King Jayden Wiratama, seorang mafia berdarah dingin yang memiliki wajah tampan bak malaikat. Namun, di balik ketampanan nya itu tersimpan sesuatu yang tak di ketahui orang.
Ayyara Marshka Anggita, seorang gadis yang tak sengaja masuk dan terjebak dalam kehidupan seorang Jayden, membuat nyawa nya terancam bahaya karena musuh menjadikan Ayyara sebagai target untuk membalaskan dendam pada Jayden.
Bisakah Jayden melindungi gadis yang dia cintai itu dengan aman?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Gara-gara Kabar
Ayyara memutuskan untuk tidur, dia tak mau masuk angin dan telat masuk kelas esok hari. Bisa-bisa, dia di marahi oleh dosen. Belum selesai dengan kemarahan dosen, dia juga pasti di marahi habis-habisan oleh orang tua nya. Ayyara yang sudah terlalu muak, jadi dia memilih mengambil jalan pintas.
Sedangkan Jayden, dia sedang bersama Jack di suatu tempat. Temaram, sunyi, sepi dan hanya ada mereka berdua disana. Tengah malam begini, mereka berdua tidak tidur sama sekali. Jayden malah meminum minuman beralkohol, dia menenggak nya dengan bernafssu. Begitu juga dengan Jack, kedua nya sama-sama minum.
"Jack.." Lirih Jayden, pria itu memang sudah menghabiskan tiga botol, tapi dia masih belum mabuk sama sekali. Toleransi Jayden pada minuman beralkohol sangat tinggi.
"Hmm, apa Jay?" Tanya Jack, dia juga sama seperti Jayden. Dia toleran terhadap minuman beralkohol, beda nya dia baru minum dua botol saja. Sedangkan Jayden sudah menghabiskan tiga botol.
"Apa kau pernah merasakan jatuh cinta?"
"Belum, aku bahkan tidak tahu apa itu cinta, Jay." Jawab Jack. Seumur hidup nya, dia belum pernah merasakan apa itu cinta. Karena bagi nya, cinta hanya lah rasa sakit.
Kenapa? Dia pernah mencintai, usia nya saat masih remaja. Remaja yang masih labil, tapi apa yang dia rasakan? Hanya rasa sakit, karena sosok gadis yang dia cintai malah memilih pergi dengan pria lain. Pernah juga, dia juga mengejar seorang gadis saat dia masih berkuliah, tapi lagi-lagi dia harus menelan rasa sakit.
Jadi, paham bukan kenapa Jack berubah menjadi pria yang seolah tidak mempunyai hasraat pada lawan jenis? Pria juga, jika terlalu sering di kecewakan pasti akan menyerah juga. Benar bukan? Begitulah Jack saat ini. Hati nya seolah tertutup untuk siapapun. Bahkan, tak jarang ada wanita yang datang dengan suka rela menyerahkan tubuh nya untuk dia nikmati, tapi Jack sama sekali tidak tergoda.
Dia tidak bernafssu sama sekali, di bar pun banyak gadis yang rela mengangkaang demi mendapatkan perhatian seorang Jackson Fabio Antares, tapi laki-laki itu terlalu datar untuk bisa menikmati seorang gadis apalagi itu gadis bar. Dia tidak bisa menjamin keperawaanan gadis itu bukan?
Bisa saja dia dapat bekasan, meskipun kalau beruntung dia bisa saja mendapatkan gadis bersegel seperti Ayyara, tapi itu seperti nya hanya kebetulan saja.
"Hmm, aku takut kalau aku jatuh cinta, Jack."
"Kenapa kau takut?" Tanya Jack. Dia kembali menenggak minuman transparan itu dalam sekali tegukan, lalu meletakan gelas nya dan menatap Jayden yang nampak gamang.
"Aku hanya takut, jika aku jatuh cinta, aku akan lemah, Jay." Jawab Jayden, membuat Jack terkekeh.
"Ya, sekarang saja kau sudah lemah dan kalah akan rasa cinta mu pada gadis itu, Jay."
"Itulah yang aku khawatir kan, Jack."
"Kau harus kuat, Jay. Kau tidak bisa lemah hanya karena cinta." Ucap Jack.
"Ya, aku rasa aku mengkhawatirkan hal yang tidak perlu." Lirih Jayden, membuat Jack tersenyum sinis. Susah memang kalau sudah menghadapi pria yang bucin seperti Jay. Katanya dia mafia terkuat, terkejam dan tersadis, tapi kenapa saat ini dia tidak terlihat kejam sama sekali? Malah justru sebaliknya.
"Harusnya, kau mengkhawatirkan nyawa gadis mu, Jay. Kau tahu? Nyawa nya bisa saja dalam bahaya jika kau lengah sedikit saja, jadi apa yang harus kau lakukan sekarang hmm?"
"Aku harus kuat, untuk melindungi Ayyara, Jack!"
"Ya, itu benar. Kau harus kuat, jangan tunjukkan sisi lemah mu, karena itu bukan dirimu, Jay!" Tegas Jack membuat Jayden menganggukan kepala nya. Bicara dengan Jack selalu membuat kepala bayi terasa ringan, meskipun Jack di kenal sebagai pria yang datar, dingin, acuh dan cuek dengan sekitar nya, tapi Jack adalah pria yang bijaksana.
Dia selalu memberikan solusi yang terbaik bagi Jayden, itulah yang membuat Jayden merasa sangat nyaman berbicara dengan Jack. Selain itu, Jack adalah satu-satunya orang yang dia percayai. Dalam dunia mafia, tidak ada satu pun orang yang bisa di percayai. Mereka bisa saja menyamar untuk mendapatkan informasi penting dan akan menjual belikan informasi itu pada pihak musuh.
"Ya, terimakasih Jack."
"Hmmm, kau tak ingin pulang, Jay?" Tanya Jack, dia khawatir dengan Jayden. Karena tak biasa nya dia minum sebanyak ini, biasa nya Jayden hanya akan minum jika dia sedang ada masalah. Tapi, semenjak dia berhubungan dengan Ayyara, Jayden mengurangi sedikit kebiasaan nya itu. Meskipun, Ayyara tidak pernah melarang Jayden untuk minum. Gadis itu membebaskan Jayden melakukan apapun yang dia inginkan. Dia bisa membuat Jayden merasa nyaman tanpa harus mengekang nya.
Dia tahu kalau Jayden adalah tipe pria yang suka minum di kala suntuk, begitu juga dengan dirinya. Jika ada masalah, Ayyara pasti akan mengajak teman-teman nya untuk ke bar sekedar minum-minum disana guna melupakan sejenak permasalahan nya di rumah.
"Tidak, aku disini saja. Kalau kau ingin pulang, pergilah."
"Kalau begitu, aku akan disini saja menemani mu, Jay." Jawab Jack membuat Jay tersenyum kecil. Jack selalu saja seperti ini. Dari kecil dia selalu sendirian, tapi setelah mengenal Jack, dia selalu ada di samping nya kapanpun saat Jay butuh, Jack selalu siap sedia.
"Baiklah, tambah lagi minum nya, Jack."
"Ya." Jawab Jack, dia pun membuka penutup minuman itu. Ini adalah minuman nya yang ke tiga. Sedangkan Jay, dia sudah berhenti. Paling banyak, dia hanya akan minum sebanyak tiga botol saja.
Kedua nya pun mengobrol tentang dunia malam mereka, dan baru beristirahat saat menjelang pagi. Itu sudah tidak mengherankan lagi bagi Jayden atau Jack, karena mereka sudah biasa tidur jam segitu.
Sedangkan Ayyara, dia bangun dari tidur lelap nya. Gadis itu merenggangkan otot-otot nya yang terasa kaku. Gadis cantik itu pun mengedarkan pandangan nya, tidak ada yang berubah sama sekali dari suasana di kamar saat pagi hari begini.
Ayyara mengambil ponsel nya, dia mendengus saat melihat tak ada apapun di ponsel nya. Padahal, dia berharap ada balasan dari pesan yang kemarin malam dia kirimkan untuk Jayden. Tapi, ternyata dia harus menelan ke kecewaan, karena pesan yang kemarin saja belum di baca.
Meskipun kesal, akhirnya Ayyara menyimpan kembali ponsel nya di atas meja dan dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya. Dia ada kelas siang hari ini, jadi dia bisa sedikit bersantai lebih dulu. Yang di maksud kelas siang adalah, masuk nya jam sembilan pagi.
Ayyara segera memakai pakaian nya, dia tidak kapok dan tetap mengenakan dress tanpa lengan, hanya dengan tali kecil di pundak nya. Dia tidak peduli kalau pun harus menghadapi kemarahan Jayden atau Rendy, dia menyukai nya dan dia nyaman dengan apa yang dia pakai.
Gadis itu menyapukan sedikit make up di wajahnya, mencukur sedikit alisnya yang terlihat berantakan, lalu mengoleskan liptint di bibir tipis nya, membuat penampilan nya terlihat sangat cantik. Wajah Ayyara yang memang sudah cantik bawaan dari lahir, jadi hanya memakai make up tipis pun dia sudah terlihat sangat luar biasa.
"Aaisshh, ini jerawat ganggu banget." Keluh Ayyara sambil memencet pelan jerawat yang tumbuh secara tidak sopan di dahi nya.
"Aawww, sakit.." Gadis itu meringis pelan, dia yang memencet jerawat itu, dia juga yang meringis kesakitan.
Ayyara pun menghentikan niat nya, dia pun menutupi nya dengan poni, setelah itu dia keluar. Tak lupa dengan tas selempang yang di belikan oleh Jayden hari itu, tas mahal limited edition yang membuat sederet kaum hawa yang paham akan fashion menjerit seketika saat melihat Ayyara memakai tas itu.
Harga nya yang fantastis, membuat kaum hawa hanya bisa melihat dari etalase saja, bahkan tidak jarang mereka membeli kw nya atau membeli yang sekedar mirip saja.
"Sudah mau berangkat, sayang?" Tanya Agnes di ruang tamu. Kedua nya berpapasan, Agnes membawa satu kotak yang entah berisi apa.
"Iya, ada kelas siang." Jawab Ayyara acuh.
"Mau sarapan? Mama ada masakin kamu makanan kesukaan."
"Ohh ya? Apa mama masih ingat apa makanan kesukaan ku? Rasa nya, sudah sangat lama sejak terakhir kali Mama memasak untuk putri mu ini." Sindir Ayyara dengan senyum sinis yang membuat Agnes terhenyak. Benar, terakhir kali nya dia memasak untuk putri nya adalah saat dia masih duduk di sekolah menengah pertama. Sekarang, putri nya sudah berada di bangku kuliah. Sudah sangat lama bukan?
"Sayang.."
"Sudahlah, Ma. Berhenti mengambil peran mu sebagai ibu, karena Mama sudah kehilangan peran itu bagiku. Aku berangkat dulu, selamat pagi." Ucap Ayyara, dia pun pergi tanpa mempedulikan ekspresi Agnes. Dia menatap punggung putri nya dengan sendu, sesakit inikah rasanya di acuhkan? Lalu bagaimana dengan Ayyara yang di acuhkan selama bertahun-tahun?
Ayyara membuka pintu mobil nya, lalu mengemudikan nya menjauhi rumah besar nan mewah milik David. Gadis itu merasa tidak nyaman saat berada di rumah itu sekarang. Padahal, dulu sebelum dia merasakan rasa sakit karena di abaikan oleh kedua nya, kepulangan kedua orang tua nya adalah hal yang paling dia nantikan.
Tapi, setelah dia dewasa dan mengerti akan rasa sakit, Ayyara malah membenci kedatangan kedua nya. Dia malah berharap kedua nya tidak pulang untuk jangka waktu yang cukup lama.
Ayyara mengemudikan kendaraan nya dengan kecepatan sedang, dia ingin menikmati pagi dengan mengendarai kendaraan roda empat nya. Gadis itu menyetel musik yang dia sukai untuk menemani perjalanan nya dari rumah hingga ke kampus.
Setelah hampir satu jam, akhirnya Ayyara sampai di kampus. Dia langsung turun dan berjalan santai ke dalam kelas nya. Disana sudah ada Gita dan Emelly, sedangkan dua teman nya yang lain entah kemana.
"Anna sama Mita, kemana?" Tanya Ayyara sambil duduk di samping Gita.
"Gak tau, belum dateng kali."
"Ohh, okey."
"Kecut amat tuh muka, kenapa?"
"Bete banget gue."
"Iya kenapa, bestie ku?" Tanya Emelly. Dia sedang asik meminum es teh nya.
"Si Sugar Daddy dari kemarin gak ada ngabarin sama sekali, kan itu bikin gue bete." Jawab Ayyara yang membuat kedua nya kompak menggelengkan kepala mereka bersamaan.
"Ohh, gara-gara kabar toh."
.......
🌻🌻🌻🌻🌻