Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13
Claudya menarik lagi tangan William dan mengobatinya kembali karena banyak luka yang belum Claudya obati, sedangkan saat ini Zidan pergi dari sana karena akan mengantar Indra yang hendak ke kamar mandi.
"Apa suamimu tidak akan marah?" tanya William membuat Claudya terkejut dan menatap William sekilas.
"Tuan, saya tidak punya suami." Claudya berucap sambil tersenyum dan melanjutkan kembali membalut tangan William dengan perban.
William mengerutkan keningnya, saat ini dia semakin penasaran pada Claudya, bahkan rasa penasarannya itu terlalu besar dibandingkan dengan penasaran William untuk mencari tau tentang gadis yang malam itu William tiduri.
"Sudah Tuan, kalau masih ada yang sakit buat aku yang obati." Claudya membereskan kotak obat itu dan kembali menyimpannya ke laci.
"Lalu kemana suami kamu?" tanya William.
Pertanyaan William membuat Claudya risih karena baru kali ini Claudya melihat ada orang yang penasaran dengan kehidupan orang lain, padahal William sudah mempunyai Istri dan hal itu yang membuat Claudya semakin risih.
Bukannya Claudya terlalu percaya diri tapi untuk masalah ini Claudya memang tidak ingin mengumbar kehidupannya.
"Papanya Agnia sudah meninggal, Tuan. Dan saya berharap kalau Tuan tidak membahas pria itu lagi." Claudya berucap tegas berharap kalau William akan berhenti menanyakan pria yang dahulu tidur dengan Claudya.
"Maafkan saya, tapi kehidupan mu begitu unik, Claudya. Kamu tinggal bersama dengan Zidan yang aku tau kalau Zidan adalah seorang pengusaha," ujar William yang malah membuat Claudya semakin kesal karena William seolah-olah mengklaim kalau Claudya mempunyai hubungan terlarang dengan Zidan.
"Zidan adalah teman kuliah dulu, jadi kami sudah tidak canggung lagi, tapi kalau untuk masalah yang lain kami tidak ada hubungan apa pun." Claudya berucap dengan sedikit ketus.
Baru kali ini Claudya merasa kesal pada seorang tamu, padahal harusnya William adalah pria yang harusnya Claudya hormati karena kalau bukan karena William maka perusahaan Zidan tidak akan berjalan dengan baik.
William menatap Claudya yang sangat begitu familiar dimatanya, sekarang William mengira kalau Claudya adalah wanita yang selalu membuatnya rindu pada kejadian malam itu.
"Apa kamu pernah mempunyai hubungan dengan pria asing?" tanya William membuat Claudya semakin kesal.
Claudya mengerutkan keningnya karena merasa kalau William sudah sangat keterlaluan.
"Tuan, maaf tapi aku bukan wanita yang seperti anda katakan, walaupun saya tinggal bersama dengan Zidan dan kak Rian tapi saya bukan wanita murahan yang seperti anda bayangkan, maafkan saya Tuan atas lancangnya saya berkata seperti ini, tapi saya perempuan baik-baik dan saya tidak suka anda melakukan ini pada saya." Claudya mengatakan isi hatinya walaupun dia tau kalau William akan marah padanya.
"Ada apa, Clau?" tanya Zidan yang baru saja datang ke sana.
"Tidak ada." Claudya menggelengkan kepalanya.
**
Pagi ini mereka makan bersama, bahkan Rian juga sudah bersiap karena akan berangkat bekerja di cafe, walaupun Zidan menawari pekerjaan pada Rian tetap saja Rian selalu menolak.
Pagi ini terlihat berbeda karena sejak malam Claudya merasa sangat kesal, bahkan Claudya sangat irit sekali berbicara.
Hal itu membuat Zidan dan Rian bertanya-tanya tentang keadaan Claudya.
"Ada apa?" tanya Zidan yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Rian.
Rian menyuapi Agnia yang terlihat sangat lambat saat makan. "Kau tau semalam ada apa? Aku rasa Claudya marah karena pria semalam," ujar Rian.
Zidan bungkam saat Claudya datang ke sana padahal tadi Zidan ingin sekali bilang pada Rian kalau semalam memang Claudya dan William terlihat mengobrol, tapi Zidan tidak tau apa yang Claudya dan William bicarakan.
"Clau, hari ini mau titip Agni sama mama aku? Atau sama Tante Indri?" tanya Zidan memulai pembicaraan dengan Claudya.
"Aku akan titip pada Tante Indri," ketus Claudya.
"Baiklah," ucap Zidan.
"Ma, aku mau sama nenek." Agnia merengek pada Claudya agar di titipkan pada ibunya Zidan.
"Tidak ada, Nenek sibuk." Claudya berucap dengan ketus bahkan tidak ada senyuman sedikitpun dari bibir Claudya.
Zidan dan Rian semakin enggan untuk bertanya karena takut membuat Claudya semakin marah.
Hingga mereka berangkat ke perusahaan, Claudya belum juga tersenyum pada Zidan bahkan pembicaraan pun tidak ada.
Zidan mengekor dibelakang Claudya yang sekarang akan menuju ke ruangannya, Zidan hanya diam saja tapi dia berjanji akan bertanya pada Wiliam kalau sikap Claudya itu karena ulah William.
Dirga langsung berlari menuju ke arah Zidan karena ada hal penting yang harus Dirga katakan.
"Tuan, di ruangan anda ada Tuan William," sahut Dirga.
"Kebetulan sekali, baiklah aku akan menemui dia." Zidan sudah tidak sabar untuk bicara pada William tentang Claudya, sekarang Zidan bersikap sangat gegabah hanya karena sikap Claudya yang berbeda sejak bertemu dengan William.
Padahal kalau saja William marah, mungkin William akan membatalkan kontrak bersama dengan perusahaan Zidan, walaupun keuntungan keduanya sama-sama besar.
"Selamat pagi, tuan William." Zidan berucap sambil melepas jasnya dan menggantung jas itu.
"Maaf menganggu, aku terjebak macet," ujar Zidan.
William bangkit dari duduknya.
"Tuan Zidan, bisakah saya bertemu dengan sekertaris anda yang bernama Claudya? Sepertinya dia salah paham sama ucapan aku semalam," pinta William.
"Oh tentu saja, aku akan panggil dia." Zidan langsung pergi dari sana karena akan memanggil Claudya untuk datang menemui William.
Claudya datang ke sana bersamaan dengan Zidan tapi William meminta Zidan untuk menunggunya diluar karena mereka akan berbicara hal yang serius, Zidan hanya mengangguk saja padahal dalam hatinya dia sangat kesal karena William secara terang-terangan mau mendekati Claudya padahal William sudah punya istri.
"Maaf karena ucapan aku semalam, Claudya. Kamu pasti salah paham karena mengira kalau aku menghina kamu sebagai wanita na kal, maafkan aku tapi kalau boleh jujur dahulu aku pernah menjalin hubungan dengan wanita asing dan wanita itu persis seperti dirimu, maafkan aku. Claudya, karena aku, kamu pasti sakit hati." William berucap dengan sungguh-sungguh, bahkan bisa Claudya lihat kalau William sangat menyesal melakukan itu.
"Tidak apa, Tuan. Lagian anda juga benar," sahut Claudya.
"Tolong, maafkan aku. Claudya," pinta William.
Claudya menatap pada William, untuk sekarang Claudya memaafkan William karena dia yakin kalau William mempunyai alasan melakukan itu. Apa lagi Claudya juga paham kalau William pernah menjalin hubungan dengan wanita asing sama seperti dirinya yang terjebak bersama pria asing.
"Tuan, aku sudah memaafkan kamu, tapi tolong jangan lakukan lagi ini nantinya." Claudya berucap dengan senyuman tulus di bibirnya.
"Terima kasih, aku janji tidak akan melakukan itu lagi dan aku janji untuk tidak bertanya hal yang lain lagi padamu atau pada orang lain," papar William.
"Baiklah, Tuan. Aku harus bekerja sekarang," pamit Claudya yang dibalas anggukan oleh William.
Claudya keluar dari ruangan Zidan dan diluar Zidan sudah menunggunya karena penasaran pada apa yang mereka katakan didalam ruangannya.
"Apa yang tuan William katakan?" tanya Zidan yang cemburu karena William mendekati Claudya.
"Tidak ada, Tuan William meminta maaf padaku." Claudya berucap singkat dan langsung pergi dari sana.