Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Dia Bukan Barang
Sehari setelah Randi menghabiskan harinya di rumah mama Laura bersama Rania, keesokan hari nya ia memutuskan untuk menemui Farhan di kantornya.
Awalnya Randi ingin ke rumah Farhan dengan berbekal alamat dari mama Laura, namun saat ini sahabatnya itu sedang bekerja. Lebih baik menemuinya di kantor karena bisa sekalian makan siang bersama.
"Hai bro, akhirnya bertemu kembali kita," sapa Randi ketika masuk ke ruangan Direktur Utama perusahaan milik Farhan.
"Hei Randi Pratama, cepat sekali sampai di sini," sahut Farhan beranjak dari duduknya dan menghampiri Randi.
"Tentu saja, tadi saat aku menelepon mu, aku sedang berada di jalan, niatnya ingin mengunjungi mu di rumah, tapi karena kau ada di sini ya sudah aku menghampiri mu di sini saja," jawab Randi panjang lebar.
"Oh pantas saja cepat sampai nya. Kapan kau pulang dari Eropa?" tanya Farhan ketika mereka telah duduk di kursi tamu milik Farhan.
"Baru dua hari lalu, dan besoknya aku langsung mencari mu," ucap Randi.
"Kau mencari ku kapan? Kemarin?" tanya Farhan.
"Ya, kemarin, sehari setelah aku tiba di Indonesia," jawab Randi.
"Kok kita baru bertemu hari ini? Aku tidak tahu kalau kau mencari ku kemarin," tutur Farhan yang merasa heran.
Randi tersenyum. "Iya, kemarin aku mencari mu tapi ke rumah orang tua mu Han. Ya aku mana tahu kalau kau sudah tidak tinggal di rumah itu lagi."
"Kenapa kau tak menelepon ku dulu?" tanya Farhan.
"Sengaja, aku ingin mengejutkan mu dengan kedatangan ku. Tapi ternyata kemarin justru aku yang terkejut," sahut Randi dengan senyum khasnya.
"Terkejut? Kau terkejut kenapa?" tanya Farhan mengernyitkan dahinya.
"Nah ini yang mau aku tanyakan padamu juga, kenapa kau bisa-bisanya menyembunyikan adik perempuan mu dariku?" tanya Randi dengan gaya marahnya yang dibuat-buat.
"Adik perempuan?" ulang Farhan.
"Iya, adik perempuanmu yang cantik dan pemalu itu. Apa kau masih mau menutupinya dariku?" sahut Randi gemas karena Farhan masih saja terlihat ingin menutupinya.
Farhan tak langsung menjawab. Ia terlihat berpikir sejenak.
"Ya ampun Han, kamu masih mau menyembunyikan adik perempuan mu yang cantik itu dariku? Aku sudah bertemu dengannya, kau tak bisa menyembunyikan nya dariku lagi," ucap Randi mengagetkan Farhan.
"Tunggu, maksudmu adik perempuan ku yang mana?" tanya Farhan masih tidak mengerti. Karena seingatnya ia adalah anak satu-satunya.
"Wanita muda yang ada di rumahmu, kemarin aku bertemu dengannya. Mama mu mengenalkannya padaku, katanya itu adikmu. Apa kau lupa kalau kau memiliki adik perempuan?" tanya Randi dengan tatapan menyelidik.
"Atau Tante Laura yang berbohong? Tapi ku rasa ini tidak mungkin, iya kan?" lanjutnya.
Farhan menatap Randi dengan serius. "Maksudmu mama ku mengenalkan adikku padamu?"
"Iya, perempuan berambut lurus dan panjang dengan kulit putih seperti dirimu. Matanya indah, wajahnya sangat cantik dan meneduhkan. Dan yang paling menarik adalah sifatnya yang pemalu. Ah seperti kriteria ku saja," jelas Randi panjang lebar.
"Ciri-cirinya seperti Rania. Apakah yang dimaksud oleh Randi adalah Rania?" Farhan bertanya dalam hatinya tanpa menanggapi cerita Randi.
"Oh iya namanya Rania kan? Kalau tidak salah nama panjang nya adalah Rania Anastasya. Iya kan?" suara Randi kembali terdengar.
Farhan menatap Randi dengan perasaan kesal. Mendengar Randi dengan detail menyebutkan ciri-ciri Rania membuatnya tak suka.
"Hei kau kenapa malah diam saja? Apa kau tak mau mengakuinya sebagai adikmu?" tanya Randi.
"Sudahlah, kau terlalu berisik jika bercerita tentang perempuan," sahut Farhan malas.
"Hehe.. Karena adikmu terlalu mempesona untuk dilewatkan. Apa aku boleh memilikinya?" tanya Randi dengan polosnya.
"Maksudmu?" tanya Farhan.
"Ya, apakah adikmu boleh untukku?"tanya Randi lagi.
"Dia bukan barang yang bisa diberikan begitu saja pada orang lain," jawab Farhan terdengar sedikit sewot.
"Hei, aku ini bukan orang lain Farhan, aku adalah sahabat mu. Bukankah menyenangkan jika kita menjadi ipar?" ucap Randi masih berusaha.
"Kau lupakan saja mimpi mu itu. Sudah, ayo kita makan," sahut Farhan lalu beranjak untuk pergi makan siang
Randi pun mengikuti Farhan. "Hei Farhan, aku sedang tidak bermimpi. Aku sedang serius."
Farhan pun tak menghiraukan ucapan Randi dan terus berjalan tanpa mempedulikan celotehan sahabatnya itu.
ikutan nyesek..
semoga Rania segera berbekas kasihan padanya
otw bucin
😀😀😀❤❤❤❤