Kisah seorang gadis bernama Selina yang terpaksa harus menikah dengan seorang pria tampan nan kaya yang bernama Lazuardi, menikah bukan karena cinta melainkan karena terjadinya sebuah accident yang tak terduga menimpa keduanya.
Akankah mereka bahagia...akankah mereka dapat membina rumah tangga seperti yang di harapkan setiap orang...????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3
❤️ Happy Reading ❤️
Pikiran kacau seorang Lazuardi bertambah ketika sang pengasuh mengabarkan kalau sang putra tak mau menyentuh makannya sedari tadi pulang dari play grup.
Padahal berbagai cara telah di lakukan, termasuk bujuk rayu dari sang oma dan opa yang nyatanya sama sekali tak mempan.
Entah apa yang terjadi dengan anak itu, karena tak biasa-bisanya seperti ini dan ini baru pertama kali jadi sangat membuat seorang Lazuardi merasa panik plus khawatir.
''Hen, saya pulang dulu.'' kata Lazuardi yang sudah keluar dari ruangnya.
''Bos...'' seru Boby yang baru ingin menuju ke ruangan sang atasan. ''Ini laporannya...'' serunya lagi saat sang atasan tetap melanjutkan langkahnya.
''Antar kerumah dan kamu handle kantor dulu.'' sahut Lazuardi sebelum masuk kedalam lift untuk menuju langsung ke basement bawah khusus sang presdir.
Iya Lazuardi memang tak terbiasa datang dan pulang melewati lobi perusahannya, dirinya lebih memilih menaiki lift dari parkir khusus di peruntukkannya menuju langsung ke lantai di mana ruangannya berada.
Jadi banyak dari karyawan yang tak tau tentang sosok seorang Lazuardi Cakrabuana, hanyalah orang-orang tertentu yang tentunya para petinggi perusahaan yang mengetahui sosoknya secara langsung.
❤️❤️❤️❤️❤️
''Dimana Langit?'' tanya Lazuardi ketikan baru menginjakkan kakinya di teras rumah, bajakan sapaan dari sang kepala pelayan pun tak di hiraukannya.
Walaupun setiap harinya pun sama tak pernah membalas tapi setidaknya seorang Lazuardi akan sedikit menganggukkan kepalanya untuk merespon.
''Ada di kamarnya tuan muda.'' sahut sang kepala pelayan yang biasa di sebut pak Ben.
Tanpa ba bi bu lagi...Lazuardi langsung bergegas dengan langkah panjangnya menuju ke kamar sang putra yang berada di tak jauh dari kamar miliknya di lantai atas.
Cklek
''Di.'' sapa sang ayah ketika melihat anak laki-laki satu-satunya masuk kedalam.
''Bagaimana?'' tanya Lazuardi namun mamanya hanya bisa memberi gelengan kepala sebagai jawabannya.
''Huft...'' Lazuardi menghela nafasnya sebentar lalu duduk tepat di depan sang putra, di tempat yang diduduki oleh mama Mega tadi saat membujuk langitnya langit.
''Jagoan papi kenapa hem? kenapa gak mau makan? nanti kalau sakit bagaimana?'' tanya Lazuardi beruntun dan berusaha selembut mungkin, namun sayang...langitnya itu masih saja diam tak bergeming.
''Ada apa sayang? ayo cerita sama papi.'' bujuk Lazuardi lagi sambil mengelus rambut sang putra, berharap bujukannya ini bisa berhasil.
Karena tak mungkin kalau tak ada apa-apa dengan putranya itu, ada sebab pasti ada akibat pikirnya...dan dia ingin tau penyebab semua ini.
Perkataan sang papi membuat Langit langsung mendongakkan kepalanya yang sedari tadi hanya dia sembunyikan di tekukan lututnya.
Sedangkan ketiga orang dewasa yang ada di sana hanya bisa diam sambil melihat interaksi antara ayah dan anak itu.
''Tapi papi janji tak akan marah?'' tanyanya sambil mengacungkan jari kelingking tangan kanan miliknya yang mungil.
''Iya papi janji.'' jawab Lazuardi sambil mengaitkan hari kelingkingnya pada sang putra.
''Kenapa Langit gak punya mami pi?'' tanya Langit yang membuat Lazuardi sedikit kaget dan saling pandang dengan kedua orangtuanya yang juga tak kalah kaget, karena tak biasa-bisanya putranya ini menanyakan tentang hal itu.
''Dimana maminya Langit pi?'' tanyanya lagi saat sang papi masih terdiam.
''Belum cukupkah ada oma, opa juga papi hem?'' sahut Lazuardi. '' Kenapa harus menanyakan tentang mami?'' tanyanya lagi.
''Langit ingin seperti teman-teman Langit.'' lirihnya dengan sendu. ''Berangkat sekolah dan di tunggu sama mami sepeti mereka.'' imbuhnya lagi dengan air mata yang kini sudah menganak sungai.
''Langit juga ingin seperti Lila, Lili dan Joshua punya tante Larisa, Langit juga pengen kayak Luna, Riko dan Lita ada tante Lula yang selalu menemani mereka.'' imbuhnya lagi yang merasa iri di setiap melihat kebersamaan para sepupunya dengan ibu mereka.
Lazuardi tak sanggup berkata-kata lagi mendengar penuturan sang putra, dirinya hanya mampu membawa tubuh mungil itu kedalam dekapannya.
Begitu pula mama Mega yang sudah m nangis mendengar kata-kata cucunya, dia lebih memilih keluar dari kamar dan langsung di susul oleh sang suami.
Inikah yang dirasakan oleh putranya selama ini, begitulah kira-kira yang di pikirkan Lazuardi saat ini.
Oh iya dia baru ingat, pernah beberapa kali melihat sang putra terlihat murung sambil melihat para sepupunya yang sedang bersama dengan para ibu mereka.
Ternyata kesedihan inilah yang di rasakan oleh putranya, putra semata wayangnya...putra yang sudah di angkatnya semenjak bayi merah.
Ya Langit adalah putra yang di adopsi oleh Lazuardi semenjak bocah itu baru saja di lahirkan.
Anak bayi yang masih merah, yang baru merasakan menghirup udara bebas namun harus bernasib malang dengan meninggalnya kedua orangtuanya saat itu juga akibat kecelakaan yang mereka alami.
Untung saja sewaktu kecelakaan itu terjadi, Lazuardi sedang melintas mengunakan mobilnya bersama sang asisten.
Lazuardi yang biasanya cuek, entah mengapa mendadak perduli dengan apa yang terjadi. Alhasil mereka menolong sepasangan suami istri yang sudah terluka parah itu akibat motor yang mereka kendarai tertabrak mobil dari orang yang tak bertanggungjawab.
❤️❤️❤️❤️❤️
''Bagaimana Di?'' tanya mama Mega yang nyatanya masih duduk di depan kamar sang cucu bersama papa Awan.
''Sudah mau makan mam, walaupun cuma sedikit.'' jawab Lazuardi. ''Sekarang anaknya lagi tidur.'' imbuhnya lagi.
''Duduk Di.'' perintah papa Awan pada sang putra...putra langitnya. ''Apa kamu masih tak mau mempertimbangkan kata-kata kamu pagi tadi?'' tanyanya to the poin karena kasihan pada sang cucu.
''Apa kamu tak pernah berpikir kalau kejadian ini bisa terulang lagi dan bisa mengganggu psikisnya?'' tanya mama Mega menimpali.
''Pikirkan baik-baik Di.'' sahut papa Awan lagi. ''Bukan hanya demi kamu tapi demi putra kamu.'' imbuhnya lalu pergi begitu saja.
''Mama harap kamu bisa mengambil keputusan yang tepat.'' kata mama Mega. ''Anak seusia Langit masih membutuhkan sosok seorang ibu.'' sambungnya lalu pergi mengikuti sang suami, meninggalkan putranya itu duduk sendirian di sana.
Lazuardi sendiri bingung memikirkan hal ini, jangankan calon istri...pacar atau sekedar teman dekat wanita saja dirinya tak punya.
Lagian ada rasa ketakutan tersendiri di dalam hati seorang Lazuardi Cakrabuana...bagaimana nanti kalau calon istrinya tak menyayangi putranya dengan sepenuh hati, bagaimana nanti kalau putranya itu semakin tersakiti, bagaimana nanti kalau putranya itu di beda-bedakan dengan anaknya yang lain oleh istrinya kelak kalau dirinya menikah dan punya anak serta masih banyak lagi ketakutan-ketakutan yang lain yang ada di pikirannya saat ini, tapi melihat putranya yang seperti tadi juga membuatnya merasa kasihan...hal sederhana namun tak bisa dirinya kabulkan, jangankan mengabulkan...menjawabnya saja dia tak mampu.