Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebetulan
Setelah kepergian para anak buahnya, Rendi kembali masuk ke dalam kontrakannya, ia duduk di tempat tidurnya yang satu ruangan dengan TV dan menyalakan hiburan satu-satunya di kontrakan selain ponselnya.
Rendi kemudian memikirkan apa maksud dari Sistem Spinnya dengan tubuh darah yang terpasang dalam dirinya.
"Sudahlah, daripada aku memikirkan semua itu, lebih baik aku pergi jalan-jalan saja lah." Rendi beranjak dari duduknya, ia ke kamar mandi untuk membersihkan diri, baru kemudian pergi keluar.
Bocah SMA itu berniat pergi ke toko bajunya, sekalian ia mau membeli beberapa pakaian lagi, karena ia baru memiliki empat potong baju baru saja.
Rendi menaiki motornya, dua puluh menit kemudian ia sampai di Toko baju SPIN Colection, ia turun dari motornya dan melepas helmnya.
"Toko yang sangat besar, apa benar ini sudah menjadi milikku?" tanyanya pada diri sendiri, "lebih baik aku masuk sajalah, siapa tahu ada yang mengenalku."
Rendi pun masuk ke dalam toko baju tersebut, pelayan toko langsung menyambutnya dengan hangat.
"Selamat datang Bos." sambut salah satu pelayan dengan sopan.
Rendi tertegun, ia tidak menyangka sama sekali kalau pelayan toko akan mengenalinya, padahal ia sebelumnya tidak pernah ke sana.
"Kamu mengenalku?" tanya Rendi sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Tentu saja bos, semua karyawan di sini mengenal anda, apa bos mau bertemu manajer?" tanya pelayan pria itu sopan.
Rendi mengangguk, walaupun tujuannya mau membeli pakaian, tapi tidak salah juga untuk bertemu dengan pengelola tokonya itu, dan siapa tahu akan di beri pakaian gratis tentunya, mengingat pelayan mengenalinya.
Rendi di bawa ke kantor manajer tokonya, pelayan tersebut mengetuk pintu dengan sopan.
Tok ... Tok ...
"Masuk!" manajer toko langsung menyahut dari dalam.
Pelayan toko membukakan pintu, mereka berdua langsung masuk ke dalam ruangan tersebut, di dalam terlihat manajer yang sedang bersama seorang tamu.
"Permisi Pak Soni, bos Murdianto mau bertemu dengan anda." ucap pelayan itu sopan.
Manajer toko tentu langsung berdiri saat melihat Rendi dan menghampirinya dengan sigap, karena ia tidak mau terlihat buruk di mata Rendi.
"Selamat datang Bos, kenapa tidak menghubungi saya terlebih dahulu kalau mau ke sini." sapa manajer sopan.
"Aku kebetulan saja lewat ke sini, " jawab Rendi yang mencoba untuk tetap tenang.
"Rendi!" tiba-tiba saja tamu Soni menegur Rendi.
Sontak saja Rendi, Soni dan pelayan toko yang mengantar Rendi menoleh ke arah orang tersebut.
Rendi terkejut saat melihat orang tersebut adalah Bu Lina, yang merupakan wali kelasnya.
"Bu Lina, anda kok ada di sini?" tanya Rendi sopan.
"Loh, bos mengenal istri saya?" tanya Soni terkejut.
Rendi mengangguk, "Bu Lina wali kelas saya, jadi dia istri Bapak?"
"Lebih baik kita duduk dulu bos, dan kamu buatkan bos Murdianto minuman!" perintah Soni pada pelayan toko.
Pelayan toko mengangguk mengerti, ia bergegas membuatkan minuman untuk Rendi. Sementara itu Rendi di ajak duduk di kursi yang sudah ada di sana.
"Pak, Rendi ini sebenarnya siapa di toko ini?" tanya Lina pelan.
Soni tersenyum, "Bu, Rendi pemilik toko ini, walaupun masih muda tapi dia sudah punya usaha sendiri, dia benar-benar pemuda yang mapan."
Lina menutup mulutnya tidak percaya, padahal Rendi di sekolahnya terkenal dengan bocah yang tidak memiliki apa-apa, tapi siapa yang menyangka kalau Rendi memiliki toko baju terbesar di kota larangan.
Lina menatap Rendi dengan seksama, jika ia memiliki toko baju sebesar itu, kenapa bocah itu pura-pura miskin?
Lina membelalakan matanya, ia menduga kalau Rendi sedang menjalani kehidupan miris untuk menempa mentalnya, hanya itu yang terlintas di pikiran Lina.
Rendi tahu kalau Bu Lina memiliki pemikiran aneh dengan dirinya, karena itulah ia segera meluruskan masalah tersebut agar guru yang selalu baik padanya itu tidak berpikir yang aneh-aneh padanya.
"Sebenarnya aku baru mewarisi toko baju ini Bu, aku juga sebelumnya tidak tahu tentang toko baju ini, eh taunya ini milik keluarga saya dan sudah menjadi milik saya." ucap Rendi meyakinkan wali kelasnya itu.
"Tapi, kalau kamu sekaya ini, kenapa kamu pura-pura miskin Ren?" tanya Bu Lina memastikan.
"Hehehe ... pengin cari tantangan aja Bu." jawab Rendi sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Bu, apa maksud Ibu?" tanya Soni yang tidak kebenaran tentang Rendi.
Lina menghela napas, "Rendi ini terkenal anak yang tidak memiliki apa-apa, di tambah dia juga selalu mengenakan pakaian kurang layak, makanya Ibu terkejut saat tahu toko ini milik Rendi."
"Astaga, apa yang dikatakan istri saya benar bos?" tanya Soni penasaran.
Rendi mengangguk, ia bingung mau bilang apa lagi, jadi mengiyakan saja ucapan Bu Lina daripada nantinya malah bakal panjang pertanyaan mereka berdua.
gimana kecewanya Rendi tau ibu kandung masih ada,,,,,,,,🤔🤔😢😢