NovelToon NovelToon
Haluan Nadir

Haluan Nadir

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:19.2k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Jodoh adalah takdir dan ketetapan Tuhan yang tidak bisa diubah. Kita tidak tahu, siapa, di mana, dan kapan kita bertemu jodoh. Mungkin, bisa saja berjodoh dengan kematian.

Kisah yang Nadir ditemui. Hafsah Nafisah dinikahi oleh Rashdan, seorang ustaz muda yang kental akan agama Islam. Hafsah dijadikan sebagai istri kedua. Bukan cinta yang mendasari hubungan itu, tetapi sebuah mimpi yang sama-sama hadir di sepertiga malam mereka.

Menjadi istri kedua bertolak belakang dengan prinsipnya, membuat Hafsah terus berpikir untuk lepas dalam ikatan pernikahan itu karena tidak ingin menyakiti hatinya dan hati istri pertama suaminya itu. Ia tidak percaya dengan keadilan dalam berpoligami.

Mampukah Hafsah melepaskan dirinya dari hubungan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengapa Aku Merasa ....

🍃🍃🍃

Semakin ke sini, sudah tiga hari terhitung sejak makan malam, sejak wanita itu tinggal di kediaman itu bersama Hafsah dan Rashdan, tampak kondisinya semakin memburuk. Hafsah mulai mencurigai penyakit yang dialami Halma saat, ia merasa itu bukan hanya demam biasa seperti yang mereka katakan.

Dari pintu kamar Halma yang sedikit terbuka, Hafsah memperhatikan Rashdan merawat wanita itu dengan penuh perhatian, tidak mengabaikannya sedikitpun, bahkan rela menolak kajian yang melibatkan pria itu.

“Kita ke rumah sakit sekarang. Kamu harus segera dirawat,” ucap Rashdan.

“Tidak perlu. Dokter bilang cukup minum obat-obat seperti biasa,” tolak Halma.

Hafsah mengetuk pintu kamar itu. Mereka mengarahkan pandangan ke pintu, menatap Hafsah dalam diam yang memasuki kamar dan berdiri di samping Rashdan yang duduk di tepi kasur.

“Ustaz Rashdan benar. Sebaiknya Mbak dirawat di rumah sakit,” ucap Hafsah sambil memperhatikan wajah pucat Halma, membuatnya yakin wanita itu tengah mengidap penyakit parah.

Halma diam dan mengalihkan pandangan kepada Rashdan yang menatapnya dengan sorot mata khawatir. Halma tidak ingin mengorek rasa penasaran Hafsah terhadap kondisi tubuhnya. Jadi, ia mengikuti perintah kedua orang yang ada di sampingnya.

***

Halma dibawa masuk ke ruang darurat menggunakan kursi roda. Dokter paruh baya dengan label nama Dr. Syarifah memasuki ruangan itu. Rashdan berdiri di sisi lain kasur yang ditiduri Halma, memperhatikan dokter wanita paruh baya itu memeriksa kondisi Halma.

“Halma,” panggil Syarifah.

Kedua wanita itu saling mantap, sorot mata mereka tampak berkomunikasi. Syarifah diam dan melanjutkan menangani Halma dengan memasang infus di tangan wanita itu.

"Bisa keluar sebentar, Ustaz?" tanya Syarifah yang sudah akrab dengan pria itu.

Rashdan menganggukkan kepala dan keluar dari ruangan itu.

Selagi menunggu di luar, Hafsah datang ke rumah sakit setelah menitipkan Husein di rumah mertuanya. Gadis itu menghampiri Rashdan, mempertanyakan kondisi Halma dengan wajah cemas tergambar di wajahnya.

"Dokter masih memeriksanya di dalam. Husein di mana?"

"Di rumah Umma."

"Kamu memberitahu mereka mengenai kondisi Halma?"

"Iya."

Rashdan manggut-manggut dan duduk di bangku tunggu di depan ruangan itu, berusaha menenangkan perasaannya dengan berdzikir dan berdoa demi kebaikan Halma. Hafsah duduk di sampingnya, dengan tulus gadis itu berdoa di dalam hati untuk kesembuhan wanita itu.

Sekitar sepuluh menit mereka duduk, Mur datang menghampiri Rashdan. Sebenarnya pria itu berada di luar rumah sakit, Hafsah diantar olehnya ke tempat itu.

"Ustaz. Ustaz Hanafi tadi menelepon. Dia bilang ada Ustaz Ghani membawa surat untuk meresmikan donasi yang diberikannya.”

Kedua tangan Rashdan meraba saku kemejanya. Gawai tidak ditemukannya dan sadar tertinggal di rumah.

"Kapan mereka sampai?" tanya Rashdan, mulai bingung.

“Baru saja.”

Rashdan diam sesaat, bingung, tetap tinggal atau kembali dulu ke pesantren? Pria itu menoleh ke arah Hafsah, menatap gadis itu sesaat, dan menganggukkan kepala sambil mengarahkan pandangan kepada Mur.

“Pak Mur di sini saja, temani Hafsah. Jika terjadi sesuatu, Pak Mur segera hubungi saya,” ucap Rashdan.

Tangan kanan Hafsah digenggam Rashdan tiba-tiba, digandeng, dan diajak meninggalkan rumah sakit. Gadis itu tercengang sesaat karena baru sampai di sana dan diajak meninggalkan tempat itu.

“Aku di sini saja,” ucap Hafsah dengan kaki terus berjalan mengikuti langkah Rashdan.

“Biarkan Pak Mur saja. Kamu pulang bersamaku,” balas Rashdan, berbicara tanpa memberhentikan langkah kakinya.

Sesekali Hafsah menoleh ke belakang, menatap pintu ruangan di mana Halma berada dengan wajah sedih. Mur memperhatikan mereka, memaklumi tingkah Rashdan karena pria itu cukup tahu semua masalah yang terjadi di keluarga majikannya itu.

Gadis itu diboyong sampai ke mobil. Rashdan mengantar Hafsah sampai duduk di dalam mobil, memakaikan sabuk pengaman ke tubuh Hafsah, dan menutup pintu mobil. Tingkahnya menarik kebingungan di benak Hafsah.

“Mengapa aku merasa ….” Hafsah menggantungkan perkataan dengan mata menyipit menatap Rashdan yang baru duduk di bangku setir.

“Jaga Husein. Biar Umma yang ke rumah sakit. Umma lebih tahu Halma,” ucap Rashdan.

Kunci mobil diputar, mesin dinyalakan, dan transportasi beroda empat itu dikemudikan Rashdan dengan kelanjutan sedang menuju kediaman kedua orang tuanya.

***

Bibir Hafsah menyenandungkan sebuah lagu islami sambil menepuk punggung Husein dalam kondisi mulut sesekali menguap dan mata remang-remang menahan kantuk. Bocah yang ia andukan berbaring memeluk tubuhnya dalam tidur yang tampak lelap menunjukkan wajah polos tak berdosa.

Kedua mata yang sejak tadi sudah berat ingin mengatup akhirnya terkatup juga. Suara pintu dibuka terdengar dan kembali menarik sadar Hafsah, pandangan diarahkan ke pintu. Rashdan memasuki kamar dengan langkah loyo. Pria itu duduk di tepi kasur dan diam dengan wajah sedih tergambar.

“Ustaz …!” panggil Hafsah.

Pria itu tidak mendengar panggilan Hafsah. Bukan karena sengaja, pikirannya melayang memikirkan Halma. Hafsah

Rashdan didekati Hafsah dengan beringsut kecil, muncul dari belakang, dan duduk di sisi kanan pria itu. Diperhatikan wajah Rashdan oleh gadis itu dan tampak kedua mata indah suaminya itu berkaca-kaca, juga terlihat sisa hujan air mata di pipinya.

“Ustaz kenapa?” tanya Hafsah dengan suara kecil.

Kehadiran Hafsah membuat Rashdan sontak kaget. Dada dielus beberapa detik sambil menenangkan hati dan berusaha menyembunyikan kesedihan dengan senyuman.

“Ustaz tidak bisa membohongiku. Senyuman itu tidak mempan, Ustaz,” ucap Hafsah, sangat tahu.

Rashdan memeluk gadis itu dan menangis. Keresahan yang menjenuhkan hatinya ditumpahkan dalam tangis sambil memeluk Hafsah dengan kepikan yang cukup erat. Hafsah diam membeku beberapa detik karena kaget. Perlahan tubuh gadis itu rileks dan membalas pelukan Rashdan, bahkan menepuk pelan punggung pria itu.

Pelukan itu bertahan setengah jam sampai kedua tangan Rashdan jatuh ke kasur, tertidur dalam pelukan Hafsah seperti anak kecil. Kepala ditolehkan Hafsah ke arah kiri, di mana kepala suaminya itu berada.

“Kasihan sekali. Masalah apa sebenarnya yang hadapi Ustaz Rashdan sampai begini?” Hafsah merasa penasaran dibalik rasa prihatinnya.

Tubuh Rashdan dibaringkan di samping Husein. Kemudian, diselimuti dengan selimut yang juga menyelimuti bocah laki-laki itu. Sejenak Hafsah berdiri tegak pinggang di samping kasur sambil memperhatikan wajah ayah dan anak itu yang cukup mirip. Senyuman ringan terukir di bibir Hafsah, menyelipkan sedikit imajinasi di benaknya, membayangkan memiliki kedua tubuh itu sendirian. Pasti betapa bahagia hidupnya bagiannya.

Kembali Hafsah duduk di tepi kasur dan menghapus air mata yang belum kering di bawah mata Rashdan. Gadis itu mengecup dahi sang suami dan kembali menatap wajah pria itu. Setelah itu, beranjak Hafsah beralih posisi di sisi lain Husein berada. Ia ikut membaringkan badan dan ikut menikmati hangatnya selimut tebal yang menghangatkan itu. Sebelum memejamkan mata, Hafsah menatap wajah kedua teman yang satu kasur dengannya itu.

1
Sri Atun
bagus cerita nya lanjut
Ig: Mywindersone: Ditunggu...!
🥰🥰
total 1 replies
Sri Atun
seru... lanjut dong
Sri Atun
bagus lanjut
Fitri Nur Hidayati
jangan2 memang benar rashdan. bisa saja kan. semoga masih saling ingat.
Fitri Nur Hidayati
jangan ada orang ke-3 y thor. aku kok g ikhlas gitu, biar mereka terlibat poligami g usah ada pelakor
Sofian
lama ya tor up nya
Sofian
lama ya baru up lagi,lagi penasaran jga🫢
Fitri Nur Hidayati
iya pak syahril. kalo mau pisah beneran ka nunggu debay nya lahir dulu.
Fitri Nur Hidayati
lanjut thor
Baiq Susy Meilawati Syukrin
semangat ya thoor , cerita keren....💪
Hilda Hayati
lanjut thor
Baiq Susy Meilawati Syukrin
hmmmm...ribet bet bet.,.🤦🤦🤦
Hilda Hayati
jangan lama2 min kelanjutannya keburu lupa alurnya
Hilda Hayati
keren ceritanya, islami, biin penasaran.
Hilda Hayati
kapan kelanjutannya min, penasaran gmana jadinya hub mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!