Vernatha Aira Lexandra atau yang di panggil Natha, dia terlahir kembali.
Di kehidupan sebelumnya, Natha tidak pernah menyangka bahwa adik perempuannya mengambil suaminya dan mengambil semua yang Natha miliki.
Lalu, suami dan adik perempuannya itu yang selalu Natha percayai, mengkhianatinya. Mereka berhubungan di belakang Natha. Mereka juga bekerjasama untuk merebut warisan orang tua Natha sejak lama.
Natha merasa hidupnya selama 27 tahun di permainkan. Di detik-detik sebelum Natha mati, ia di tuntun mereka ke dalam sebuah jurang curam. Suaminya yang selalu Natha cintai dengan tulus, adiknya yang selalu Natha utamakan dalam segala hal, membunuh Natha dengan mendorongnya jatuh sehingga Natha mati di tempat dengan tubuh hancur.
Di sanalah hidup Natha berakhir dengan menyedihkan.
Natha bersumpah untuk membalas dendam.
Saat kelahirannya kembali, Natha mengubah semua takdirnya. Hal paling utama adalah Natha memilih suami pilihan pertamanya yang akan di jodohkan dengannya. Hanya saja dia mengalami cacat dan vegetatif. Pria itu tidak pernah bangun di kehidupan pertama Natha.
Namun suatu hari..
"Apakah kamu yang merawatku?"
Natha menoleh dan melotot kaget melihatnya bangun.
_______
Note;
• Konflik berputar-putar.
• Anti pelakor (Paling cuma pengganggu).
• Terdapat unsur dewasa 18+
• Bagi yang menderita uwuphobia, harap menjauh dari cerita ini!
• Harap Follow author sebelum membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 13
Natha sudah siap dengan seragam sekolahnya. Rambutnya di kuncir kuda sederhana. Rok selutut, baju di masukan, lengan panjang, dasi, kaus kaki putih sampai betis, sepatu putih dan tas kecil biru tua.
Tidak ada make up apapun yang menghiasi Wajahnya. Justru kecantikan alami sangat memancar. Ia hanya memakai bedak tipis agar tidak terlalu kusam. Serta lip balm agar bibir tidak kering.
Setelah siap, Natha melirik tempat tidur yang di tempati Abyan. Dia tersenyum dan mendekat.
"Suami, aku akan pergi ke sekolah dulu," bisiknya seraya terkekeh oleh panggilan yang ia sebutkan.
Natha sudah sarapan, ia juga sudah memberi Abyan sarapan sendiri. Dan tentu saja, Abyan sudah mandi sebelum dia.
Walaupun dalam posisi tidur, Abyan terlihat sangat baik. Pakaian yang Natha pakaian selalu cocok dengan penampilannya. Natha tersenyum melihat karyanya.
"Sampai jumpa. Jangan merindukanku." Natha mencium pipinya seraya terkikik sendiri.
Setelah itu, Natha mulai keluar kamar dan menutup pintu dengan santai. Sebenarnya, waktu masih terlalu pagi. Namun, Natha terlalu bersemangat.
Saat menuruni tangga, Natha sempat melirik ruang makan yang sedang di sajikan para pembantu. Belum ada siapapun.
Alasan inilah yang membuat Natha berangkat pagi. Ia tak ingin bertemu anggota keluarga ini di rumah itu. Apalagi Briyan. Jika saja Natha berangkat agak siang, ia akan berpapasan atau melewati ruang makan mereka. Natha malas berbasa-basi.
"Apakah Nona tidak makan dahulu?"
Pertanyaan seseorang membuat Natha menoleh. Ia mendapati kepala pelayan.
Kepala pelayan merupakan seorang wanita paruh baya. Wajahnya sangat ramah, namun jika dalam masalah pekerjaan, dia sangat tegas. Natha sedikit mengagumi sikapnya.
"Eum, tidak. Aku sudah makan. Jadi, aku akan langsung berangkat," jawab Natha dengan sopan.
Kepala pelayan--Elen, mengangguk mengerti, "Kalau begitu, hati-hati di jalan, Nona."
Natha mengangguk seraya tersenyum ramah. Lalu, ia melanjutkan langkahnya keluar rumah.
Albert sudah menyiapkan mobil dan supir khusus untuknya. Natha menjadi lebih santai. Natha menyapa sopir itu, lalu membuka pintu dan duduk di belakang.
Mobil mulai berjalan dengan kecepatan rata-rata. Natha sedikit menurunkan jendela, membiarkan semilir angin masuk. Udaranya sangat sejuk karena cuaca masih pagi. Embun menutupi jendela, sedikit mengaburkan penglihatan. Natha menyentuhnya, namun tak tersentuh. Karena, embun menempel di luar jendela.
Ia hanya membuat huruf acak dengan jari telunjuknya di jendela. Natha melakukan hal-hal kecil, namun terasa menyenangkan baginya
15 menit kemudian, mobil sport itu tiba di sebuah gerbang sekolah. Natha mengamati gedung sekolah besar itu. Dia sedikit merindukannya. Namun, tersimpan banyak kenangan pahit masa lalu, di sekolah ini.
Sekarang, Natha akan mengubahnya. Mencoba sesuatu yang baru.
Setelah mengamati beberapa saat, dia keluar mobil.
"Terima kasih, Pak," ucap Natha yang di angguki dan senyum sopan supir itu.
Natha mulai melangkahkan kakinya menuju ke dalam gerbang.
Natha sudah sangat familier dengan Sekolah ini. Letak, suasana, semuanya terasa akrab baginya.
Tidak sedikit orang yang melirik ke arahnya. Karena Natha merupakan ratu sekolah sebelum reputasinya hancur.
Natha merupakan murid kesayangan semua guru karena kepintaran serta kecerdasannya. Nhita tidak jauh beda. Namun kepopuleran Natha lebih luas. Apalagi, ciri-ciri Natha sangat jelas. Beda jauh dengan Nhita yang selalu bermake up tebal.
Ia dan Nhita berbeda kelas. Itu sangat bagus untuknya.
Saat ini reputasinya masih sangat baik. Natha menjadi santai dan tidak perlu nenghindar dari pandangan orang lain. Mata mereka terlihat berkilat kekaguman, bukan kebencian atau rasa jijik.
Natha membalas sapaan siapapun yang menyapanya. Tampang polosnya tak ayal membuat siapapun yang melihatnya gemas. Terlihat imut.
"Natha!"
Ketika akan memasuki kelasnya, panggilan seseorang membuat langkah Natha terhenti.
Natha menoleh ke belakang. Ia mendapati seorang lelaki jangkung, kulit putih, matanya terlihat cerah, bibirnya tersungging senyuman manis.
Dia adalah Aksa Davie Livian.
Aksa bisa di bilang cukup populer di kalangan para gadis. Sikapnya yang selalu aktif dan ramah membuat siapapun nyaman.
Hubungan Aksa dengan Natha tidak terlalu dekat, namun jika di bandingkan antara lelaki lainnya, bisa di bilang Aksa lebih dekat dengan Natha.
Aksa selalu berinsiatif mendekati Natha. Walaupun Natha selalu menghindar, Aksa tidak menyerah.
Natha tidak mempunyai teman di masa lalunya. Hanya Nhita dan Galen yang paling dekat dengannya.
Adapun Aksa, tidak ada yang tidak tau bahwa Aksa menyukai Natha. Namun, Natha hanya terfokus pada Galen. Bahkan, tidak sedikit lelaki yang mengakui cinta kepadanya. Namun, tidak pernah Natha memperdulikan.
Sekarang, walaupun Natha tidak versama dengan Galen lagi, Natha tidak akan menanggapi siapapun jika nengakui cinta kepadanya. Namun, Natha akan akan memperluas pertemananya dengan siapapun.
"Ya?" sahutnya ramah.
Senyum Aksa melebar saat mendapat tanggapannya. Biasanya, Natha hanya akan meliriknya tanpa menjawab.
"Sebentar lagi akan ada seleksi bakat di sekolah kita. Kamu akan mendaftar atau tidak? Jika kamu tertarik, aku akan membantumu."
Natha terlihat berfikir.
Setiap dua kali setahun, selalu ada kompetisi bakat. Siapapun dapat nemilih untuk berpatisipasi dalam berbagai penghargaan Internasional.
Saat dulu, Natha memang mengikutinya dan ia berhasil mendapat peringkat yang tertinggi. Namun, Natha hanya ingin membuktikan dirinya sendiri agar di lihat dan di puji Galen. Tapi apa? Galen tidak menghargainya sama sekali. Tanggapan antusiasnya sangat di paksakan. Natha masih mengingat jelas bagaimana wajahnya yang sangat berpura-pura.
Natha mengangguk seraya tersenyum, "Oke."
Natha akan mengikutinya untuk dirinya sendiri. Bukan untuk siapapun. Sekaligus mempertahankan posisi dan reputasinya.
Aksa tidak menyangka Natha menjawab dengan cepat. Apalagi jawabannya sesuai dengan yang ia inginkan. Jadi, dia bertanya lagi untuk memastikan, "Benarkah?!"
Natha hanya mengangguk kembali.
Aksa tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya, "Baiklah. Apa yang bisa aku bantu?"
Natha terkekeh seraya menggeleng pelan, "Tidak perlu."
Aksa terpesona dengan kekehannya. Dengan cepat memulihkan wajahnya. Telinganya memerah. Namun, Natha tidak terlalu memperhatikannya.
"Jika kamu butuh sesuatu, aku bisa membantumu."
Natha tersenyum tulus. Ia pikir, tidak buruk berteman dengan Arsa. "Baik. Terima kasih."
Aksa memalingkan muka. Wajahnya sedikit memerah, "Kalo begitu, ayo masuk kelas."
Natha mengangguk.
Saat mereka masuk, hampir semua mata memandang ke arah kedua orang itu.
Sangat jarang Natha berjalan berdampingan dengan siapapun. Kecuali Galen. Walaupun berbeda kelas, Natha selalu ke kelasnya.
Dan sekarang, sangat aneh melihat Natha bersama dengan seseorang. Apalagi, orang itu Aksa. Tidak sedikit teman sekelas yang menggoda Aksa karena berhasil mendekati Natha.
Aksa tersenyum bangga dan arogan menanggapi siulan teman-temannya.
Natha duduk di kursinya. Kursi di sampingnya selalu kosong, karena Natha selalu melarang siapapun duduk dengannya.
"Natha, bolehkah aku duduk di sampingmu?" Setelah mengumpulkan keberaniannya, Aksa mencoba untuk bertanya hati-hati. Ia terlihat gugup. Sudah lama Aksa menginginkannya. Namun, ia tidak punya keberanian. Setelah melihat sikap Natha hari ini, Aksa pikir Natha akan menerimanya.
Natha menoleh dan melihat Aksa yang gugup. Ingin sekali ia tertawa, namun Natha tahan.
Tidak mendapatkan tanggapannya, Aksa berpikir dia terlalu lancang, "Ah, kalo tidak bole--"
"Boleh," jawabnya santai.
Mata Aksa terbelalak dengan mulut tercengang. Lalu ia langsung terenyum cerah.
Aksa dengan cepat langsung duduk karena takut Natha berubah pikiran.