar kota, keduanya turun dari mobil kemudian berlari ke arah pintu gudang. Di sana, terlihat seorang pemulung berusia sekitar 40 tahun berdiri di depan gudang bersama gerobak berisi barang barang pulungan.
Melihat Bara dan Desi mendekat, sang pemulung langsung menceritakan apa yang dia temukan di dalam dengan suara gemetar, Bara bisa melihat wajah sang pemulung nampak ketakutan dan tidak mungkin berbohong, kemudian mereka masuh bersama sama ke dalam dengan sang pemulung sebagai pemandu nya.
“Di depan sini pak,” ujar sang pemulung menunjuk ke depan sekaligus ke lantai.
Dengan hati hati, Bara dan Desi melangkah maju menghindari reruntuhan dan puing yang berserakan di mana mana dengan menutup hidung mereka menggunakan sapu tangan. Mata keduanya membulat ketika melihat ada sisa tali hangus yang luput dari kebakaran, kaki kursi yang tersisa walau sudah terbakar dan yang paling mengerikan, sepotong kaki dari betis sampai telapak kaki yang bagian atasnya terbakar seperti sisa dari seluruh tubuh yang terbakar habis.
Masih ada celana panjang hangus yang menempel di potongan kaki itu dan masih ada sisa sepatunya di bagian pergelangan kaki nya. Bara yang mengamati lokasi penemuan mulai mengamati sekitarnya, di belakang potongan kaki itu ada setumpuk abu yang dia duga adalah tubuh pemilik potongan kaki tersebut. Dia juga tidak luput melihat potongan tali dan kaki kursi yang masih tersia.
“Panggil tim forensik Des, kita harus otopsi dan periksa milik siapa potongan kaki ini, melihat tkp, ini sudah jelas pembunuhan,” ujar Bara.
“Baik let,” balas Desi.
mohon maaf lahir dan batin
tapi juga jangan lupa jaga kesehatan dan kebarokahan diri sendiri