Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 25
Devan masih terpana dengan penampilan Aira. Baru saja ia ingin menghampiri. Tiba-tiba ia mendengar kasak-kusuk beberapa wanita.
"Eh ... itu tadi beneran Aira?" Tanya seorang wanita dengan gaun warna ungu yang melekat pas pada tubuhnya.
"Iya ... Dia, Aira. Gadis yatim piatu, penyabet beasiswa full, di kampus kita," jawab wanita berbaju merah menyala.
"Ck ... Kau tidak tahu apa. Dia dulu suka manggung di jalan kota ketika car free day. Apa lagi kalo sama sahabatnya itu," ujar wanita gaun biru menimpali.
" Dua gadis miskin yang tidak bisa kita tindas sama sekali!" Keluh wanita bergaun ungu lagi.
"Ck ... Aku lebih takut jika Aira sendirian, daripada jika ia berjalan dengan sahabatnya," ucap wanita bergaun biru yang disetujui dengan anggukan kepala keduanya.
Devan makin terperangah tak percaya. Netranya berkeliling mencari sosok yang kini jadi perbincangan.
"Apa iya, dia sesadis itu?" Tanya Devan dengan suara kecil.
Ia sangat tidak yakin akan keberanian gadis yang dinikahi sudah tujuh bulan ini. Masalahnya, waktu awal, Aira sangat bisa ditindas olehnya. Jika, Aira segarang itu. Gadis itu bisa melawannya. Terlebih tatapan takut yang Aira tunjukkan ketika awal Devan membuka hatinya.
'Apa yang mengubahmu, Sayang?' tanya Devan dalam hati.
"Eh, kamu tau nggak sama Dimas?" Tanya tiba-tiba wanita bergaun ungu.
Tampak kedua sahabatnya berpikir mengingat. Devan masih penasaran dengan ketiga wanita yang tengah membicarakan istrinya.
"Dimas ... Dimas ... ah, si playboy yang babak belur sama Aira?!" Wanita berbaju biru setengah berteriak mengingat.
Devan melebarkan mata dan telinga.
"Iya ... Dimas yang ahli bela diri itu. Habis sama Aira hanya dengan sepuluh jurus!" Devan menelan saliva.
"Ck ... Aku kalah taruhan karena itu," keluh wanita bergaun merah.
'Sh**! Dia bertaruh untuk siapa!' umpat Devan dalam hati.
"Ya, walau awalnya Aira nggak mudah buat ngalahin Dimas. Tapi, nggak nyangka pas tiga jurus terakhir mampu melumpuhkan pria sok jagoan itu,"
"Kamu taruhan sama siapa, Keyla?" Tanya wanita bergaun ungu pada wanita bergaun merah, yang ternyata bernama Keyla.
"Sama Dimasnya lah!" Serunya, "walau setelah itu aku menyesali taruhanku. Untung Aira menang."
"Huffh ... Aku bersyukur. Setelah kekalahan Dimas. Kemudian pria itu pindah entah ke mana. Para cowok di kampus nggak ada lagi yang berani melecehkan kaum wanita," ujar Keyla lagi. Dijawab anggukan keduanya.
Devan makin termangu mendengar cerita itu. Dengan perlakuannya terhadap gadis yang ia nikahi itu. Sudah pasti melecehkan Aira. Tapi, keganasan Aira tidak ditunjukan sama sekali. Untuk itulah Devan setengah tidak percaya dengan obrolan yang barusan ia dengar.
"Tuan," seseorang memanggilnya.
"Jak," jawab Devan, "kau sudah menyelidikinya?" Jaka mengangguk.
"Saya sudah mengirim datanya via email," jawab Jaka.
Devan mengambil ponsel. Ia membuka email-nya. Ia sedikit terperangah dengan laporan yang ia baca.
Nama : Aira Pramesti Irawan
Usia : 24 tahun
Lulusan : S1 jurusan Business Development Program and IT. Universitas Internasional Business
IPK : 3,9
Hobby : music and martial art self defense.
Nama Ayah : -
Nama Ibu : -
Devan men-skip data Aira. Ia lebih condong pada bacaan jika, Aira ditemukan di teras panti ketika usia dua tahun. Diduga gadis kecil itu sengaja diletakkan di sana. Hanya itu data yang bisa ia baca.
Devan tertegun. 'Jadi Aira, sengaja dibuang oleh orang tuanya?' tanyanya dalam hati.
'Aku rasa, ada yang disembunyikan selain data ini,' ujarnya bermonolog dalam hati.
Devan berinisiatif untuk menanyakan langsung ke tempat di mana Aira tinggal dulu.
******
(Flashback)
Hujan deras melanda kota itu. Tampak seorang wanita muda berlari menembus hujan lebat. Tubuhnya menggigil menahan dingin. Ia tengah menggendong dan mendekap sesuatu dengan erat di dadanya.
Napasnya terengah-engah. Sesekali ia menoleh kebelakang. Wanita itu yakin, jika ia telah jauh dari kejaran orang-orang suruhan yang hendak membunuh gadis kecil didekapanya itu.
Ia terus membawa lari gadis kecil itu. Setelah di depan matanya sendiri, ia melihat ibu anak yang ia bawa lari ini dibunuh secara keji.
"Semoga arwahmu tenang, Nyonya," ujarnya lirih.
Ketika tubuhnya terasa lelah. Wanita itu merasa tak sanggup lagi berlari jauh jika ia terus membawa gadis kecil dalam dekapannya itu. Ia melihat sebuah rumah cukup besar. Ia melihat plang nama depan rumah.
"Panti asuhan Kasih Bunda."
'Aku harus menaruhnya di sini,' ujarnya sambil menurunkan gadis kecil yang sedari tadi digendongnya.
"Bibi ...," panggil gadis kecil itu penuh ketakutan.
"Sayang ... Kamu di sini ya. Nanti, Bibi akan datang lagi jika sudah aman," ujarnya. "Kamu sembunyilah di sana sampai pagi dan orang-orang di dalam sini keluar," titahnya yang dijawab anggukan gadis kecil itu.
Kemudian wanita muda itu, menggendong buntelan besar. Ia berlari menyongsong orang-orang suruhan yang mengejarnya. Taktiknya. Ia ingin mengelabui mereka agar menjauh dari tempat di mana ia menaruh gadis kecil itu. Sayang. Wanita itu terbunuh. Aira ditemukan pagi-pagi sekali oleh pemilik panti.
(Flashback end).
****
Pagi tiba. Aira tampak tengah bersiap. Ia sudah meminta ijin pada suaminya untuk pergi ke bandara menjemput sahabatnya, dan Devan mengijinkannya.
Dengan mengenakan kaos biru oversize yang ia masukan ke dalam celana jeans belel miliknya. Tanpa riasan berlebihan. Rambut terkepang. Aira mengenakan flatshoes berwarna biru pucat.
Ia mengambil Sling bag dan menyelempangkannya. Meletakkan ponsel baru dan dompet yang sudah berisi cukup uang dan beberapa kartu ATM, pemberian Devan.
Aira tak pernah menggunakan kartu-kartu tersebut. Bahkan, uangnya juga jarang ia pakai jika tidak begitu kepepet.
Setelah berpamitan dengan kedua mertuanya. Ia langsung pergi menggunakan taksi online yang telah ia pesan. Tadinya Devan menyuruh menggunakan supir. Tentu saja Aira tolak. Karena Pak Kirman sang supir sedang sakit.
Devan sedang ada meeting penting dengan klien. Bahkan Jaka juga harus menemani pria itu. Mau tak mau Devan merelakan Aira pergi sendiri.
Sampai di bandara. Aira mengambil ponselnya. Pesawat yang ditumpangi sahabatnya itu sudah landing sepuluh menit lalu.
"Assalamualaikum ... dimana Loe?" Aira sedikit mengeraskan suaranya, karena suasana bandara sangat berisik.
Aira mengedarkan pandangannya ke arah tulisan arrival gate 3. Sosok mungil dengan busana sama dengannya melambaikan tangan.
Aira juga melambaikan tangannya, setalah yakin itu adalah sahabatnya.
"Aira!" Teriak gadis itu sambil berlari ke arahnya.
Aira merentangkan tangan lebar. Siap menyabut tubuh sahabatnya. Tak lama, mereka pun berpelukan erat.
"Aira ... Gue kangen Elu!" Serunya kegirangan.
"Iya ... Gue juga kangen. Kangen banget!"
"Ya udah yuk. Elu pasti laper. Gue traktir!" Ujar Aira langsung merangkul sahabatnya itu.
"Ciee. .. yang udah jadi istri orkay!" Ejek sahabatnya.
"Ck ... apaan sih Lu!" Sungut Aira keki.
Mereka pun tertawa terbahak-bahak dan mulai meninggalkan bandara.
"Eh ... entar, Loe anteri gue ke rumah yang baru gue beli ya?" Ujarnya setelah duduk di sebuah restoran.
Aira mengangguk menyanggupi ajakan sahabatnya itu.
"Tapi, udah Loe bilang ke bokinan Elu kan?!" Tanya sahabatnya lagi meyakinkan.
"Yeh ... ni anak. Udah keles. Gue udah minta ijin ma misua gue, buat agak lama di luaran ini. Lagian doski juga bakal pulang larut kok," jawab Aira meyakinkan sahabatnya.
Sang sahabat mengangguk. Ia takut jika Aira belum minta ijin. Soalnya gadis yang menjadi sahabatnya semasa kuliah ini sudah sold out, alias sudah menikah. Sedang ia masih berstatus jomlo.
"Eh ... misua lu beneran jadi bucin setelah kejadian lu ditabrak waktu itu?" Tanya sang sahabat penasaran.
Tiba-tiba wajah Aira bersemu merah. Perubahan itu langsung menjadi bahan olok-olok sahabatnya.
"Ih ... diem sih. Gue pulang nih!' ancamnya.
Gelak tawa terdengar dari mulut sahabatnya. "Sorry-sorry ... tapi, gue seneng dengernya. Ya udah, yuk. Kita pergi. Takutnya nanti kelamaan."
Aira mengangguk. Mereka pun pergi bergandengan tangan.
"Eh kabar, Bibi dan Paman tiri lu gimana?" Tanya Aira dalam perjalanan menuju taksi.
"Ck ... mereka udah gue masukin bui!" Aira tertegun mendengar jawaban sahabatnya itu.
Bersambung .
Eh ... Kira-kira. Sahabat Aira siapa ya? Kok berasa kenal!
triple update nih...
like and komennya dong kk
alurnya bagus,cm terlalu banyak flashbacknya