Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
How
Satu hari? Tidak, butuh seminggu untuk memulihkan bahunya yang sempat cidera. Selama itu juga sang pinguin makan dengan gembira. Libur dari aktivitasnya sebagai ojek keliling maupun mahasiswa.
Tidak mengetahui hal apa yang terjadi di luar sana.
*
Wira menghela napas melakukan peregangan. Satu? Tentu saja tidak ada suara rintihan dari beberapa orang dalam gudang terbengkalai.
Bukti? Tidak ada bukti sama sekali. Hanya mendapatkan informasi dari beberapa sumber, Wira dapat mengetahui kelompok preman bayaran mana yang disewa untuk melukai putrinya.
Mantan tentara, anggota pasukan khusus elite itu hanya menghela napas. Tidak menemukan jejak sama sekali, siapa sebenarnya yang menaruh dendam pada putrinya yang lucu. Si penyewa hanya datang sekali, dengan indentitas palsu penyebabnya.
Tapi, setelah peristiwa ini. Dirinya benar-benar yakin, tidak akan ada orang yang berani menerima bayaran untuk mengancam nyawa putrinya lagi.
"Ingat, sebarkan pada sesama makhluk-makhluk seperti kalian. Jangan pernah mengganggu Fionaku yang lucu. Jika sampai sedikit saja putriku terluka. Kalian akan habis." Sebuah ancaman tidak main-main, aura membunuh yang pekat.
Hanya suara rintihan yang terdengar. Satupun dari mereka tidak ada yang dapat menyahut.
Wira melempar balok kayu ke sembarang arah. Kembali melangkah menggunakan celana pendeknya. Cukup jauh, keluar dari gang, mengingat motornya diparkir dekat minimarket Betamart.
Hingga langkahnya terhenti di depan pedagang martabak telur.
"Fiona dan Fabio menyukai martabak telur." Wira menghela napas kasar, merogoh sakunya. Uang di sakunya tidak cukup jika untuk membeli martabak spesial.
Karena itu.
"Bang! Tolong bungkuskan dua martabak telur." Ucap Wira penuh senyuman, duduk di kursi plastik. Memakan sebungkus gorengan yang baru dibelinya dari pedagang sebelah.
Hingga suara mobil tiba-tiba terdengar. Ada tiga mobil yang dipenuhi dengan pengawal menuju gang tempat gudang itu berada.
Wira hanya sedikit melirik. Kemudian kembali makan, apa itu orang yang menyewa sang perampok? Tapi tidak! Jika sekaya itu untuk apa menyewa preman. Lebih efektif menyewa tentara bayaran.
"Keren! Seperti film Bollywood...eh salah Hollywood." Teriak seorang pemuda yang baru saja keluar dari gang. Menarik resleting nya mungkin karena pipis sembarangan.
"Film Hollywood apa?" Tanya sang penjual martabak, pada putranya. Tangannya masih cekatan membutakan martabak pesanan Wira.
"Tadi, tiga mobil tadi isinya orang-orang berjas hitam. Ada yang naik menggunakan tali. Ada juga yang melompat seperti ninja ke atas atap memasang senapan. Gudang pabrik plastik di kepung. Pintu depannya didobrak." Ucap sang remaja SMP antusias.
"Wah keren!" Ucap Wira manggut-manggut, seperti bapak-bapak rumahan pada umumnya. Tapi dalam otaknya memastikan, tiga mobil yang memasuki gang bukan mobil orang yang hendak melukai putrinya. Mungkin para preman itu, menbuat masalah lain dengan anak konglomerat 7 tanjakan 8 tikungan. Entahlah.
"Iya! Tapi, waktu mereka masuk. Orang-orang didalam sudah sekarat. Jadi tidak ada pertarungan." Sang anak menghela napas kasar. Bersamaan dengan beberapa mobil ambulance melewati jalanan.
"Jangan berfikir bertarung terus! Di dunia ini ada yang lebih seru dibandingkan dengan pertarungan menghadapi monster dalam game." Ucap Wira memakan gorengannya.
"Pertarungan apa paman?" Tanya anak penjual martabak.
"Pertarungan menghadapi kenyataan hidup." Wira terkekeh, sama dengan pedagang gorengan yang juga tertawa. Sedangkan anak pedagang martabak hanya dapat menghela napas mendengarkan jokes ala bapak-bapak.
*
Tapi apa yang sebenarnya terjadi? Beberapa mobil berhenti tepat di depan gudang yang berada dalam gang. Orang-orang berjas lengkap dengan senjatanya keluar dari dalam mobil.
Bersama dengan itu, seorang pria keluar dari dalam mobil. Matanya mengamati, orang-orang yang hendak melukai calon menantunya.
Calon menantu? Seperti kata istrinya. Mungkin, mungkin saja, putra tunggal mereka dapat melupakan tunangannya.
Willem Alexander Neil Andreas, itulah namanya. Ayah dari Ryu Dean, seorang pria yang tidak lagi muda, mungkin dapat dikatakan berusia awal 40-an. Walaupun tampangnya tidak mencerminkan usianya. Wajah yang mirip dengan Ryu Dean, mungkin orang yang melihatnya sepintas akan mengira ini adalah kakak dari seorang Ryu Dean.
Tapi tidak! Menghela napas kasar. Pria yang melemparkan jasnya ke dalam mobil itu menghela napas kasar. Menghubungi seseorang menggunakan bahasa asing mengingat jadwal kerjanya yang padat. Wajah rupawan, dengan model rambut menawan.
"Tuan, maaf...ada orang yang sudah membereskan mereka." Ucap salah seorang dari pria berjas pada Neil.
"Interogasi mereka, siapa orang yang berniat melukai gadis bernama Fiona." Perintah Neil, kembali memasuki mobilnya. Mengetahui investigasi tentang hal ini sudah pasti akan memakan waktu lama.
"Baik Tuan..." Jawaban dari pria berjas hitam.
Sedangkan Neil? Dirinya memutuskan pergi diantar oleh supir pribadi. Matanya sedikit melirik ke gerombolan penjual makanan gerobak di bahu jalan. Ada beberapa warga yang berbicara di tempat tersebut.
Hal yang tidak begitu diperhatikan olehnya. Kembali konsentrasi pada pekerjaannya. Membiarkan orang-orang sewaan dan pengawalnya mengatasi segalanya.
Tapi rasa penasaran ada dalam benaknya. Siapa orang yang sudah melumpuhkan orang-orang yang melukai wanita idaman putranya?
Ini semakin menarik saja.
Sedangkan setelah membayar kedua bungkus martabak, Wira mulai kembali melangkah menuju Betamart. Kemudian melajukan motor matic nya.
Wira sama sekali tidak mengerti, mengapa putrinya selalu berakhir ditolak dan patah hati. Apa kurangnya Fiona, lumayan cantik, pintar, baik, dan manis. Tapi tidak cukup anak pemilik kedai bakso, bahkan seorang security menolak putrinya.
Berbeda dengan Fabio yang selalu dikejar-kejar para gadis sekitar tempat tinggal mereka.
"Dasar anak-anak bau kencur!" Gumam Wira, memegang kalimat dalam hatinya. Dirinya benar-benar dendam pada pria-pria yang menolak putrinya.
Menghela napas kasar, waktu masih panjang. Putrinya akan menemukan pria yang mencintainya. Pastinya tidak boleh security congkak itu sama sekali. Ingat! Status teman akan menjadi batasan selamanya dalam otak Wira.
Ayah pinguin yang Protektif? Itulah dirinya. Seperti pinguin hanya rupa luarnya. Aslinya? Dirinya pinguin yang memegang tombol kendali bom atom, bazoka, bahkan teng. Kita anggap saja begitu.
*
Setelah seminggu pada akhirnya Fiona membali kuliah. Seperti biasanya juga, dirinya dan Yudha makan siang bersama di kedai bakso depan kampus.
Ingat! Ini bukan kencan. Ini hanya Yudha yang ingin mentraktir Fiona, atas keberhasilannya semakin dekat dengan Almira.
"Jadi kalian video call?" Tanya Fiona antusias. Dirinya sudah terbiasa dengan status teman. Walaupun sakit, tapi perlahan akan terbiasa. Kak security yang gantengnya kelewatan bukanlah jodohnya. Cuma mesin penghasil bakso baginya.
"Benar! Dia bahkan ingin aku memamerkan otot-ototku." Yudha menghela napas merasa tidak nyaman dengan permintaan Almira.
"Lalu kamu video call sambil buka baju?" Tanya Fiona, mengunyah bakso, makan dengan cepat.
"Tidak, ini aneh dan menaklukkan. Almira membuka pakaiannya, kemudian dia memainkan---" Kalimat Yudha terhenti, Fiona menyelanya.
"Kalian, teman, pacar, atau suami istri? Kenapa melakukan panggilan video yang...haaah..." Fiona bergidik heran. Tapi yang jelas makanan, menghibur hatinya yang terluka. Karena kak security lebih mencintai burung merak yang indah, dibandingkan dengan pinguin.
"Aku menutup panggilan. Tidak mengerti sama sekali harus bagaimana." Ucap Yudha, yang malah tidak napsu sama sekali. Walaupun sudah melihat Almira tanpa pakaian, lewat sambungan video call.
"Apanya yang bagaimana?" Tanya Fiona, menikmati ice coffe.
"Dia ingin bertemu denganku di penginapan." Jawaban dari sang perjaka tanggung.
Perrth!
Seketika itu juga, siluman pesugihan bakso ini (Yudha) disembur menggunakan kopi.
"Gila! Kamu mau ekhm... ekhm...!?" Tanya Fiona, antusias.
"Iya! Eh tidak! Aku tidak pernah membayangkan melakukan itu dengan Almira." Ucap Yudha, dirinya tidak mengetahui sama sekali. Pesan yang dikirimkan sebagai Ryu Dean hanya dibalas sesekali. Tapi dengan identitas Yudha malah seperti ini.
Bingung... bukankah dirinya seharusnya bahagia Almira jatuh cinta padanya?
"Kak security. Kalau bingung begitu, kenapa tidak sekalian lamar saja saat di penginapan." Sebuah saran dari Fiona sebagai teman."Walaupun acara pernikahannya sederhana. Tapi setidaknya kalian memiliki status sebelum melakukannya."
"Benar! Kamu memang paling mengerti tentangku." Pemuda itu mengacak-acak rambut Fiona.
Tidak menyadari, bagaimana sakitnya penghinaan dan penolakan.
Bagaimana kala dirinya memayungi wanita lain. Tapi ada wanita di belakangnya yang rela kehujanan, hanya untuk memayungi dirinya.
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...