Hubungan asmaranya tak seindah kehidupannya. Hatinya sudah mati rasa karena selalu dipermainkan oleh para pria. Namun, seorang pria yang baru pertama kali ia jumpai malah membuat hatinya berdebar. Akankah Violet membuka hatinya kembali?
Sayangnya pria yang membuat hatinya berdebar itu ternyata adalah pria yang menyebalkan dan kurang ajar. Gelar 'berwibawa' tidaklah mencerminkan kepribadian si pria ketika bersamanya.
"Kau hanyalah gadis manja, jangan coba-coba untuk membuatku kesal atau kau akan tau akibatnya." — Atlas Brixton Forrester.
****
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
...Sebelum membaca wajib LIKE! ☺️...
...***...
"Charles?!"
"Hai, darling..." Pria itu tersenyum lebar, lalu mengambil tempat duduk di depan Violet.
"Tenang... Aku tidak akan mengganggumu," lanjutnya.
Charles, dia adalah salah satu mantan Violet, yang terakhir dan yang paling tua. Charles adalah guru olahraga yang beberapa hari lalu mengobrol dengan Atlas.
Violet tak lagi makan, dia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, matanya menatap malas ke arah Charles. Mood nya seketika anjlok karena kehadiran pria itu.
"Ternyata kau cukup percaya diri setelah dulu kau memoroti ku habis-habisan." Oke, ini mungkin terdengar berlebihan, tapi faktanya Charles memang seperti itu.
"Itu masa lalu, tidak perlu dibahas," balas Charles. Dia sangat terlihat santai seolah tak ada beban, Violet yang malah kesal dan muak.
"Jangan ganggu aku, pergi sana," usir Violet.
"Aku pelanggan mu di sini, harusnya kau melayani aku." Charles menaik-turunkan alisnya.
"Cih, tidak sudi." Violet beranjak dari duduknya dan mengambil tasnya. Sebelum pergi dia berkata, "Jaga batasan mu, kita sudah tidak ada hubungan, jangan sok akrab, pria pelit!"
Charles terkekeh kecil sambil melihat punggung Violet yang semakin menjauh. Tujuannya datang kemari sebenarnya hanya ingin melihat mantannya itu, bukan untuk makan. Mereka memang sudah putus, tapi Charles masih memiliki perasaan pada Violet walaupun sedikit. Padahal dia sendiri yang memutuskan hubungan mereka, ah, dia terlihat bejat sekali, bukan?
"Apakah aku harus berjuang lagi?" gumamnya sambil tersenyum.
Sifat Violet yang acuh seperti tadi membuatnya tertantang untuk mendapatkan hati si gadis, 'lagi'.
****
"Apa-apaan dia itu?! Kenapa berani sekali memunculkan wajah jeleknya di hadapanku?!" Violet berdecih. Wajah menyebalkan Charles membuat kepalanya pening.
Alih-alih ke ruangannya, Violet memilih pulang. Ketika hendak membuka pintu mobil, suara deheman seseorang mengagetkan Violet.
"Ekhem..."
"Kau?!"
"Kau mengingatku?"
Violet berdecak keras. Dia juga menghela nafas kasar. Setelah tadi dihadapkan oleh pria tua yang pelit, kini dia kembali dihadapkan pria tua yang menyebalkan, si Atlas Forrester.
"Kau bekerja di sini? Sebagai pelayan?" tanya Atlas dengan wajah tanpa dosa.
"Apakah wajahku cocok untuk menjadi pelayan? Aku lebih cocok menjadi princess!" balas Violet.
Atlas mengamati bangunan restoran itu dengan tatapan menilai. "Seorang princess juga bisa menjadi pelayan," katanya semakin memancing emosi Violet.
Kemanakah perginya sikap dingin seorang Atlas Forrester?
"Kau benar-benar pria tua menyebalkan! Pergi sana! Restoranku tidak menerima pelanggan sepertimu!"
"Violetta."
Deg!
Violet terdiam kaku. Itu seperti suara daddy nya! Dengan perlahan dia berbalik untuk melihat apakah itu benar-benar daddynya atau hanya khayalannya saja.
"Jadi, seperti ini tingkah mu kalau di belakang Daddy?" Daxton menatap datar putrinya. Di sehabis memarkirkan mobil di tempat lain. Tujuannya datang adalah untuk mengajak Atlas makan malam di restoran putrinya, tapi dia malah mendengar kata-kata tak layak yang keluar dari mulut Violet.
"D-daddy... A-aku tidak bermaksud —"
"Daddy sudah dengar semuanya." Daxton memotong ucapan Violet, hal itu membuat Violet terdiam.
Di belakang Violet, Atlas menahan senyumnya. Senyum kemenangannya. Puas sekali melihat Violet tak berkutik.
"Ikut Daddy makan malam bersama Atlas," ucap Daxton.
"Dad, aku sudah kenyang, bukankah Daddy juga sudah makan malam tadi? Apa karena demi pria ini Daddy jadi—"
"Violet," tegur Daxton.
Ck! Kenapa Daddy terus menyalahkan aku! Ini semua gara-gara pria tua yang menyebalkan itu! Batin Violet.
"Ayo masuk." Daxton mengajak Atlas untuk masuk ke dalam, dia juga mengode Violet agar mengikutinya.
Menyebalkan menyebalkan menyebalkan! Violet mendengus pelan. Kalau Daddy tidak ada, sudah dipastikan dia akan menendang pria berkemeja hitam di samping daddy nya itu.
Meski sudah meminta maaf pada Atlas, Violet tetap tidak mau bersikap baik padanya. Katakan saja dia kurang ajar. Sikapnya memang seperti ini, orang tuanya saja yang terlalu menekannya agar bersikap sopan.
Mereka bertiga masuk ke dalam ruang VIP. Lagi, Atlas menatap ruangan itu dengan tatapan menilai. Bukan meremehkan, dia hanya cukup kagum dengan interiornya. Tapi tidak terlalu menunjukkan reaksi yang berlebihan.
Violet duduk di samping daddy nya, dia hanya diam menyantap pudding coklatnya, sedangkan kedua pria yang ada di sana sibuk mengobrol. Violet tidak mau mendengar apapun, dia sedang bad mood sekarang.
"Lain kali, kami akan berkunjung ke rumah mu," ucap Daxton.
"Dengan senang hati saya akan menyambut anda, Tuan," balas Atlas dengan sopan.
Sopan sekali jika bicara dengan Daddy. Kalau denganku, dia selalu menyebalkan! Batin Violet.
"Dad, aku ingin ke toilet sebentar," ucap Violet. Makanannya juga sudah habis.
Daxton mengangguk, "Jangan lama-lama."
"Ya."
Violet berlalu begitu saja tanpa berpamitan pada Atlas, benar-benar kurang ajar.
"Maafkan sikapnya yang keterlaluan," kata Daxton pada Atlas.
"Tidak masalah, aku paham." Atlas tersenyum tipis.
****
"Huh! Aku merasa gerah berada di dekatnya! Dia benar-benar membawa pengaruh negatif!"
Violet mencuci tangannya sambil terus mencibir Atlas.
"Kenapa Daddy mau bekerja sama dengan pria itu? Padahal ada yang lebih baik darinya. Ck! Membosankan! Aku tidak sanggup! Aaa Mommy!" Violet merengek di akhir ucapannya.
"Darling..."
Violet langsung membalikkan badannya dengan cepat.
"Charles?! Kenapa kau ada di sini?!" Buru-buru Violet mengelap tangannya dengan tisu.
"Kurang ajar! Ini toilet wanita! Kenapa kau masuk sembarangan!" gertak Violet, dia mendorong tubuh Charles, tapi pria itu malah menahan bobotnya.
"Keluar, Charles!" bentak Violet. Dia menatap sekelilingnya yang sepi. Tiba-tiba rasa takut melandanya. Charles bukanlah pria baik-baik di matanya.
"Tenanglah, jangan takut, aku hanya—"
"Aku bilang keluar!" bentak Violet lagi. Dia melotot menatap tajam pria di depannya ini.
"Kita perlu bicara, darling..."
"Tidak ada yang perlu dibicarakan, dan berhentilah memanggilku dengan sebutan seperti itu!"
Violet hendak melangkah keluar, namun tangannya dicekal oleh Charles. Tentu saja Violet memberontak bak orang kesetanan.
"Lepaskan aku! Dasar gila!"
"Diam atau orang-orang akan tau kalau kita di sini," ujar Charles.
"TOLONG! SIAPAPUN TOLONG AK — hmmphhhh!"
Mulut Violet ditutup oleh tangan kekar mantannya. Tatapan Charles berubah tajam dan itu semakin membuat Violet sedikit takut.
"Aku bilang diam ya diam," desis pria itu. "Aku hanya ingin bicara denganmu, tapi kau malah seperti orang kesurupan!"
Sialan! Memangnya siapa yang mau berduaan dengannya di toilet?! Wajar kalau aku memberontak! Batin Violet.
"Hmmphhh!" Violet mengeraskan suaranya meskipun tak jelas.
"Violetta!" sentak Charles dan berhasil membuat Violet terdiam.
"Kau mau aku berbuat kasar, hah?!"
"Daswar giwla!"
Brak!
Keduanya sontak menatap ke arah pintu. Seorang pria berdiri di ambang pintu dengan gagahnya. Seketika mata Violet berbinar.
"Atlas?" Perlahan Charles melepaskan dekapannya pada Violet. Buru-buru gadis itu berlari dan bersembunyi di belakang tubuh besar Atlas, bahkan tanpa sadar dia mencengkram kemeja bagian pinggang Atlas.
Atlas melirik Violet sekilas, lalu beralih menatap Charles.
"Apa kau bangkrut? Mengapa berbuat mesum di tempat umum, harusnya kau menyewa hotel." Suara Atlas terdengar datar. Berbeda dengan ucapannya, nafasnya terlihat terengah seolah dia khawatir pada Violet.
"Kurang ajar!" bisik Violet. Dia mencubit pinggang Atlas, namun yang dia rasakan bukan empuk melainkan keras.
Apa ini? Apa dia manusia batu? Batin gadis itu.
Terdengar decakan Charles. Dia melirik Violet yang bersembunyi di belakang Atlas, setelahnya ia langsung pergi dari sana. Ketika Charles melewatinya, Violet berpindah ke samping Atlas, masih tetap memegangi kemeja pria itu. Terlihat seperti anak kecil yang berlindung pada orangtuanya.
"Huftt... Selamat..." Violet menghela nafas lega. Sedetik kemudian dia memasang wajah datar dan menjauh dari Atlas.
"Kurang ajar sekali ucapanmu tadi!" ucap Violet, alisnya menekuk tanda tak suka.
Sebelah alis Atlas terangkat. "Sama-sama," ucapnya, setelah itu dia berbalik meninggalkan Violet yang mengerucutkan bibirnya.
"Terimakasih!" serunya tak ikhlas.
***
Random banget kelakuan mereka😭
kalau ky gitu mlah mirip binaragawan