Ling Zhi seorang Ratu kerajaan besar, tiba-tiba terbangun di tubuh seorang wanita yang terbaring di sebuah ruangan bersalin. Dirinya berpindah ke masa depan, sebagai seorang ibu dan istri yang tidak diinginkan bernama Shera.
"Aku tidak pernah menunduk pada siapapun!"
Ikuti perjalanan nya menjadi seorang Ibu dan wanita hebat di masa depan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Shera
Mentari terlihat hadir dan sudah bertahta di langit, meksipun belum bersinar secara maksimal. Seperti biasanya, Shera menjemur putranya di taman kediaman mewah itu.
"Disini ternyata keponakan tampan ku!" Shelina tiba-tiba hadir membuat Shera tersenyum melihat kehadiran kakak nya itu.
"Iya, setiap pagi aku akan menjemur nya sejenak. Sinar mentari pagi baik untuk bayi. Ini mengandung vitamin D, sangat bagus untuk tulang." Jelas Shera membuat Shelina menatap dalam adiknya.
"Kenapa kakak menatap ku begitu?"
"Tidak ada, hanya saja aku berpikir kau berubah begitu cepat. Pemikiran mu, sikap mu dan cara bicara mu. Terkadang aku berpikir...."
"Berpikir apa?" Tanya Shera.
"Kau tidak seperti adikku." Shera berusaha setenang mungkin menghadapi ucapan Shelina.
"Maksudnya pemikiran mu tidak sepertinya saat dulu. Dulu, hanya ada Abraham saja, tapi sekarang...."
"Aku berubah menjadi lebih baik karena putraku. Diriku sendiri dan orang-orang terdekat ku, apakah kakak tidak ingat hubungan kita dulu? Aku merasa bersalah mengingat nya."
"Tidak apa, sekarang kita mulai lagi dari awal. Kau tetap adikku, adikku yang manis berubah menjadi tangguh." Shelina memeluk adiknya dari dibalas oleh Shera, tapi ditengah adegan pelukan itu. Suara lucu membuat mereka melepaskan pelukan.
"Oh lihat! Apa keponakan tampan ku ini cemburu? Hmmmm."
"Mungkin saja." Celetuk Shera.
"Kakak."
"Ya?"
"Aku sudah memutuskan nya." Shelina langsung penasaran dengan keputusan adiknya dan menunggu jawaban Shera.
"Aku akan memulai usaha ku sendiri. Mulai dari nol dan tanpa bantuan siapapun, tidak di negara ini atau pun di tempat kakak."
"Kau memberitahukan terlebih dahulu padaku, baru pada paman Joseph? Benar?"
"Iya, aku telah memikirkannya dengan matang."
"Jika dulu, maka aku akan langsung menjawab tidak dengan keputusan mu ini. Tapi sekarang, aku sangat yakin adikku ini bisa melakukannya, papa dan Mama pasti bangga dengan mu, putri kecil mereka sudah mengambil langkah yang besar."
"Keduanya."
"Ya, keduanya."
"Aku akan bicarakan pada Papa."
"Hmmmm, kakak akan menunggu. Dan Paman Joseph pasti menerimanya."
Dan di meja makan besar itu, semuanya sudah hadir. Bahkan Abra tampak duduk dengan memainkan ponselnya membuat Joseph memperhatikan putranya itu.
"Kau ingin sarapan ponsel Abra?" Abraham langsung menatap wajah sang papa dan meletakkan ponselnya.
"Maaf pa, aku hanya mengirimkan pesan sebentar." Semua orang tau, ketika makan bersama keluarga tidak ada yang boleh bermain ponsel.
"Jangan ulangi lagi. Sajikan makanan nya!" Seru Joseph pada pelayan dan Viola terlihat menyajikan makanan untuk suaminya.
Sedangkan Shelina duduk disebelah adiknya, matanya menatap Abraham yang menikmati makanannya sambil tersenyum beberapa kali.
'Untung saja adikku sudah lepas darinya! Entah apa yang dilihat Shera dulunya. Jika wajah tampan saja, banyak pria yang memiliki nya. Tapi adikku juga salah, terlalu buta. Tapi tidak apa, sekarang adalah hari terakhir bersama pria menyebalkan ini.' Gerutu Sherina ambil menekan sendok garpu di dagingnya.
"Ada apa Shelina?" Mendengar pertanyaan Joseph, Sherina tersenyum manis dan memperbaiki posisi nya.
"Tidak ada paman, hanya saja tangan ku sedang kram."
*******
Joseph yang sedang melihat dokumen-dokumen di ruang kerja dikejutkan dengan ketukan pintu.
"Masuk!" Ujarnya dan terlihat Shera masuk sendiri tanpa Leo.
"Maaf pa, apa aku menganggu?" Tanya Shera yang tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
"Tidak, ada apa?"
"Aku ingin bicara tentang kesepakatan kita waktu itu." Sontak ada perubahan wajah dari Joseph.
"Kau sudah memutuskan?" Tanyanya memastikan dan Shera mengangguk cepat.
"Iya, lagipula aku bukan istri Abra lagi."
"Papa lupa, waktu terasa berjalan dengan cepat sekali. Papa tidak akan ingkar janji, tapi bisa Papa minta sesuatu?" Shera mengangguk samar.
"Tentu saja. Karena aku tau, permintaan papa tidak akan menyulitkan ku." Joseph tersenyum mendengarnya.
"Jangan memutuskan komunikasi dengan Papa, Papa tidak masalah dengan tindakan mu pada Abra nantinya. Tapi papa ingin melihat perkembangan Leo, meksipun tidak didekat nya."
"Kenapa papa berpikir seperti itu? Aku tidak pernah memikirkan nya. Papa berhak untuk itu, Leo memiliki Kakek yang sanggup menyayangi nya, kenapa aku harus melakukan itu?"
"Kau ingin pergi kapan?"
"Besok, aku ingin Papa dan Leo bisa menikmati waktu bersama seharian ini."
"Meksipun pernikahan mu dengan putraku telah berakhir, tapi kau tetap menjadi putriku Shera. Itu tidak akan berubah dengan surat dan ketuk palu pengadilan."
"Aku tau, aku juga sangat berterimakasih memiliki papa mertua serasa orang tua sendiri." Entahlah, Shera tiba-tiba jadi sedih mungkin ini karena berkaitan dengan perasaannya.
"Leo sedang tidur sekarang, Papa akan bermain sore nanti."
"Baiklah." Shera perlahan keluar dari ruang kerja itu. Setelah Shera menghilang dari pandangan, ponsel Joseph berbunyi.
"Kau tidak bisa bermain petak umpet dengan Papa Abra. Jika kau memilih kembali dengan pilihan mu, maka papa bebaskan. Mungkin kau tidak menyadarinya, tapi nanti kau akan kehilangan putramu sendiri. Dan saat itu kau akan berjuang sendiri."
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak.
ternyata tuan josept tau abra pergi dg kekasihnya