Jadi Pembantu Demi Bayiku
Anna melangkah ke ruangan housekeeping office. Di sana Anna harus mengisi absen pada lembaran daftar hadir atau attendant record bagian kolom time in. Mengambil room assignment sheet atau yang disebut juga dengan daftar kamar-kamar yang perlu dibersihkan.
Ya, Anna adalah seorang room attendant atau secara awam dikenal sebagai petugas kebersihan kamar hotel. Setiap hari Anna mengisi room assignment sheet yang telah disiapkan oleh floor supervisor. Semua itu untuk mengontrol pembagian room attendant yang bertugas dalam pembersihan semua kamar di hotel.
Selanjutnya Anna memilih kunci kamar yang merupakan master key dari kamar yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan daftar kamar pada room assignment sheet. Anna membubuhkan tanda tangannya pada key log book di kolom key out yang menunjukkan kunci kamar tersebut telah diambil olehnya.
"Hey!"
Anna terperanjat. Tubuhnya bahkan terlonjak. Di ruangan yang masih hening sepi itu tiba-tiba dikejutkan oleh suara keras dan sergapan di kedua bahunya.
Anna membalik tubuhnya dan langsung memukul, mencubit lengan kedua gadis yang telah membuatnya kaget itu. Anna memandang mereka dengan dada yang turun naik karena kesal. Sementara yang dipukul dan dicubit justru malah terbahak-bahak.
"Serius amat sih Kak? Sampai-sampai kita datang Kak Anna nggak tau?" tanya Cindy.
"Kak Anna lagi jatuh cinta yaa, makanya sering melamun," sambung Desi.
"Sudah becandanya? Tanda tangan ini, jangan sampai lupa!" perintah Anna.
"Iih Kak Anna ini serius amat siih. Makanya Kak Anna, ayo cepet-cepet cari pacar biar hidup ceria, indah, penuh bunga-bunga–"
"Lebay! Beraninya kamu kasih nasehat sama Kak Anna. Giliran putus cinta, kamu nangis sampai seragam Kak Anna basah kuyup," ucap Desi sambil mencibir.
Mereka tertawa, termasuk Cindy sendiri. Mereka adalah tiga room attendant yang masih belum berkeluarga. Berasal dari kota yang berbeda-beda dan latar belakang pendidikan yang berbeda pula.
Desi tamatan SMK jurusan perhotelan. Cindy, tamatan SMA jurusan IPS sementara Anna adalah seorang sarjana yang mengambil jurusan manajemen perhotelan. Karena memiliki kesamaan yaitu sama-sama belum berkeluarga, mereka bertiga menjadi sangat akrab bahkan seperti kakak dan adik.
Perbedaan jenjang pendidikan tak menjadi penghalang. Anna tak pernah merasa istimewa dibandingkan yang lainnya. Itulah yang menyebabkan kedua gadis itu sangat dekat dengannya.
Anna serius dalam menjalankan tugasnya sebagai room attendant, sama seperti room attendant lainnya. Namun, hal itu dipandang pura-pura oleh room attendant yang lebih senior. Mereka menganggap Anna hanyalah seorang pemalas dalam bekerja karena menyandang gelar yang lebih tinggi.
"Wajah cantik, gelarnya sarjana. Apa mungkin dia serius bekerja di sini? Aku yakin, dia tidak sungguh-sungguh ingin bekerja di departemen housekeeping," ujar Wati, room attendant yang telah bersuami.
"Ya betul, paling hanya ingin menggoda tamu dari kalangan atas yang menginap di hotel ini. Secara, hotel ini adalah hotel mewah, yang datang ke sini tentunya bukan orang sembarangan. Syukur-syukur ada yang tertarik, bisa jadi nyonya besar deh," ucap Deswita, janda tanpa anak itu.
Dan banyak gosip lain yang akhirnya sampai ke telinga Anna. Gadis itu hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Baginya apa yang dikatakan ibu-ibu muda itu tidak salah sepenuhnya.
"Harusnya Kak Anna jangan jadi room attendant, tapi manager hotel biar keren, jadi wanita karir. Masa gelar sarjana mau bekerja sederajat dengan tamatan SMA?" tanya Desi.
"Aku memang ingin menjadi manager di hotel ini, tapi fresh graduate sepertiku apa mungkin diterima langsung jadi manager? Sementara lowongan kerja yang terbuka hanya menjadi room attendant, aku harus bagaimana? Apa aku salah memulai bekerja dari bawah?" tanya Anna pada kedua gadis yang melaporkan gosip tentangnya itu.
"Ya sih, tapi harusnya Kak Anna menunggu aja, kalau-kalau ada lowongan sebagai staf manajemen hotel. Jadi Kak Anna nggak memulai dari bawah sekali," usul Cindy.
"Aku mau menunggu Cindy, tapi perutku nggak bisa menunggu. Harus diisi minimal satu kali sehari, jika aku nggak kerja gimana aku mengisi perutku? Aku mau tanya, apa kalian keberatan aku bekerja di sini? Apa gelarku mengganggu kalian? Kalau iya, aku akan keluar," ucap Anna.
"Haah, nggak Kak! Jangan! Kami senang kok Kak Anna kerja di sini. Kami sayang Kak Anna!" seru kedua gadis itu sambil memeluk Anna dari samping kiri dan kanannya.
"Aku nggak peduli dengan pemikiran mereka. Aku nggak peduli digosipkan seperti apapun oleh mereka, tapi aku sedih jika orang-orang yang aku sayangi, benci padaku dan merasa terganggu oleh kehadiranku. Jika seperti itu aku nggak akan bisa bekerja. Lebih baik aku pergi aja …."
"Nggak Kak! Jangan! Maafkan kami. Kami nggak benci Kak Anna kok. Kami justru benci mereka. Aku nggak suka mereka gosipkan Kak Anna terus," jawab Desi yang disusul anggukan kuat oleh Cindy.
"Kalau begitu jangan dengarkan gosip mereka. Kerja aja yang serius. Nggak perlu kecil hati dengar gosip-gosip mereka. Asalkan kita nggak berbuat salah. Jangan pikirkan hal yang nggak penting," ucap Anna tegas dan kedua gadis itu mengangguk kuat.
Tak lama kemudian mereka dipanggil untuk berkumpul. Semua room attendant harus mengikuti morning briefing yang dipimpin oleh supervisor. Setelah memperoleh pengarahan terkait kegiatan hotel, para room attendant pergi ke section masing-masing.
Anna dan yang lainnya segera persiapkan trolley dengan perlengkapan yang dibutuhkan untuk setiap kamar. Memastikan status kamar sesuai dengan sistem komputer dengan tujuan untuk memeriksa laundry tamu. Selain itu mereka juga memeriksa kamar dengan tanda service atau DND sebagai laporan untuk room discrepancy.
"Kami duluan ya Kak," ucap Cindy pada Anna.
Gadis cantik itu mengangguk pada Cindy dan Desi. Semua room attendant telah siap melakukan tugas pembersihan kamar. Biasanya dimulai dari kamar-kamar dengan tanda make up room begitulah rutinitas mereka sehari-hari.
Pagi itu, Anna mendorong trolley ke dalam lift untuk kembali ke section. Setelah menyelesaikan kamar-kamar yang menjadi tanggung jawabnya. Terkadang room attendant harus melakukan tugas seorang diri. Terkadang diperlukan dua orang untuk kamar dengan ruangan yang lebih luas dan kelas yang lebih tinggi.
"Aku bisa bantu ambilkan itu, jika kamu tidak keberatan."
Anna kaget dari lamunannya. Seseorang sedang bicara padanya. Anna sontak menoleh ke arah samping. Seorang pria tampan berdiri di sebelahnya sambil tersenyum. Menyadari dirinya yang termenung saat di dalam lift, gadis itu langsung bertanya pada pria itu dengan ekspresi tak mengerti.
"Ya, ada apa Tuan?" tanya Anna.
"Itu!" tunjuk laki-laki itu dengan matanya.
Pandangan mata Anna mengikuti arah tatapan mata laki-laki itu. Terlihat sebuah kamper menggelinding tepat di bawah roknya. Anna langsung tersenyum salah tingkah.
"Oh tidak usah Tuan, biar aku aja yang ambil," ucap Anna langsung meraih kamper itu dan menaruhnya di atas trolley.
"Kalau kerja itu jangan sambil melamun," ucap pria tampan itu.
"Iya Tuan, maaf. Ngomong-ngomong apa Tuan bekerja di sini?" tanya Anna.
"Nggak, aku baru saja kunjungi seorang teman di hotel ini," jawabnya.
"Oh," ucap Anna sambil mengangguk.
Denting bunyi lift sontak membuat keduanya kaget. Serentak keduanya menatap angka pada indikator gerbong lift. Pria itu tersenyum lalu melangkah keluar dari lift setelah dibalas anggukan hormat oleh Anna. Pria tampan itu melangkah di lantai satu menuju lobby hotel. Anna hembuskan nafas panjang sambil menatap punggung laki-laki tampan itu sebelum pintu lift tertutup kembali.
Orang-orang yang beruntung. Dilahirkan dari keluarga kaya. Disambut dengan hormat oleh semua orang. Apa mungkin aku bisa merasakan itu sebelum aku mati? Tanya Anna dalam hati.
Tak ada yang bisa menjawabnya hingga pintu lift kembali terbuka dan Anna pun melangkah keluar lift. Anna hembuskan nafas panjang teringat kehidupannya yang berat. Dengan melangkah perlahan, Anna kembali ke section-nya.
"Apa kalian dengar kalau putra pemilik hotel sedang menginap di hotel ini?" tanya seorang room attendant pada yang lainnya.
"Aku dengar orangnya sangat tampan, oh ya ampun, aku penasaran, tapi di ruangan mana yaa dia menginap?" tanya room attendant yang lain.
"Pastilah kamar terbaik di hotel ini. Tapi … hotel ini bukan hotel terbaik milik mereka, kenapa memilih menginap di hotel ini?" tanya Wati. Anna hanya duduk mendengar pembicaraan para room attendant itu. Beristirahat sambil memijat-mijat bahu dan lengannya.
"Mungkin ingin melarikan diri dari masalah. Aku dengar dia memang hobi pindah-pindah, menginap dari satu hotel ke hotel yang lain," jawab Deswita.
"Wah enak banget hidupnya, benar-benar seperti pangeran …."
"Pangeran yang nggak bertanggung jawab," ucap room attendant itu sambil tertawa.
"Kok seperti itu?"
"Ya, udah dewasa tapi masih aja begitu. Belum mau memikul tanggung jawab terhadap bisnis keluarganya. Kerjanya cuma mabuk, mabuk dan mabuk, lari, lari dan lari," jelas room attendant yang lebih tahu tentang itu.
"Nggak apa-apalah kalau punya duit banyak. Kerjanya cuma nikmati hidup," ujar Wati.
Anna tersenyum mendengar obrolan ketiga room attendant itu. Lalu tertunduk memikirkan nasibnya sendiri. Kebanyakan orang harus bekerja keras hanya untuk menikmati sesuap nasi. Sementara bagi yang lainnya, hanya bersantai menghabiskan harta dan waktu. Namun, uang tetap mengalir ke rekening mereka.
Tidak ingin iri, tapi apa yang diceritakan ketiga orang itu membuat Anna merasakan betapa tak adilnya dunia. Namun, setelah memikirkan keluarganya. Ayah dan ibunya. Anna tetap bersyukur. Meski terlahir dari keluarga miskin, Anna tetap bersyukur memiliki kedua orang tua itu.
Rutinitas sebagai room attendant dijalani Anna dengan sepenuh hati. Meski sehari-hari mengerjakan tugas yang berat dengan tingkat cedera yang cukup tinggi. Karena pekerjaan itu menuntut fisik dengan sifat pekerjaan yang sensitif terhadap waktu. Belum lagi resiko menghadapi pelecehan dan penyerangan seksual karena harus bekerja seorang diri di kamar yang disewa oleh orang yang tidak dikenal.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Sering Halu
mantap kakak 👻
2024-11-03
2
Bang Wind
/Heart/
2024-11-03
2