Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 ~ Pindah Bagian ~
Ucapan Dean sangat menyakitkan hati. Anna merasa benar-benar tidak ada harganya di mata Dean. Dean bisa ceraikan Anna sesuka hati kapanpun dia mau. Tanpa pedulikan perasaan Anna sedikitpun.
Mendengar ucapan Dean, Anna tertunduk. Terbayang masa depan suram yang harus dijalaninya. Anna harus sabar hidup bersama laki-laki yang mengabaikannya hingga bayinya lahir. Sembilan bulan lebih Anna akan menanggung beban kehamilannya seorang diri. Tanpa perhatian dari seorang suami.
“Kamu masuk saja dulu! Mengenai posisimu, aku akan telpon bagian HRD segera! Kamu tunggu saja di dalam!” perintah Dean saat mereka sampai di teras hotel.
“Apa? Mana bisa begitu? Harus ada kejelasan aku bekerja di bagian mana. Aku nggak tau harus isi daftar hadirku hari ini atau nggak?” tanya Anna bingung dan panik.
“Ish! Kamu ini cerewet sekali ya? Kamu nggak perlu absen lagi jadi pembantu hotel. Kamu pasti akan pindah ke bagian lain kok, hari ini juga,” ucap Dean sedikit kesal.
“Jadi aku harus menunggu di mana?” tanya Anna akhirnya pasrah dengan kehendak Dean.
“Di depan ruang HRD, biar Pak Didi bisa liat kamu!” jawab Dean. “Sekarang turun sana! Aku udah telat gara-gara kamu.”
Anna turun dari mobil Dean tanpa bisa protes lagi. Dean menyalahkan Anna hingga terlambat dengan urusannya. Anna melangkah ke dalam lobi hotel lalu mencari ruang HRD hotel itu.
Tiba-tiba Anna melihat dua orang room attendant yang mendorong trolley-nya sambil berbincang-bincang. Kedua orang room attendant itu tanpa sengaja bertemu setelah selesai membersihkan kamar hotel. Anna mengenal mereka meski tidak akrab. Melihat mereka mendekat, Anna segera bersembunyi di balik pot tanaman di ujung tikungan lorong hotel.
"Benar kan, Wati? Apa yang aku bilang? Si Anna itu bekerja di sini cuma untuk mengincar laki-laki kaya," ucap room attendant bernama Deswita.
“Iya, dulu aku dengar, si Anna menggoda pria kaya yang sering datang ke hotel ini. Sekarang entah siapa lagi tuh, laki-laki kaya yang baru?” tanya Wati.
“Ih kamu tau dari mana kalau sekarang dia ada yang baru?” tanya Deswita.
“Itu si Any. Ssst! Diam-diam aja ya! Tadi itu si Any nemu rokok mahal waktu bersihin kamar hotel. Dia colong tuh rokok, terus si Any ngerokok deh di samping gedung. Pas mau balik, Si Any melihat Anna turun dari mobil mewah ….”
“Aaiih serius?” tanya room attendant janda beranak satu itu.
“Ya serius lah. Si Any langsung ambil fotonya terus kirimkan ke aku. Hampir saja aku pecahkan gelas karena kaget tadi,” jelas Wati.
“Coba mana liat!” ucap Deswita begitu penasaran. Wati Room langsung keluarkan ponselnya dari balik saku seragam khusus untuk pekerja bersih-bersih kamar itu. “Wuuiih iya bener. Ini memang si Anna. Wah keren banget mobilnya ….”
“Nah katanya mobil yang dulu itu beda lagi,” jawab Wati, room attendant yang menikah muda itu.
“Ooh, jangan-jangan si Anna kerja jadi room attendant itu cuma kedok. Aslinya mah cari pelanggan untuk dipuaskan ….”
“Oh pantesan ya, dia masuk kerja seenak hatinya. Kadang hadir kadang absen. Udah gitu, Bu Yani kok bisa diem aja, nggak marah? Biasanya Bu Yani itu galak?” tanya Wati.
“Dapat persenan mungkin ….”
“Dih bukan aku yang ngomong lho,” ucap Wati lalu tertawa.
Sementara Anna meneteskan air mata. Semakin renyah tawa mereka, semakin remuk hati Anna. Anna tahu dirinya sejak dulu jadi perbincangan para room attendant, tapi saat mendengar sendiri isi pembicaraan tentang dirinya, hati Anna terasa sangat perih.
Aku tidak seperti itu. Aku bukan perempuan seperti itu, batin Anna sambil menekan dadanya yang terasa sesak.
Kedua room attendant itu telah berlalu. Namun, sakit hati Anna masih sangat terasa. Anna tenggelam dalam kesedihan dan perih di dada. Tiba-tiba Anna teringat akan tujuannya datang ke hotel itu. Segera Anna melangkah menuju ruang HRD dan menunggu.
Sementara itu Dean menelpon Pak Didi sambil kemudikan mobilnya. “Pak, di depan ruangan Bapak, ada seorang perempuan sedang menunggu. Dia room attendant di hotel. Tolong carikan posisi kerja yang lain untuknya!” ucap Dean memerintah.
“Tapi kita belum buka lowongan kerja, Tuan,” bantah Pak Didi.
“Aku nggak suruh Pak Didi buka lowongan kerja. Aku cuma minta Pak Didi carikan posisi kerja untuk perempuan itu!” ucap Dean persis seperti yang diucapkan Tn. Monteiro.
“Oh iya iya Tuan, tapi posisi di bagian apa Tuan?” tanya Pak Didi selanjutnya.
“Ya terserah Pak Didi, di bagian apa saja. Pak Didi yang pikirkan. Pak Didi bisa liat sendiri orangnya di depan ruang kerja Pak Didi. Itu saja Pak, aku sedang nyetir,” ucap Dean lalu memutus sambungan teleponnya.
Pak Didi segera keluar ruangan dan benar yang dikatakan pimpinan tertingginya itu kalau ada seorang perempuan yang sedang duduk menunggu. Mengetahui ada yang muncul di balik pintu, Anna segera berdiri. Pak Didi menatap Anna dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Melihat penampilan gadis itu lalu berpikir sambil menunduk.
“Kamu kerja sebagai room attendant ya?” tanya Pak Didi.
“Iya Pak. Perkenalkan, nama saya, Anna. Saya baru beberapa bulan bekerja sebagai room attendant di hotel ini,” jawab Anna menunjukkan antusiasnya.
“Hmm, berarti dari departemen housekeeping ya?” tanya Pak Didi pelan seperti bicara pada dirinya sendiri. “Tunggu sebentar ya, saya pikirkan dulu kamu cocoknya di bagian apa,” lanjut Pak Didi.
Pria paruh baya itu persilakan Anna duduk kembali sementara dirinya masuk ke ruangan. Cukup lama Anna menunggu di situ, bahkan melewati jam makan siang. Anna sadar saat melihat kurir membawakan makan siang untuk HRD itu.
Anna masih menunggu sambil tertunduk. Tubuhnya terasa letih bahkan lebih letih dibandingkan saat dirinya bekerja bersih-bersih kamar hotel. Anna tidak tahu sampai kapan dirinya menunggu. Tiba-tiba Pak Didi keluar ruangan menemui Anna. Gadis itu segera berdiri.
“Kita tunggu Bu Delima sebentar ya,” ucap Pak Didi lalu menoleh ke ujung lorong.
Tak lama kemudian muncul ibu-ibu berbadan gembul. Tergesa-gesa melangkah menghampiri Pak Didi. Begitu sampai ibu-ibu itu langsung menatap Anna dengan pandangan sinis.
“Ini orangnya," ucap Pak Didi. "Anna, ini Bu Delima, supervisor di bagian manajemen hotel,” ucap Pak Didi pada ibu-ibu gembul dengan wajah kotak itu.
“Hmm,” ucap Bu Delima sambil menatap Anna dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Pak Didi lanjut menjelaskan.
“Begini Anna. Sebenarnya belum ada lowongan pekerjaan di hotel ini tapi untung Bu Delima mau menerimamu. Posisi itu sebenarnya tidak ada tapi menurut Bu Delima kamu bisa dipekerjakan di sana,” jelas Pak Didi.
“Tugas saya apa Pak?” tanya Anna.
“Biar Bu Delima yang jelaskan,” jawab Pak Didi.
“Hmm, begini. Tadinya tugas itu dikerjakan oleh OB atau Office Boy. Kamu tahu kan kerjaan Office Boy?” tanya Bu Delima.
“Ya Bu, saya tahu,” jawab Anna.
“Tapi ini sedikit berbeda. Kamu tidak perlu menyapu, mengepel atau membersihkan kaca ruangan. Semua pekerjaan yang membutuhkan kebersihan dan kenyamanan ruangan menjadi tugas OB. Selain dari tugas-tugas itu, OB juga sebagai pesuruh kantor. Tugasnya seperti membantu karyawan memfotocopy, menyerahkan berkas dari satu divisi ke divisi lain atau apa saja dan siapa saja yang minta pertolongan, ditambah dengan bikinkan kopi jika karyawan minta dibikinkan. Tadinya ada beberapa OB yang kerjakan itu semua, tapi sekarang sebagian tugas OB itu bisa diserahkan pada kamu karena tugas itu cukup banyak dan diperlukan. Para karyawan juga merasa butuh seorang pesuruh khusus untuk karyawan. Kami beri nama posisi itu sebagai asisten kantor, bagaimana, kamu bersedia?” tanya Bu Delima dan Anna langsung menjawab.
“Bersedia Bu, saya bersedia,” ucap Anna.
Tidak diizinkan bekerja sebagai room attendant lagi, membuat Anna bersedia bekerja sebagai apa saja di bagian mana saja. Tak disangka sekarang justru mendapat kesempatan bekerja di bagian managemen hotel.
Membayangkan bekerja dengan para karyawan hotel membuat Anna bersemangat. Impian Anna terasa semakin mendekat jika bekerja di kantor nanti. Dengan wajah ceria dan penuh semangat, Anna menerima pekerjaan itu.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...