LUNE WALLACE -- soorang wanita cantik yang mengalami koma selama hampir 5 tahun lamanya.
Dia merasa diberikan kesempatan untuk hidup kembali karena ingin mencari cinta dalam hidupnya hingga akhirnya bertemu LOUIS VUITTON KINGSFORD.
(Alur mundur)
Instagram author : @zarin violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
LL 25
Sepulang kuliah, Lune langsung keluar dari kampusnya.
"Lune!! Kau mau ke mana?" tanya Jenna yang melewatinya dengan mobil ketika Lune berdiri mencegat taksi.
"Aku akan ke rumah Louis. Kau bisa mengantarku?" tanya Lune.
"Ya, tentu saja. Ayo," jawab Jenna.
Lune masuk ke dalam mobil Jenna dan Jenna melajukan mobilnya kembali.
"Kalian berhubungan?" tanya Jenna.
"Kami berteman dan kemarin malam dia sakit. Jadi aku ingin melihat keadaanya sekarang," jawab Lune.
"Kau menyukainya?" tanya Jenna.
Lune mengangguk dan tersenyum.
"Ya, aku tahu harapanku kecil tapi setidaknya aku harus mencoba dari pada tidak sama sekali, bukan?" Sahut Lune.
"Kau cantik, menyenangkan, dan baik. Jadi kurasa Louis akan beruntung memilikimu," ucap Jenna memberi semangat pada Lune.
"Thank you. Kau memang yang terbaik," jawab Lune yang kemudian mencium pipi Jenna.
"Apakah menurutmu aku harus lebih feminim?" tanya Lune.
"Tidak, jadilah dirimu sendiri karena itu akan menguatkan sebuah hubungan. Tak perlu berpura pura menjadi orang lain yang bukan dirimu," jawab Jenna memberikan kata bijaknya.
"Hei, sejak kapan kau se-dewasa ini?" Ucap Lune.
"Pelajaran hidup," sahut Jenne tertawa pelan.
Lune ikut tertawa dan memukul pelan lengan Jenna.
"Oh ya, aku sudah bertanya pada Claire tentang yang kau ceritakan kemarin. Claire tak tahu tentang minuman itu dan beberapa temannya pun tak tahu menahu," kata Jenna.
"Hmm, tak masalah. Setidaknya aku sekarang harus lebih waspada dan aku bisa lebih dengan Louis karena hal itu," jawab Lune tersenyum.
*
Setibanya di penthouse Louis, Lune langsung menuju ke lantai atas di mana unit penthouse Louis berada di lantai teratas.
Lune membuka perlahan pintu penthouse dan kemudian menutupnya kembali.
Lune berjalan pelan dan melihat Louis di dapur.
"Hei, kau sudah sehat?" tanya Lune pada Louis.
"Hmm," jawab Louis.
"Aku membawakan roti untukmu," ucap Lune.
"Lain kali pencet bel pintu dan jangan masuk sembarangan ke dalam penthouse ku," kata Louis.
Lune sedikit kaget dengan reaksi Louis itu dan menaruh rotinya di meja.
"Maaf, aku tak akan mengulanginya lagi," jawab Lune dengan wajahnya yang selalu ceria itu.
"Kau memasak apa? Biar aku saja. Duduklah," kata Lune yang kini berdiri di sebelah Louis.
"Tidak perlu," jawab Louis.
"Hei, sudahlah. Tak usah sungkan padaku," kata Lune mengambil penjepit daging yang dipegang Louis.
"Sudah kubilang tak perlu. Jangan memaksa, oke?" Bentak Louis yang sebenarnya masih tak enak badan.
Lune terdiam dan mundur perlahan.
"Maaf. Mungkin aku mengganggumu. Permisi," ucap Lune tersenyum tipis dan berbalik pergi.
Lune berjalan cepat menuju pintu dan keluar dari penthouse Louis.
Lune adalah orang sangat kebal mental. Tapi entah mengapa ucapan dan Louis tadi membuatnya sedih.
Lune masuk ke dalam lift dan tak terasa air matanya jatuh menetes.
Lune mengusapnya dengan menggunakan lengan bajunya.
"Seharusnya aku tak ke sana. Aku terlalu percaya diri bahwa dia juga menyukaiku," gumamnya berbisik.
Kemudian Lune pergi dari penthouse dan mencari taksi.
*
"Ck," Louis berdecak dan melempar penjepit dagingnya.
Dia merasa menyesal karena meluapkan kekesalannya pada Lune akibat masalah yang terjadi di kantornya.
"****!!" Umpatnya dan mengambil ponselnya di kamar.
Louis melihat nama Lune di ponselnya dan kemudian meneleponnya.
Lune memberikan nomer ponsenya pada Louis dengan cara menempelkannya di kulkas waktu pertama kali Lune datang ke penthouse nya.
Dan barus sekarang akhirnya Louis menelepon gadis itu.